Anda di halaman 1dari 12

SPEKTROFOTOMETER

1. Dasar Teori

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang
tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang.

Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar


putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating
ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu.

Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
(Khopkar, 1990).

Sebuah fotometer nyala adalah alat yang digunakan dalam analisis kimia anorganik
untuk menentukan konsentrasi ion logam tertentu, di antaranya natrium, kalium, lithium, dan
kalsium.
Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran
besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang gelombang tertentu yang di pancarkan
oleh suatu logam alkali atau alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala dimana besaran
ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut.
Misalkan logam natrium menghasilkan pijaran warna kuning, kalium memancarkan
warna ungu seadngkan litium memancarkan sinar merah bila dibakar dalam nyala. Hal inila
telah dimanfaatkan untuk maksud identifikasi unsur alkali tersebut.
Besaran intensitas sinar pancaran ini ternyata sebanding dengan tingkat kandungan
unsur dalam larutan, sehingga metoda flame fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif
dengan mengukur intensitasnya secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel sebagai
detektornya dan pada kondisi yang sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai
pembakarnya untuk membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.
Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur akan tereksitasi
dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk panjang
gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila lektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke orbital
yang klebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom, ion molekul akan kembali ke orbital semula
dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Prinsip dari fotometri nyala
ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yng kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-tiap
unsur adalah disebabkan oleh karena energi kalor dari suatu nyala- nyala elektron dikulit paling
luar dari unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, yang
dibolehkan. Pada waktu elektron-elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan diemisikan
foton.
Oleh karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk
suatu unsur logam tertentu, maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur logam tersebut
adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk analisa kualitatif unsur-unsur logam secara reaksi
nyala.
Flame fotometer dibedakan atas dua yaitu:
• Filter flame fotometer
Hanya terbatas untuk analisa unsur Na, K dan Li
• Spektro flame fotometer
Digunakan untuk analisa unsur K, Ca, Mg, Sr, Ba dll.
Perbedaan alat ini terletak pada monokromatornya, dimana alat pertama menggunakan
filter sebagai monokromatornya dan alat kedua yang berfungsi sebagai monokromatornya
adalah pengatur panjang gelombang.

2. Analisa Spektrofotometer

Analisis spektrometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada


pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detector.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Pada metode spektroskopi nyala, larutan sampel disemprotkan ke dalam nyala. Nyala
membebaskan sampel dari pelarutnya dan sampelnya sendiri menjadi berada dalam bentuk
atom bebas.

Celah

Tabung Sinar

Rekorder
50
+
Nyala

0 100

Monokromator
Bahan bakar

Sample

Gambar 1. Fotometer Nyala

Bagian-bagian dari fotometer nyala yaitu:


1. Atomizer
Udara pada tekanan tertentu (atm), masuk ke dalam pembungkan cuvet oleh pipa kecil.
Hisapan oleh udara menyebabkan larutan contoh terhisap ke dalamruangan pengabut dalam
bentuk kabut-kabut yang halus

2.Mixing Chamber
Kabut yang berasal dari atomizer masuk ke dalam ruangan pencampur alat pembakar, disini
akan bertemu dengan gas pembakar yang masuk dengan tekanan tertentu
3.Flame
Campuran udara dengan gas pembakar menghasilkan nyala dan ke dalam nyala ini pula
kabut halus dari larutan contoh menguap. Kalor nyala menyebabkan larutan contoh menguap,
sehingga contoh berubah menjadi butir-butir halus padat (garam). Molekul-molekul garam ini
(uap) selanjutnya akan terdisosiasi menjadi atom-atom netral. Atom-atom netral ini akan
menyerap energi kalor dari nyala sehingga tereksitasi dan kemudian memancarkan sinar
pancaran yang terdiri dari berbagai panjang gelombang
4.Reflektor
Sinar pancaran yang keluar dari nyala akan dipantulkan kembali ke nyala.
5.Optical Lens
Lensa pancaran yang bersifat polikromatik akan difokuskan oleh lensa melaluisuatu
celah (diafragma).
6.Filter
Filter akan meneruskan cahaya sinar pancaran dengan panjang gelombangyang khas
dan berintensitas tinggi dari unsur yang dianalisis dan akanmenyerap sinar-sinar lain yang
berasal dari nyala.
7.Photo Tube
Intensitas sinar pancaran tersebut oleh photo tube diubah menjadi arus listrik yang
besarnya berbanding lurus dengan intensitas sinar pancaran tersebut.
8.Amplifier
Arus listrik yang berasal dari photo tube, oleh amplifier akan diperkuat danditeruskan
ke recorder.
9.Recorder
Output dari amplifier dicatat oleh recorder yang skalanya terkalibrasi oleh suatu
intensitas.

3. Spektrofotometer Ultraviolet dan Visible (UV-Vis)

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar


ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak
memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik
atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya
sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm,
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan
frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang
adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang. (Dachriyanus, 2004).

Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan n-


π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam
molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman
untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya
beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam
daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu
lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan
sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat
diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul
tersebut. (Day & Underwood, 1986).

Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas antara absorban dengan
konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-
Beer.
Biasanya hukum Lambert-Beer ditulis dengan:

Menurut Dachriyanus (2004), Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor
instrumen. Penyebab non linearitas ini adalah:

 Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang disebabkan oleh
interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat.
 Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel.
 Flouresensi atau fosforesensi sampel.
 Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi.
 Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.
 Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa digunakan dengan menggunakan bagian datar
pada absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum.
 Kehilangan cahaya.
4. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun. selama ia dapat
dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah
lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC)
dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.

Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal
ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.

Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein).
Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat
berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin.

Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada
protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada
panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan
banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein
terlarut dalam sample.

5. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan


interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.

Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen
hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa
Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan.

Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan
reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun
perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip
dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel
koloid apalagi suspensi.

Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka bila
menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa.

Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang
sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka
konsentrasi protein terlarut semakin besar.

Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible,


terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak
kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada
panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.

6. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah
dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm.

Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya
lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang
tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.

Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap


panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan dengan signal
standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam bentuk murni.
Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang
diperoleh.

Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada penyerapan
sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi
NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat
rutin dan cepat.

7. Gangguan – Gangguan Dalam Fotometri Nyala


Cara intensitas langsung untuk analisa fotometri langsung akan memberikan hasil yang
baik hanya apabila tidak ada gangguan – gangguan yang dapat mempengaruhi intensitas
pancaran sedemikian rupa sehingga nilai intensitas yang dibaca akan lebih rendah atau lebih
tinggi daripada nilai intensitas yang sesuai dengan konsentrasi unsur.
Apabila terdapat gangguan-gangguan tersebut maka analisa tidak dilakukan secara
intensitas langsung melainkan dengan salah satu cara dari kedua cara yang lain yaitu, cara
penambahan standar atau dengan cara standar dalam. Gangguan-gangguan dalam fotometri
sumber dan sifatnya dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain:
a) Gangguan spektral
Ialah gangguan yang disebabkan oleh spektrum unsur-unsur lain yang terdapat bersama
unsur yang dicari. Gangguan ini dijumpai terutama kalau dipakai filter untuk memperoleh
panjang gelombang yang akan diukur intensitasnya. Dengan monokromator seperti prisma dsb.
Gangguan ini akan berkurang.
Contoh gangguan spektral ini misalnya : Pita jingga dari CaOh mengganggu
pengamatan intensitas garis Na pada 590 mu gangguan ini sukar diatasi walaupun dengan
monokromator bukan filter karena Sisitin Ca tumpang suh ( overlap) dengan panjang
gelombang Na. Suatu keuntungan adalah bawa kebanyakan garis-garis spektrum yang berguna
dalam fotometri nyala terdapat dalam daerah biru dan ultra lembayung, sedang kebanyakan pita
spektrum molekul dan spektrum kontinu yang mengganggu terdapt didaerah hijau dan daerah
merah spektrum tampak.
Gangguan spektral jenis lain disebabkan karena garis unsur pengganggu berimpit
dengan garis spektrum unsur yang akan diselidiki. Kedua garis spektrum dapat berimpit
(overlap) sebagian saja atau keseluruhan. Intensitas yang dibaca adalah intensitas kedua-
duanya, Cara mengatasi gangguan spektral ini dapat dengan memilih panjang gelombang
pancaran lain dari unsur lain yang akan dianalisa jika tidak ada dilakukan pemisahan unsur yang
dianalisa dari unsur pengganggu dengan pertolongan cara-cara pemisahan seperti ekstraksi
pelarut, penukaran ion, pengendapan dll. Gangguan spektral jenis lain adalah intensitas
pancaran latar belakang atau background.
b) Gangguan karena variasi karena sifat-sifat fisik larutan
Gangguan gangguan sifat fisik yang dimaksud antara lain adalah
1. viskositas ini mempengaruhi kecepatan larutan atau kabut larutan mencapai nyala.
Semakin besar viskositas larutan semakin lambat larutan mencapai nyala, sehingga intensitas
yang dibaca lebih kecil dari konsentrasi sebenarnya.
2. Tekanan uap dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi ukuran tekanan kabut
larutan. Terutama pada alat-alat filter fotometer nyala, dimana atomizer (pengabut) tidak
menjadi satu dengan pembakar. Tetesan tetesan kabut yang besar menyebabkan tetesan tetesan
kabut tersebut mencapai nyala, sehingga intensitas yang dibaca lebih kecil daripada intensitas
yang sesuai dengan konsentrasi yang dicari.
3. Garam-garam yang ditanmbahkan kedalam larutan yang akan dianalisa secara
fotometri akan memperlambat penguapan pelarut yang akan mengurangi intensitaspancaran
sehingga tidak sebanding lagi dengan konsentrasi unsur.
c) Gangguan ionisasi
Ionisai akan mengurangi jumlah-jumlah atom netral unsur yang dianalisa. Akibatnya
intensitas spektrum atom berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan konsentrasi logam.
Gangguan ionisai ini misalnya dapat terjadi kalau logam alkali dan alkali tanah dianalisa dengan
nyala yang suhunya terlalu tinggi.
d) Gangguan karena absorbsi sendiri
Sinar pancaran yang berasal dari atom-atom unsur yang dianalisa dapat diabsorbsi
kembali oleh atom-atom lain unsur yang sama yang ada dalam nyala, taetapi masih ada dalam
keadaan belum tereksitasi. Dengan sendirinya gangguan ini akan menyebabkan intensitas yang
yang dipancarkan oleh unsur tersebut, dan yang dibaca pada alat akan lebih rendah dengan yang
sesuai dengan konsentrasi unsur yang bersangkutan.
Gejala absorbsi sendiri ini terutama nyata sekali kalu intensitas yang diukur
intensitasnya adalah panjang gelombang yang sesuai dengan perpindahan elektron antara
tingkat energi dasar (ground state) dan tingkat energi tereksitasi pertama diatasnya. Gejala
absorbsi sendiri ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi rendah.
e) Gangguan dari anion
Intensitas pancara logam akan turun (hingga tidak sesuai lagi dengan konsentrasinya)
apabila tercampur dengan asam-asam HNO3, H2SO4, H3PO4 dan atau garam dari asam-asam
tersebut dalam jumlah yang besar.
8. Aplikasi dalam Oceanologi
Untuk contoh air laut yang homogen, kadar logam-logam alkali dapat dilakukan
langsung tanpa pemisahan terlebih dahulu. Bila kadar-kadar logam tersebut terlalu rendah,
maka analisa dapat dilakukan dengan pemekatan terlebih dahulu. Pemekatan ini dapat
dilakukan dengan cara, yaitu penguapan, distilasi, ekstraksi, dsb. Untuk air yang tidak
homogen, harus didestruksi terlebih dahulu dengan asam-asam kuat, misalnya asam nitrat dan
asam sulfat. Untuk contoh padat, harus didestruksi dengan destruksi basah dengan
menggunakan asam nitrat, asam sulfat, dan asam perklorat. Sedangkan destruksi kering dengan
cara pengabuan kemudian dilarutkan dalam air atau asam-asam kuat (encer) yang cocok.
Analisa logam alkali dan alkali tanah dengan menggunakan filter fotometri nyala dapat
dilakukan dengan cepat dan praktis karena mampu mendeteksi kadar-kadar yang rendah (ppb)
dan analisis pendahuluannya tidak rumit.
Flame fotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
besaran emisi sinar monokromatis dengan panjang gelombang tertentu yang dipancarkan oleh
suatu logam alkali / alkali tanah dalam keadaan berpijar atau bernyala. Misalnya, natrium
menghasilkan pijaran warna kuning, kalium memancarkan sinar ungu dan litium memancarkan
sinar merah bila dibakar dalam nyala. Besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari
komponen logam tersebut. Metoda ini dimanfaatkan untuk identifikasi unsur alkali tersebut.
Fotometri nyala berdasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur yang tereksitasi
dalam suatu nyala pada suhu tertentu akan memancarkan emisi radiasi untuk panjang
gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke
orbital yang lebih tinggi.
Dan bila terjadi eksitasiatom, ion molekul akan kembali ke orbital semula dan akan
memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Prinsip dasar dari flame fotometri ini
adalah pancaran cahaya elektronyang tereksitasi yang kemudian kembali ke keadaan dasar.
Besaran intensitas sinar pancaran ini sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan.
Maka hal ini digunakan dalam flame fotometri untuk tujuan kuantitatif pengukuran intensitas
secara relatif, menggunakan detektor fotosel dan gas bahan bakar berupa propana / Elpiji dan
gas pembakarnya udara. Suhu nyala merupakan salah satu variabel yang paling penting
dalamfotometri nyala. Ini ditentukan oleh sifat bahan bakar dan laju penyediaanya, penyediaan
udara atau oksigen dan perencanaan alat pembakar. Nyala hydrogen dan oksigen digunakan
secara luas untuk memberikan energi bagi banyak keperluan dan nyala apinya menghasilkan
radiasi dengan latar belakang sangat sedikit yang dapat mengahalangi pengamatan spektrum.
Sebagian besar unsur akan tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan
emisi radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila elektron dari atom netral
keluar dari orbitnya ke orbit yang energinya lebih tinggi, dan bila terjadi eksitasi atom, ion
molekul akan kembali ke orbitsemula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang
tertentu.
Dengan fotometer nyala kebanyakan atom berada dalam keadaan dasar (ground state
energy), sehingga mempunyai kecenderungan untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh
atom yang tereksitasi ketika kembali ke keadaan dasar. Peristiwa ini disebut dengan self
absorption. Untuk mendapatkan kondisinyala yang optimum dipergunakan pengaturan untuk
mengendalikan tekanan gas dengan cermat dan pengukur untuk memonitor laju alir.
Filter dapat menggantikan monokromator dalam suatu instrumen yang menggunakan
sumber bertemperatur rendah. Penerapan fotometri nyala yang paling penting adalah yang
menyangkut analisa yang sukar atau tidak mungkin dilakukan dengan cara yang lain, paling
tidak apabila kecepatan jauh lebih penting daripada ketepatan. Penggunaan fotometri nyala
sangat penting dalam riset biomedis, analisa air, pengetahuan, gizi, dan bidang-bidang lain yang
perlu untuk menetukan suatu logam alkali.
DAFTAR PUSTAKA
http://intannevianita.blogspot.co.id/2015/03/fotometer-nyala.html
http://uj3n9.blogspot.co.id/2013/07/analisis-spektrometri.html
http://intannevianita.blogspot.co.id/2015/03/fotometer-nyala.html
http://www.scribd.com/doc/59729410/fotometri-nyala
Day, R.A, dan Underwood A.L, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima, Penerbit
Erlangga, Jakarta, Hal 390
Dachriyanus, Dr, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Andalas
University Press, Padang, Hal 1-2 dan 8-9
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta,
Hal 215-216

Anda mungkin juga menyukai