KELOMPOK 2 :
ANNISA CENDANI HALIMAN (061940422013)
FATMAWATI PUTRI (061940422018)
JIHAN SYAHIRA SYIFA FRIEMA(061940422019)
KERIN AULIA RAHMA (061940422020)
MARETA PUTRI (061940422021)
M. SYAH JEHAN (061940422023)
NURHAMIDA (061940420272)
RM ARIF ABDURRAHMAN (061940422029)
VANINA DEASARY KUOKI (061940422032)
KELAS :
3 KIB
DOSEN PENGAMPU :
ANERASARI M, B.Eng., M.Si
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tetap Praktikum
Kimia Analisis 2 ini
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Tetap ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Praktikum Kimia Analisis 2. Selain itu, Laporan Tetap ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Praktikum Kimia Analisis 2
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
I. FOTOMETER NYALA………………………………………………………...1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………57
ii
FOTOMETER NYALA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menggunakan alat spektrofotometer nyala
2. Menganalisis sampel yang diperkirakan mengandung unsur Kalium (K)
secara spektrofotometer nyala.
1
bila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke orbital yang lebih tinggi.
Saat eksitasi atom, ion molekul akan kembali ke orbital semula dan akan
memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Prinsip dari fotometri
nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yang kemudian
kembali kekeadaan dasar. Pancaran warna sinar yang berbeda atau warna yang
khas oleh tiap unsur disebabkan oleh energi kalor dari suatu nyala elektron di kulit
paling luar dari unsur tersebut saat tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang
lebih tinggi. Pada waktu elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan
diemisikan foton. Tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk
suatu unsur logam tertentu, maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur
logam tersebut adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk analisa kualitatif
unsur-unsur logam secara reaksi nyala. Misalkan : saat dibakar dengan nyala api
maka :
1. Logam natrium menghasilkan pijaran warna kuning,
2. Kalium memancarkan warna ungu.
3. Litium memancarkan sinar merah.
Perbedaan warna nyala api menjadi identifikasi unsur alkali tersebut.
Besaran intensitas sinar pancaran ~ dengan tingkat kandungan unsur dalam
larutan, sehingga metoda flame fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif
dengan mengukur intensitasnya secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel
sebagai detektornya dan pada kondisi yang sama digunakan gas propana atau
elpiji sebagai pembakarnya untuk membebaskan air sehingga yang tersisa
hanyalah kandungan logam.
Prinsip kerja filter fotometer nyala adalah eksitasi atom.
Setiap atom memiliki konfigurasi elektron yang berbeda, energi yang dibutuhkan
setiap atom untuk tereksitasi juga berbeda. Besarnya energi yang diserap oleh
atom kemudian dibebaskan kembali dalam bentuk pancaran (emisi), inilah yang
disebut dengan prinsip kerja dari alat ini. Semua atom dapat menyerap energi
(kalor), namun kalor ini disesuaikan dengan tingkat energi eksitasi agar tidak
terjadi ionisasi.
2
Contoh : atom Na menyerap energi dari nyala sebesar 2,2 elektron volt. Energi ini
sesuai dengan energi eksitasi atom Na. Atom yang lain tidak akan bisa menyerap
energi yang sama dengan atom Na
3
Bagian dari fotometer nyala
Atomizer
Udara pada tekanan tertentu (atm), masuk ke dalam pembungkan cuvet oleh
pipa kecil. Hisapan oleh udara menyebabkan larutan contoh terhisap ke
dalamruangan pengabut dalam bentuk kabut-kabut yang halus
Mixing Chamber
Kabut yang berasal dari atomizer masuk ke dalam ruangan pencampur alat
pembakar, disini akan bertemu dengan gas pembakar yang masuk
dengantekanan tertentu
Flame
Reflektor
Sinar pancaran yang keluar dari nyala akan dipantulkan kembali ke nyala.
Optical Lens
Filter
4
Photo Tube
Intensitas sinar pancaran tersebut oleh photo tube diubah menjadi arus listrik
yang besarnya berbanding lurus dengan intensitas sinar pancaran tersebut.
Amplifier
Arus listrik yang berasal dari photo tube, oleh amplifier akan diperkuat
danditeruskan ke recorder.
Recorder
Output dari amplifier dicatat oleh recorder yang skalanya terkalibrasi oleh
suatu intensitas.
TEORI TAMBAHAN :
Untuk contoh air laut yang homogen, kadar logam alkali dapat dilakukan
langsung tanpa pemisahan terlebih dahulu. Bila kadar logam tersebut terlalu
rendah, maka analisa dapat dilakukan dengan pemekatan terlebih dahulu.
Pemekatan ini dapat dilakukan dengan cara, yaitu penguapan, distilasi, ekstraksi,
dsb.
Untuk air yang tidak homogen, harus didestruksi terlebih dahulu dengan asam
kuat, misalnya asam nitrat dan asam sulfat.
Untuk contoh padat, harus didestruksi dengan destruksi basah dengan
menggunakan asam nitrat, asam sulfat, dan asam perklorat. Sedangkan destruksi
kering dengan cara pengabuan kemudian dilarutkan dalam air atau asam-asam
kuat (encer) yang cocok.
Analisa logam alkali dan alkali tanah dengan menggunakan filter fotometri nyala
dapat dilakukan dengan cepat dan praktis karena mampu mendeteksi kadar yang
rendah (ppb) dan analisis pendahuluannya tidak rumit. Hal ini telah dimanfaatkan
untuk maksud identifikasi unsur alkali tersebut. Besaran intensitas sinar
pancaranini ternyata sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan,
sehingga metoda flame fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif dengan
5
mengukur intensitasnya secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel sebagai
detektornya dan pada kondisi yang sama digunakangas propana atau elpiji sebagai
pembakarnya untuk membebaskan air sehingga yang tersisa hanyalah kandungan
logam. Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur
akan tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi
radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila lektron dari atom
netral keluar dari orbitalnya ke orbital yang lebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi
atom,ion molekul akan kembali ke orbital semula dan akan memancarkan cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Prinsip dari fotometri nyala ini adalahpancaran
cahaya elektron yang tereksitasi yng kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-
tiapunsur adalah disebabkan oleh karena energi kalor dari suatu nyala-nyala
elektron dikulit palingluar dari unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar
ke tingkat yang lebih tinggi, yang dibolehkan.Pada waktu elektron-elektron
tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan diemisikan foton yang energinya. Oleh
karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk
suatu unsur logam tertentu, maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur
logam tersebut adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk analisa kualitatif
unsur-unsur logamsecara reaksi nyala.
6
1. Gangguan spectra
Ialah gangguan yang disebabkan oleh spektrum unsur-unsur lain yang
terdapat bersama unsur yang dicari. Gangguan ini dijumpai terutama
kalau dipakai filter untuk memperoleh panjang gelombang yang akan
diukur intensitasnya. Dengan monokromator seperti prisma dsb. Gangguan
ini akan berkurang. Contoh gangguan spektral ini misalnya : Pita jingga
dari CaOh mengganggu pengamatan intensitas garis Na pada 590 mu
gangguan ini sukar diatasi walaupun dengan monokromator bukan filter
karena Sisitin Ca tumpang suh ( overlap) dengan panjang gelombang Na.
Suatu keuntungan adalah bawa kebanyakan garis-garis spektrum yang
berguna dalam fotometri nyala terdapat dalam daerah biru dan ultra
lembayung, sedang kebanyakan pita spektrum molekul danspektrum
kontinu yang mengganggu terdapt didaerah hijau dan daerah merah
spektrum tampak. Gangguan spektral jenis lain disebabkan karena garis
unsur pengganggu berimpit dengan garis spektrum unsur yang akan
diselidiki. Kedua garis spektrum dapat berimpit (overlap) sebagian saja
atau keseluruhan. Intensitas yang dibaca adalah intensitas kedua-duanya,
Cara mengatasi gangguan spektral ini dapat dengan memilih panjang
gelombang pancaran lain dariunsur lain yang akan dianalisa jika tidak ada
dilakukan pemisahan unsur yang dianalisa dariunsur pengganggu dengan
pertolongan cara-cara pemisahan seperti ekstraksi pelarut, penukaranion,
pengendapan dll. Gangguan spektral jenis lain adalah intensitas pancaran
latar belakang ataubackground.
Gangguan karena variasi karena sifat-sifat fisik larutanGangguan
gangguan sifat fisik yang dimaksud antara lain adalah :
1. Viskositas ini mempengaruhi kecepatan larutan atau kabut larutan
mencapai nyala. Semakinbesar viskositas larutan semakin lambat
larutan mencapai nyala, sehingga intensitas yang dibacalebih kecil dari
konsentrasi sebenarnya.
2. Tekanan uap dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi ukuran
tekanan kabut larutan.Terutama pada alat-alat filter fotometer nyala,
dimana atomizer (pengabut) tidak menjadi satudengan pembakar.
7
3. Tetesan tetesan kabut yang besar menyebabkan tetesan tetesan kabut
tersebutmencapai nyala, sehingga intensitas yang dibaca lebih kecil
daripada intensitas yang sesuaidengan konsentrasi yang dicari.
4. Garam-garam yang ditanmbahkan kedalam larutan yang akan dianalisa
secara fotometriakan memperlambat penguapan pelarut yang akan
mengurangi intensitaspancaran sehingga tidaksebanding lagi dengan
konsentrasi unsur.
2. Gangguan karena absorbsi sendiri
Sinar pancaran yang berasal dari atom-atom unsur yang
dianalisa dapat diabsorbsi kembali oleh atom-atom lain unsur yang
sama yang ada dalam nyala, taetapi masih ada dalam keadaan belum
tereksitasi. Dengan sendirinya gangguan ini akan menyebabkan
intensitas yang dipancarkan oleh unsur tersebut, dan yang dibaca pada
alat akan lebih rendah dengan yang sesuai dengan konsentrasi unsur
ybs. Gejala absorbsi sendiri ini terutama nyata sekali kaluintensitas
yang diukur intensitasnya adalah panjang gelombang yang sesuai
dengan perpindahanelektron antara tingkat energi dasar ( ground
state) dan tingkat energi tereksitasi pertama diatasnya. Gejala
absorbsi sendiri ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi
rendah.
3. Gangguan dari anion
Intensitas pancara logam akan turun (hingga tidak sesuai lagi dengan
konsentrasinya)apabila tercampur dengan asam-asam HNO3, H2SO4,
H3PO4 dan atau garam dari asam-asamtersebut dalam jumlah yang
besar.
8
5. Menekan tombol IGN dan menahunnya, sanibi memutar tombol
IGNITION pelan- pelan kearah kiri.
6. Melihat nyala upi pada prosedur 5, jika nyala api sudah ada, memutar
tombol NILAI GAS ke kiri kurang lebih 6x putaran.
7. Memutar tombol IGNITION pelan-pelan sampai api besar menyala.
8. Memutar IGNITION ke kanan sumpai batas minimal tidak bisa diputar
lagi, setelah api besar menyala.
9. Melayani nyala api dengan pembantuan/memutar-mutar GAS NILAI.
Nyala yang bagus adalah nyala biru tanpa ada warna kuning atau
merah.
10. Memasukkan Blanko, memilih range 1,2 atau 3, pembantuan penunjuk
keposisi O dengan memutar tombol 0,
11. Memasukkan standar ppm, menulis jarum penunjuk urutan
menunjukkun angka 100% dengan memutar tombol 100%
12. Menganalisis sampel dan mencatat skala pembacaan, membandingkan
dengan skala pembacsan standar 10ppm, misalnya terbaca 13% artinya
konsentrasi sampel adalah 13 ppm
13. Mengusahakan melakukan analisis blanko setiap melakukan analisis 2
sampel.
14. Mengulangi langkah no.11 setelah melakukan analisis sampel
sebanyak 10 atau 15.
15. Melakukan analisis blanko selama 5 menit untuk membersihkan sisa-
sisa sampel dalam alat setelah selesai melakukan analisis sampel. 1
16. Mematikan nyala api dengan memutar tombol GAS VALUE ke kanan
sampai penuh.
17. Mematikan kompresor udara dengan menekan tombol COMP,
kemudian mematikun alat dengan memaksa setelah api mati.
18. Melepaskan sambungan KPG.
9
V. DATA PENGAMATAN
No Sampel Pembacaan Standar
1 Larutan Kalium standar 100 %
10 ppm
2 Aquadest 0%
VI. PERHITUNGAN
1. Pengenceran
a. Pembuatan larutan standard
100 ppm k dan larutan 1000 ppm k
=
(10 g/ml) (100 ml) = (100 g/ml)
= 10 ml
10
2. Mizone = 45 %
100 % 10 ppm
3. Air Kelapa = 23 %
100 % 10 ppm
11
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan praktikum kita pada pagi hari ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana cara mengerjakan atau menggunakan alat kerja fotometer
nyala dan menentukan konsentrasi sampel larutan dengan alat fotometer nyala
yang mengandung kalium pada suatu sampel pada percobaan kali ini kita
menggunakan larutan sampel pada Mizone, kemasan pada Pocari Sweat dan Air
kelapa. Metode ini digunakan untuk menentukan kadar logam pada suatu sampel
larutan yang didasarkan pada emisi pancaran sinar monokromatis pada panjang
gelombang tertentu dalam keadaan berbijar atau nyala. Larutan standar yang
dicoba pada percobaan kali ini ialah lautan yang mengandung kalium.
Pertama kali kita melakukan pengenceran pada larutan kalium dari 10 ppm
menjadi 8 ppm, 6 ppm,4 ppm dan 2 ppm. Pada percobaan kali ini juga larutan
kalium digunakan untuk sebagai pembacaan standar. Selanjutnya larutan kalium
yang sudah diencerkan kita lakukan untuk menganalisa atau membaca sampel-
sampel yang sudah disediakan sebelumnya untuk diketahui konsentrasinya
mengunakan larutan kalium.
Pada fotometer nyala ini dapat diketahui bahwa sebagian besar unsur dapat
tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta dapat memancarkan emisi
radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Kesalahan tersebut terjadi karena pada
pengukuran voltmeter nyala ini terdapat gangguan gangguan yang dapat
mempengaruhi hasil yang didapatkan seperti gangguan spectral karena adanya
unsur lain yang ada terdapat pada senyawa yang akan dianalisa
VIII. KESIMPULAN
Pada percobaan praktikum pada fotometer nyala ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Fotometri nyala merupakan suatu metode alternatif yang digunakan untuk
menganalisa logam pada suatu larutan dengan memanfaatkan larutan kalium
sebagai pembacaan standar untuk mengetahui konsentrasinya yang didasarkan
pada sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu dalam keadaan
berpijar atau nyala.
2. Prinsip dasar dari percobaan kita pada hari ini ialah pancaran cahaya elektron
12
yang tereksitasi yang kemudian kembali ke keadaan dasarnya.
3. Konsentrasi sampel hasil percobaan didapatkan :
13
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis
14
memisahkan senyawa-senyawa bersifat hidrofobik seperti lipid dan hidrokarbon
(Sastrohamidjojo, 2005).
Pada dasarnya kromatograf lapis tipis (KLT atau TLC = Thin layer
Chromatography) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama padacara
melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni
digunakannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca,
aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada
proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam.Fasa diam KLT terbuat dari serbuk
halus dengan ukuran 5 sampai 50 m. Serbuk halus ini dapat berupa
suatu adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul atau dapat merupakan
penyangga yang dilapisi suatu cairan. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat
digunakan silicagel, aluminium dan serbuk selulosa. Partikel silica gel
mengandung gugus hidroksil dipermukaannya yang akan membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul-molekul polar (Soebagio,2002 : 87)
15
(Robinson, 1995).
Berdasarkan teori kromatografi, analit akan bergerak mengikuti sifat yang
dimiliki eluen apabila analit tersebut mempunyai kesamaa sifat dengan eluen,
Sebaliknya apabila eluen mempunyai sifat yang berbeda dengan analit, maka
analit akan tertahan di fasa diam / penyangga. Apabila kesamaan dengan eluen
sangat mirip, maka seluruh analit akan terbawa oleh eluen, hal ini menyebabkan
analit justru tidak terpisah di plat KLT.
Tujuan KLT adalah memisahkan komponen zat warna saat bergerak melalui plat
KLT, sehingga masing masing komponen dapat diidentifikasi.
TEORI TAMBAHAN :
Dalam kimia, polaritas (atau kepolaran) adalah pemisahan muatan listrik
yang mengarah pada molekul atau gugus kimia yang memiliki momen listrik
dipol atau multipol. Molekul polar harus mengandung ikatan kimia polar karena
perbedaan elektronegativitas antara atom yang berikatan. Molekul polar dengan
dua atau lebih ikatan kutub harus memiliki geometri asimetris sehingga momen
ikatan tidak saling meniadakan. Molekul polar berinteraksi melalui gaya
antarmolekul dipol-dipol dan ikatan hidrogen.
Kepolaran senyawa adalah perilaku suatu zat yang menyerupai medan
magnet, yaitu terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Kepolaran senyawa
terdapat pada senyawa kovalen, dan dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Senyawa kovalen polar
Adalah senyawa kovalen yang dibentuk oleh dua unsur berbeda, dimana
keelektronegatifan pasti berbeda, sehingga menghasilkan dipol.
16
Ciri-Ciri Senyawa Polar :
1. Dapat larut dalam air dan pelarut polar lain.
2. Memiliki kutub (+) dan kutub (-) , akibat tidak meratanya distribusi elektron.
3. Memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Contoh: HCl, HBr, HI, H2O.
17
pada unsur-unsur yang membentuknya. Beberapa senyawa ada yang larut dengan
pengadukan, tanpa pengadukan, atau tidak larut. Pengadukan didalam mengetahui
kepolaran suatu senyawa sangat mempengaruhi kelarutan suatu senyawa karena
dengan melakukan pengadukan suatu senyawa dapat larut lebih cepat.
V. DATA PENGAMATAN
1. Pelarut : Etanol + Kloroform 1:1
Jarak Pelarut 7,4 cm
18
Senyawa Warna Jarak
Nonpolar-nonpolar 1. Ungu 4,5 cm
2. Kuning 6,8 cm
Polar-nonpolar 1. Biru 4,7 cm
2. Orange 7 cm
Nonpolar 1. Pink 6,8 cm
Polar-polar 1. Hijau-tosca 7 cm
2. Merah bata 6,1 cm
Polar 1. Coklat 5,3 cm
2. Hijau-tosca 7cm
2. Pelarut : Etanol
Jarak pelarut 7 cm
19
3. Orange 6,9 cm
Polar 1. Kuning 5,8 cm
2. Biru 6,5 cm
3. Orange 7 cm
VI. PERHITUNGAN
1. Data 1 (Pelarut Etanol-Kloroform 1:1)
Senyawa Non Polar-Non Polar :
- Warna Ungu Rf = 4,5 cm = 0,6
7,4 cm
- Warna Kuning Rf = 6,8 cm = 0,91
7,4 cm
Senyawa Polar-Polar :
- Warna Hijau Tosca Rf = 7 cm = 0,94
7,4 cm
- Warna Merah Bata Rf = 6,1 cm = 0,82
7,4 cm
Senyawa Polar :
- Warna Coklat Rf = 5,3 cm = 0,71
7,4 cm
20
- Warna Hijau Tosca Rf = 7 cm = 0,94
7,4 cm
Senyawa Polar-Nonpolar :
- Warna Biru Rf = 5,7 cm = 0,81
7 cm
- Warna Orange Rf = 6,5 cm = 0.9
7 cm
- Warna Hijau Rf = 7 cm = 1
7 cm
Senyawa Nonpolar :
Warna Ungu Rf = 7 cm = 1
7 cm
Senyawa Polar-Polar :
- Warna Biru Rf = 5,8 cm = 0,82
7 cm
- Warna Merah Bata Rf = 6,7 cm = 0.95
7 cm
- Warna Orange Rf = 6,9 cm = 0,98
7 cm
21
Senyawa Polar
- Warna Kuning Rf = 5,8 cm = 0,82
7 cm
- Warna Biru Rf = 6,5 cm = 0.92
7 cm
- Warna Orange Rf = 7 cm = 1
7 cm
22
VII. ANALISIS PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) , dimana pelarut yang digunakan kali ini menggunakan pelarut
berupa Etanol + Kloroform serta pelarut Etanol 96% pada praktikum kelompok B.
Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Dengan kata
lain TLC (Thin Layer Chromatograph) merupakan salah satu cara untuk
memisahkan dan menganalisa zat dalam jumlah kecil. Prinsip kerja dari
kromatografi lapis tipis yakni memisahkan sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk pelat silika
dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
Pada praktikum ini fase diamnya berupa lempeng kaca yang dilapisi gel
silika. Fase geraknya berupa etanol. Bahan yang digunkan yaitu zat pewarna
konsumsi dan non-konsumsi berdasarkan kepolaran polar maupun non-polar.
Pada percobaan ini kami melakukan dua kali percobaan, yang menggunakan
pelarut (Etanol 96%) dan yang kedua menggunakan pelarut (Etanol+Kloroform
1:1). Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan etanol bersifat semi polar
sehingga dapat memisahkan antara zat polar dan non polar.
Hal pertama yang dilakukan dalam kromatografi lapis tipis adalah
mempersiapkan chamber. Chamber sebelum digunakan harus bersih dari tetesan
air ataupun noda minyak. Setelah itu masukkan pelarut yang digunakan tersebut.
Selanjutnya membuat lempeng kromatografi, ukur 1 cm dari batas bawah kiri dan
kanan. Dan dilanjutkan untuk penotolan atau pembercakkan pada plat silica, yang
kemudian akan dibawa ke pelarutnya.
Dalam percobaan ini dapat dilihat bahwa zat warna yang memiliki karakteristik
yang sama dengan pelarut maka zat warna akan bergerak lebih cepat sedangkan
zat warna yang tidak memiliki karakteristik yang sama maka zat warna akan
bergerak lambat. Jadi, cepat lambatnya zat warna yang naik tergantung pada
karakteristik zat warna dan fase gerak yang digunakan. Secara teori nilai Rf yang
baik memiliki rentang 0,2-0,8. Dimana dari data pengamatan didapatkan hasil
Jarak Pelarut dari pelarut Etanol + Kloroform 1:1 sebesar 7,4 cm, sedangkan Jarak
Pelarut dari Pelarut Etanol ialah 7 cm
23
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Zat warna yang memiliki karakteristik yang sama dengan solvent akan
bergerak lebih cepat dan begitupun sebaliknya.
Prinsip kerja dari TLC yaitu memisahkan sampel dari pelarut yang
digunakan.
Dari data yang diketahui, didapatkan hasil nilai Rf dari setiap pewarna
yaitu sebesar;
Pelarut : Etanol + Kloroform 1:1
24
3. Orange 0,98
Polar 1. Kuning 0,82
2. Biru 0,92
3. Orange 1
25
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi
- Mengoperasikan alat kromatografi cair dengan baik dan benar
- Menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi.
- Cafein 15 ppm
- Metanol
26
- Pompa
- Sistem injeksi sampel
- Kolom, terdiri dari
1. Kolom analitik / Kolom utama
2. Kolom Guard
3. Termostat
- Detektor
- Computer ( Pengolah data )
Jenis HPLC
1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi
kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbs biasanya
menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina,
meskipun demikian 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya.
Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan
solute. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya
solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
2. Kromatografi Fase Terikat
27
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara
kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika
adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana,
oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling popular digunakan adalah
oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase
terbalik. Sebagai fase gerak adalah campuran methanol atau asetonitril dengan air
atau dengan larutan buffer. Untuk solute yang bersifat asam lemah dan basah
lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fasegerak tidak diatur maka
solute akan mengalami ionisiasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang
terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah
disbanding jika solute dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya
spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3. Kromatografi Penukar Ion
KCKT penukar anion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau
anion dengan satu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran
Meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin
kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media
air karena sistem ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran
misalnya air alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan
fase gerak air, retensi Puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan
ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak
menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion
sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4. Kromatografi pasangan ion
Kromatografi pasangan ion dapat juga digunakan untuk pemisahan sampel-sampel
ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukar ion.
Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi eksklusi ukuran
Kromatografi ini disebut juga dapat dengan kromatografi permiasi gel dan dapat
digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul >
2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang
bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel) atau
28
berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih
besar akan terelusi terlebih dahulu kemudian molekul-molekul yang ukuran
medium dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan
solut dengan BM yang besar tidak melewati porus akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran
ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe
kromatografi yang lain.
6. Kromatografi afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi Interaksi biokimiawi yang
sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus molekul yang hanya dapat
menyerap sampel Jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik
tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan
antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein
(enzim) dari campuran yang sangat kompleks.
29
10. Melakukan purging pada channel fase gerak yang akan digunakan :
- Membuka knob purging pada pompa
- Mengatur prosentasi pompa
- Mengklik purge pada software
11. Mengalirkan kolom dengan fase gerak yang diinginkan dengan flow 1
ml/menit
12. Menyalakan lampu UV/VIS pada detector sesuai kebutuhan analisa.
13. Membiarkan kolom teraliri fase gerak selama 30-60 menit
14. Pindah window software keposisi browser
15. Membuat sequence, instrument method ( program ) dan prosesing data (
rincian ada pada bagian selanjutnya )
16. Bila sequence, program dan proses method telah dibuat, klik batch start
17. Mengklik ready check untuk memastikan sequence telah siap running, lalu
start
18. Melakukan injeksi standart dan sample
Catatan: Bila ingin meng-injek sample, posisi injector ada pada posisi
LOAD ( atas )
Bila sudah ada warning waiting for injection, lalu putar injector ke posisi
INJECT
19. Melakukan prosesing data ( ada pada bagian proses kuantitasi )
20. Bila analisa telah selesai, mencuci terlebih dahulu kolom yang digunakan
dengan kandungan air : MeOH selama 30-60 menit
21. Mengakhiri pencucian kolom dengan dialiri methanol 100% selama 30
menit
22. Mematikan flow pompa dan lampu yang digunakan ( lihat no.9 dan 10 )
23. Menutup software chromelon beserta server monitornya ( lihat no 6 dan 7 )
24. Mematikan instrument HPLC dan computernya
30
1. Klik new Program file OK
2. Klik my computer HPLC next
3. Masukkan konsentrasi fase gerak yang diinginkan, dan flow rate yang
digunakan, next
4. Masukkan waktu run time setiap injek Next
5. Masukkan panjang gelombang yang diinginkan Next
6. Lalu simpan, file beri nama save
31
1. Pada proses kuantitasi masuk ke tab “ amount table”, klik kanan
columns edit amount columns
2. Setelah muncul window edit amount columns pada kotak assign standards
on the basis of name d isi “ name “, lalu blok semua std autogenerate apply
OK
3. Pada kolom amount std masukkan konsentrasi masing-masing standart
save
4. Klik printer layout untuk print data
5. Klik tab calibration untuk print kurva kalibrasi print
32
V. DATA PENGAMATAN
Larutan Waktu
Standar Sampel Retensi Area
33
Kromatogram Larutan Sampel Bodrex
34
VI. DATA PERHITUNGAN
50 mg pure Kafein dilarutkan dalam 50 ml pelarut
Menimbang sampel, setara dengan 50 mg cafein
1. Bodrex (50 mg Kafein dalam 0,8366 gr)
= 0,8366 gr
= 0,7287
35
50 mg = 1000 ppm
0,005 L
1 = …. ppm
50 ml
1 = 20 ppm
0,05 L
1. Bodrex
Luas area bodrex = 1,580
Luas are sampel = 2,698
2. Paramex
Luas area paramex = 0,250
Luas area sampel = 2,698
36
VII. ANALISA DATA
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum kromatografi cair kinerja
tinggi. Pada kali ini larutan standar yang digunakan pada proses pengamatan
adalah selamat 7 menit. Kromatografi cair kinerja tinggi adalah suatu metode
pemisahan dari analit berdasarkan perbedaan interaksi pada fasa diam dan fasa
geraknya. Sehingga akan didapatkan waktu retensi.
Pada praktikum kali ini, larutan yang menjadi fasa geraknya adalah
aquabidest dan methanol dengan perbandingan 49 : 51. Sedangkan waktu retensi
yang didapat pada percobaan adalah 4,28 menit. Yang menjadi kendala pada
percobaan ini adalah alat kromatografi cair kinerja tinggi tidak terdeteksi pada
computer sehingga harus dilakukan restart berulang kali
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Waktu retensi yang didapat pada konsentrasi kafein 20 ppm adalah pada
menit 4,28 menit
37
SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menggunakan alat sektrofotometer sinar tampak (VIS) dan ultraviolet
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri.
1. Spektrofotometer Agilent
2. Kuvet
3. Labu takar 50 ml, 100 ml, 500 ml
4. Gelas kimia 100 mL
5. Erlenmeyer 1000 ml
6. Pipet ukur 10 mL
7. Bola karet
8. Batang pengaduk dan spatula
9. Kaca arloji
10. Neraca analitik
11. Corong gelas
12. Pipet tetes
1. NaOH
2. Paracetamol (bubuk)
3. Bodrex (bubuk)
4. Saridon (bubuk)
5. Panadol (bubuk)
6. Oskadon (bubuk)
7. Aquades
38
III. DASAR TEORI
Atau
39
Dengan, a= =Koefesien terapan (serapan molar)
K = ketetapan perbandingan
I0/I = Transmitansi(T)
Pada analisis kuantitatif, ada tiga metode yang sesuai dan secara umum
sering digunakan pada penentuan unsur didalam suatu bahan , seperti diuraikan
dibawah ini.
atau Cs = Cb
Dengan,
40
2. Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara
konsentrasi larutan standar terhadap absorbansi, dengan kurva
tersebut berupa garis lurus, kemudian dengan cara
mengintepolasikan dari larutan cuplikan kedalam kurva standar
tersebut di atas, akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.
Cs= X
41
Dengan,
Teori Tambahan
42
Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah larutan
standar dengan berbagai konsentrasi.
Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A versus C.
Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus yang
melalui titik nol.
Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada
larutan standart.
43
VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan
sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna
dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat
dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 1 cm.
IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada
dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan
ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil
kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan
harganya mahal.
44
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor.
Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
45
- Mengulangi langkah diatas sampai didapatkan larutan NaOH
sebanyak 1500 mL.
2. Persiapan Larutan Standar Induk (Paracetamol)
- Melarutkan 50 mg bubuk paracetamol dengan larutan NaOH 0,1N
- Setelah larut, memasukkan larutan kedalam labu takar 50 mL
- Menambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda batas dan
menghomogenkan dengan cara dikocok
3. Persiapan Larutan Standar Kerja
- Memipet larutan standar induk (Paracetamol) sebanyak 1 mL, 3
mL, 3mL, dan 7mL pada 4 labu takar 100mL yang berbeda
- Menambahkan larutan NaOH 0,1N sampai tanda batas dan
menghomogenkan
B. Persiapan Alat
1. Scanning Panjang Gelombang Optimum
- Menghidupkan komputer dan alat spektrofotometer agilent
- Pada instrumen online klik instrumen, memastikan lampu
deucterium on dan lampu tungsen off
- Memasukkan nilai spektrum dengan panjang gelombang 200-
400nm, memastikan tipe datanya absorbansi
- Membilas kuvet dengan NaOH (Menggunakan kuvet yang ada
tanda agilent) kuvet pada bagian bening
- Mengisi kuvet penuh ¾, memastikan bagian luar kuvet kering
- Menarik tuas keatas dan meletakkan kuvet, kemudian tuas
diturunkan kebawah
- Mengklik blank pada bagian layar, membiarkan alat bekerja
- Mengganti isi kuvet dengan larutan standar kemudian mengklik
sampel, membiarkan alatnya bekerja
- Mencetak hasilnya
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Pengukuran Konsentrasi Sampel
- Pada menu task, memilih menu quantification
- Memasukkan panjang gelombang optimum yang didapat dari
prosedur scanning panjang gelombang optimum
46
- Mengisi analyte dengan nama NaOH
- Mengecek list prompt standar dan prompt sampel
- Memasukkan juga scan panjang gelombang 200-400nm
- Memasukkan kuvet larutan blanko, kuvet telah dibilas dan kering
bagian luarnya
- Mengganti isi kuvet dengan larutan standar, kuvet telah dibilas dan
kering bagian luarnya
- Memasukkan konsentrasi standar pada semua larutan standar
secara berurutan
- Mengganti isi kuvet dengan larutan sampel, kuvet telah dibilah
dengan larutan blanko dan sampel itu sendiri
- Mengklik sampel pada layar
- Memasukkan info mengenai sampel yang diukur
- Mencetak hasilnya
V. DATA PENGAMATAN
1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar
47
2. Kurva Konsentrasi Sampel
48
VI. PERHITUNGAN
1. PERHITUNGAN MENGGUNAKAN EXCEL
a. Grafik pada Larutan Standar (Kalibrasi)
% error
100 7,7644 -15,73
900 72,717 -19,02
2500 179,06 -8,65
4900 280 14,51
Total 8400 539,5414
3
2,5 Absorbansi <256nm>
2
1,5 Linear (Absorbansi
1 <256nm>)
0,5
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi
49
Bodrex 1,00000 60,72700 3,97350
Total 239,75000 15,68734
XY
137,7102 9,010602
3594,242 235,1737
3098,036 202,7137
2670,409 174,7321
3687,769 241,2987
Total 13188,17 862,9288
50
b. Pembuatan Larutan Blanko
M NaOH = 0,1 N
V NaOH = 500 mL
BM NaOH = 40 gr/ml
51
Vp . Mp = Ve . Me
Vp. 1000 ppm = 100 mL . 70 ppm
Vp = 7000mL/1000
Vp = 7 mL
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Persamaan y = bx + a
Y = 0,0541x + 0,5298
52
3,9227 = 0,0541x + 0,5298
3,9227 – 0,5298 = 0,0541x
3,3929 = 0,0541x
X = 62,715
2. Paramex
Y = 0,0541x + 0,5298
3,642 = 0,0541x + 0,5298
3,642 – 0,5298 = 0,0541x
3,1122 = 0,0541x
X = 57,5268
3. Oskadon
Y = 0,0541x + 0,5298
3,3813 = 0,0541x + 0,5298
3,3813 – 0,5298 = 0,0541x
2,8515 = 0,0541x
X = 52,7079
4. Bodrex
Y = 0,0541x + 0,5298
3,9735 = 0,0541x + 0,5298
3,9735 – 0,5298 = 0,0541x
3,4437 = 0,0541x
X = 63,6543
5. % Kesalahan
1. Panadol
2. Paramex
53
3. Oskadon
4. Bodrex
54
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan yang telah dilakukan mengenai spektrofotometri uv
untuk menganalisa paracetamol yang terkandung didalam panadol, paramex,
oskadon, dan bodrex. Dimana, didalam percobaan digunakan NaOH sebagai
larutan pelarut. Hal ini dikarenakan larutan NaOH bersifat netral sehingga
tidak memberi pengaruh yang besar terhadap sampel yang dianalisis.
Larutan induk yang digunakan didalam percobaan ialah Paracetamol
murni 1000 ppm, yang kemudian diencerkan lagi menjadi 10 ppm, 30 ppm,
50 ppm, dan 70 ppm. Fungsi pengenceran ialah untuk mencari konsentrasi
sampel secara teori. Kurva yang terbentuk pada layar komputer tidak
terbentuk sejajar seperti yang diharapkan, akan tetapi hampir sejajar. Hal ini
dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pembuatan larutan NaOH
ataupun larutan induk
Larutan standar dan larutan sampel dimasukkan secara bergantian
kedalam kuvet sebanyak ¾ bagian. Sumber radiasi berupa lampu tungsten
sebagai sinar tampak dan lampu deuterium sebagai sinar uv akan melewati
larutan didalam kuvet. Karena panjang gelombang murni yang didapatkan
sebesar 256nm, maka lampu yang digunakan hanyalah lampu deuterium.
Sumber cahaya yang melewati kuvet akan memasuki monokromator yang
menghasilkan emisi cahaya kontinu pada semua panjan gelombang. Cahaya
yang melewati monokromator diukur oleh detektor yang terdiri dari katoda
dan anoda.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Persamaan regresi linear kurva larutan standar
Y = 0,0541x + 0,5298
2. Konsentrasi sampel secara teori
a. Panadol = 62,715 ppm
b. Paramex = 57,5268 ppm
c. Oskadon = 52,7079 ppm
d. Bodrex = 63,6543 ppm
55
3. Persen kesalahan yang didapatkan
a. Panadol = 4,4 %
b. Paramex = 3,2 %
c. Oskadon = 1,95 %
d. Bodrex = 4,5 %
56
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
Buret
GAMBAR ALAT KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Chamber Kromatografi
Gelas Kimia
Pipa Kapiler
Sinar UV 235-366 nm
GAMBAR ALAT KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI