TAHUN 2010
Lampiran
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : ...............................................................
TENTANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2
DIREKTORAT JENDERAL PP & PL
TAHUN 2010
Rancangan
TENTANG
3
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
4
Kedua : Pedoman Pengendalian Penyakit Diare sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI KESEHATAN,
5
Daftar Isi
I
PENDAHULUAN 1
I. LATAR BELAKANG 1
II. TUJUAN 1
III. KEBIJAKAN
2
IV. STRATEGI
2
V. KEGIATAN
2
A. Tujuan
3
B. Pembagian Diare 3
1. Diare Cair Akut 3
2. Patofisiologi 5
3. Prinsip Tatalaksana Diare 6
6
4. Prosedur Tatalaksana Diare 9
C. Diare Bermasalah 14
1. Diare Berdarah 14
2. Diare Berkepanjangan (Prolonged Diarrhea) 26
3. Diare Persisten / Diare Kronik 26
4. Diare Gizi Buruk 37
5. Diare dengan Penyakit Penyerta 48
A. Definisi 52
B. Diare Akut 52
C. Diare Kronis 53
D. Tatalaksana Diare Akut 55
1. Prinsip Tatalaksana Penderita Diare 55
2. Tatalaksana 56
E. Sarana Dehidrasi 59
1. Pojok Oralit 60
2. Kegiatan Pelatihan Diare (KPD) 62
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI 65
I. TUJUAN 65
II. PENGERTIAN 59
III. PROSEDUR SURVEILANS 66
IV. SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) 68
V. PENGORGANISASIAN 70
VI. MANAJEMEN KLB DIARE 73
VII. PERANAN DIAGNOSTIK LABORATORIUM MIKROBIOLOGIK 76
I. PENGERTIAN 82
II. TUJUAN 82
III. STRATEGI 82
A. Advokasi 82
B. Bina Suasana 84
C. Gerakan/Pemberdayaan Masyarakat 85
PENGELOLAAN LOGISTIK 87
7
I. TUJUAN 87
II. PENGELOLAAN LOGISTIK 87
A. Kebutuhan
87
B. Pengadaan
90
C. Penyimpanan
90
D. Distribusi
90
E. Persediaan
90
PENCEGAHAN 91
I. TUJUAN 91
II. KEGIATAN 91
A. Perilaku Sehat
91
B. Penyehatan Lingkungan
94
I. PEMANTAUAN 96
A. Tujuan
96
B. Pengertian
96
C. Kegiatan yang Dipantau
96
1. Tatalaksana Diare 96
2. Surveilans Epidemiologi 96
3. Pelaksanaan Strategi Komunikasi 97
4. Pengelolaan Logistik 97
D. Alat Pemantauan
97
E. Cara Pemantauan
97
II. EVALUASI 98
A. Tujuan
98
B. Pengertian 98
8
C. Indikator 98
1. Angka Penemuan Penderita (Case Detection Rate/CDR)
98
2. Cakupan Pelayanan
98
3. Kualitas Pelayanan
98
4. Angka Kematian Pada Saat KLB (CFR)
100
Daftar Pustaka
Lampiran
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
9
I. Latar Belakang
Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
kesakitan diare dari tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal
setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada
tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10
kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di
negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. (WHO,
2005). Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000
adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun
2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000
balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT
2001). Diare merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%) pada semua umur
dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian
nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Hasil
Riskesdas 2007).
II. Tujuan
Umum :
Khusus :
10
III. Kebijakan
IV.Strategi
V. Kegiatan
11
A. TUJUAN
1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengobati dehidrasi.
3. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare.
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
B. PEMBAGIAN DIARE
a. Batasan
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.
Khusus pada neonatus yang mendapat ASI, diare akut adalah buang
air besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari)
dengan konsistensi cair.
b. Etiologi
12
Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network
(IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di 6 Rumah Sakit,
penyebab infeksi terutama disebabkan oleh Rotavirus dan
Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.
Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan
berkurangnya produksi enzim laktase sehingga menyebabkan
malabsorpsi laktosa.
c. Epidemiologi
13
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada anak berumur kurang
dari 5 tahun (balita). Di negara berkembang, sebesar 2 juta anak
meninggal tiap tahun karena diare, dimana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar, 2003).
Berdasarkan laporan WHO, kematian karena diare di negara
berkembang diperkirakan sudah menurun dari 4,6 juta kematian
pada tahun 1982 menjadi 2 juta kematian pada tahun 2003 (WHO,
2003), Di Indonesia, angka kematian diare juga telah menurun
tajam. Berdasarkan data hasil survei rumah tangga, kematian karena
diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 26,9%
pada tahun 1980, 26,4% tahun 1986 hingga 13% tahun 2001 dari
semua kasus kematian.
2. PATOFISIOLOGI
a. Diare Sekretorik
Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorpsi natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat.
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai
tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh
toksin, misalnya toksin E.coli atau V.cholera 01.
b. Diare Osmotik
14
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara lumen usus dan cairan ekstrasel. Oleh karena itu, bila di
lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap akan menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah larutan
isotonik, air atau bahan yang larut maka akan melewati mukosa usus
halus tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.
15
Saat ini Oralit yang digunakan adalah Oralit kemasan 200cc dengan
komposisi sebagai berikiut :
b. Zinc
Zinc diberikan pada setiap diare dengan dosis, untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg ( ½ tablet) Zinc per hari,
sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet
zinc 20 mg. Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun
16
diare sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian
diare selanjutnya selama 3 bulan ke depan.
e. Pemberian Nasihat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasihat tentang :
17
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan:
Muntah berulang!
Sangat haus
Timbul demam
Tinja berdarah
a. Riwayat penyakit
18
b. Menilai Derajat Dehidrasi
A B C
PENILAIAN
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Rasa Haus (beri air minum) Minum biasa, Haus,ingin minum banyak Malas minum atau
Tidak Haus tidak bisa minum
Raba / Periksa :
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Lambat (lebih dari 2 detik)
Pada penderita yang gizinya buruk, kulitnya mungkin saja kembali dengan lambat walaupun dia tidak dehidrasi.
Pada penderita yang obesitas (terlalu gemuk), kulitnya mungkin saja kembali dengan cepat walaupun penderita
mengalami dehidrasi.
19
20
21
UMUR Sampai 4 bulan 4-22 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah Cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
22
23
24
II. TATALAKSANA PENDERITA DIARE PADA DEWASA
A. DEFINISI
DIARE adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lembek (setengah
cair) dgn frekwensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.
B. DIARE AKUT
1. Batasan
2. Etiologi
Virus (Rotavirus type 1,2,8, dan 9, Norwalk virus, Astro virus, Adeno
virus, Small bowel structur virus dan Cytomegali virus).
25
Bakteri (Golongan vibrio kolera/Eltor Escheria coli, Shigella,
Salmonella, Aeromonas, Bacilus cereus, Clostridium perfringen,
Staphylococcus aureus).
Non infeksi :
Allergi makanan.
Keracunan : keracunan makanan dan keracunan
oleh bahan kimia.
Efek samping obat.
Sebab sebab lain.
3. Patofisiologi
a. Diare Inflamasi
b. Diare Osmotik
c. Diare Sekretorik
C. DIARE KRONIS
1. Batasan
26
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (14
hari).
2. Etiologi
a. Infeksi
Bakteri Shigella sp
Salmonella sp
Enteroinvasif E.coli (EIEC)
Enterohemorrhagic (EHEC)
Helicobacter jejeni
Yersina enterocolitica
M.tuberculosis
Aeromonas sp
Pleiomonas sp
Mycobacterium avium complex
Campylobacter, Clostridium difficile.
Fungus Cryptococcus,
Aspergillus,Histoplasma.
b. Non Infeksi
27
Efek samping obat, Pasca radiasi.
Bagian dari Penyakit sistemik lain: DM, Tyrotoxicosis.
3. Faktor Risiko
4. Patofisiologi
a) Diare Osmotik
b) Diare Sekretorik
c) Diare Inflamasi
d) Gangguan motilitas
Pada diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme tersebut
diatas.
28
D. TATALAKSANA DIARE AKUT
b. Mengatasi dehidrasi
Segera lakukan rehidrasi oral atau intravena sesuai derajat dehidrasi.
c. Pemberian makanan.
f. Pemberian Zinc
2. Tatalaksana
a. Terapi Cairan
1) Tentukan Derajat Dehidrasi
Pada dewasa perlu diperhatikan tingkat dehidrasi ;
Tanpa dehidrasi, ciri utama adalah timbulnya rasa haus
Ringan
Sedang
Berat
Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat digunakan tabel dibawah
ini. Sebagai pilihan dapat digunakan Metode Sistem Skor Daldiyono
berdasarkan tanda dan gejala klinis.
DERAJAT DEHIDRASI
29
RINGAN SEDANG BERAT
TANDA VITAL
Nadi Normal Cepat dan lemah Nadi halus sampai tidak teraba
Turgor kulit Kembali Segera Kulit normal Kulit dingin dan lembab, kembali
kembali lambat sangat lambat.
Kembali cepat
Catatan : Perhitungan kehilangan cairan ini harus mempertimbangkan usia lanjut, penyakit tertentu.
KLINIS SKOR
1. Rasa 1
haus/muntah 1
2. Kesadaran 2
apathis
1
3. Kesadaran
somnolent, sopor atau koma. 2
4. Tekanan 1
darah sistolik 60-90mmHg 1
30
5. Tekanan 2
darah sistolik <60 mmHg>120 x / menit 2
6. Freukuensi 2
nadi >120 x / menit
1
7. Frekuensi
napas > 30x / menit 1
8. Fasies 1
cholerica -1
9. Vox cholerica -2
10. Sianosis
11. Turgor kulit
menurun
12. Washer
womens hand
13. Ekstremitas
dingin
14. Umur 50 – 60
tahun
15. Umur > 60
tahun
2) Jenis cairan
Cairan rehidrasi oral (ORALIT) yang paling ideal harus terdiri dari:
Dengan osmolaritas :
Sodium 75 mmol/L
Klorida 65 mmol/
Glukose anhydrous 75 mmol/L
Potasium 20 mmol/L
Citrat 10 mmol/L
----------------------------------------------
Total osmolaritas 245 mmol/L
31
Pada penderita yang memerlukan pemberian cairan secara intra
vena diberikan cairan Ringer lactat, Ringer asetat atau Nacl 0,9%
+ Bicarbonat 50 ml.
3) Jumlah Cairan
Skor
------ x 10% x kgBB x 1 liter
15
4) Cara Pemberian
ORALIT ad libitum
Catatan :
b. Terapi Kausal
32
Antibiotika diberikan pada kasus :
Kolera
Diare lebih dari 8 kali per hari
Diare dengan demam
Diare berlendir dan / atau berdarah
E. SARANA REHIDRASI
1. Pojok Oralit
a. Fungsi
b. Tempat
c. Sarana Pendukung
33
1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih.
2) Prasarana :
34
Memberikan demonstrasi tentang bagaimana
mencampur larutan oralit dan bagaimana cara
memberikannya.
Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam
memberikan larutan oralit bila ada muntah.
2) Pelayanan Penderita
a. Fungsi
35
Pusat pengobatan diare, terutama upaya rehidrasi oral
(URO).
Pusat untuk latihan mahasiswa kedokteran dan peserta
latihan lain.
b. Tempat
c. Sarana Pendukung
2) Prasarana :
Logistik : Oralit, tablet Zinc, cairan RL, Infuse set, Wing needle
dan Antibiotika yang diperlukan.
d. Kegiatan
1) Pelayanan derita
36
Menjelaskan cara-cara mengatasi kesulitan dalam
memberikan larutan oralit bila muntah.
2) Pelatihan
3) Penelitian
37
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
I. TUJUAN
Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan maupun pengendaliannya di semua jenjang pelayanan.
II. PENGERTIAN
A. EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata dasar,
yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk
dan kata terakhir adalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi
Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini Epidemiologi adalah “Ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta
determinant masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta
determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya)”.
38
B. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
C. WABAH
39
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu)
bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
1. Laporan Rutin
2. Laporan KLB/wabah
40
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1)
dan dilanjutkan dengan laporan khusus (lihat Lampiran 3.2) yang
meliputi :
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada
pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line
data” sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian
tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan
datang.
A. DEFINISI
C. TAHAP PELAKSANAAN
b. Kesehatan Lingkungan :
c. Perilaku masyarakat :
42
d. KLB diare sebelumnya
2. Sumber informasi :
43
8) Menyiapkan carry and blair untuk
pengambilan sampel rectal swab (usap dubur), dan segera dikirim
ke Laboratorium.
b. Tingkat Kabupaten/Kota
c. Tingkat Propinsi
d. Tingkat Pusat
44
1) Menyusun pedoman.
2) Menyusun norma standar prosedur dan kriteria
serta indikator.
3) Menyusun perencanaan program (logistik,
pengamatan, pencegahan, penyuluhan).
4) Melakukan kajian melalui studi khusus.
5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SKD.
V. PENGORGANISASIAN
45
2. Tingkat Kabupaten/Kota
3. Tingkat Propinsi
46
1) Melakukan analisis terhadap daerah rawan KLB dan faktor
risikonya serta pemetaan.
4. Tingkat Pusat
47
5) Melakukan desiminasi informasi bagi
pihak dan instansi terkait.
6) Melaksanakan studi kasus mengkaji
karakteristik daerah rawan KLB.
7) Menyusun pertemuan berkala LP/LS
tingkat Pusat.
B. Lintas Batas
A. PRA-KLB/WABAH
48
3. Mempersiapkan tenaga dan
logistik yang cukup di Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Propinsi dengan
membentuk Tim TGC.
4. Meningkatkan upaya promosi
kesehatan.
5. Melaksanakan pemeriksaan
usap dubur secara berkala.
6. Meningkatkan kegiatan lintas
program dan sektor.
a. Tujuan :
3. Penanggulangan KLB
50
tempat yang terdekat dari lokasi KLB diare dan terpisah dari
pemukiman.
A. TUJUAN
B. BAHAN
C. ALAT
4. Pengambilan Specimen
53
7) Kapas lidi dicabut kembali sambil diputar kekanan. Setelah lidi
sampai diluar segera masukkan dalam tabung Cary & Blair, lidi
ditekan sampai ke dasar botol sehingga seluruh bagian lidi yang
terbalut kapas terendam dalam agar. Jika ada bagian lidi yang
terlalu panjang sampai melewati mulut tabung, potong persis
dipinggir mulut tabung dan tabung segera ditutup.
b. Air
54
Alamat pengambilan : ……………………………………
Tanggal : ……………………………………
Hari : ……………………………………
Jam : ……………………………………
Perlu diperhatikan :
c. Makanan.
d. Muntahan
55
3) Apabila bentuk sampel terlalu besar
maka perlu dipotong menjadi kecil–kecil dengan pisau /
gunting agar mudah dianalisa di laboratorium.
4) Apabila sampel mengandung
air,sebaiknya airnya juga diambil.
5) Botol segera ditutup secara aseptis,
dan diberi label.
5. Penyimpanan Specimen
b. Air
Bila memerlukan waktu lebih dari 6 jam, sampel dimasukkan
dalam kotak pendingin (coolbox) dengan suhu 80 C – 100C.
c. Makanan
Masukkan sampel kedalam coolbox yang telah berisi icepack.
56
d. Bahan lain (muntahan)
Masukkan sampel kedalam coolbox yang telah berisi icepack.
3. Pengemasan Specimen
b. Air
c. Makanan
d. Bahan Muntahan
4. Pengiriman Specimen
57
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
I. PENGERTIAN
II. TUJUAN
III. STRATEGI
1. Tujuan
2. Langkah Kegiatan
58
a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan
dari para pengambil keputusan.
b. Menentukan Sasaran
c. Menentukan Materi
1) Pendekatan langsung
2) Seminar
3) Rapat kerja
4) Lokakarya
5) Sarasehan
6) Pertemuan Lintas Sektor
e. Menentukan Media
1) Proposal
2) Buku Pedoman
3) Makalah
4) Leaflet
59
2) Dukungan politis berupa SK,SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-
lain.
3) Dukungan sumber daya
B. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
dalam pengendalian penyakit diare.
1. Tujuan
2. Langkah Kegiatan
b. Menentukan sasaran
c. Menentukan materi
1) Orientasi
2) Pelatihan
3) Kunjungan Lapangan
60
4) Jumpa Pers
5) Dialog terbuka/ Interaktif TV, Media elektronik
6) Penulisan artikel, dll
1. Tujuan
2. Langkah Kegiatan
a) Menentukan sasaran
61
1) Tatalaksana diare di rumah tangga yaitu :
(a) Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air
tajin, air teh, air kuah sayur, air sup, oralit.
62
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
I. PEMANTAUN
A. TUJUAN
B. PENGERTIAN
1. Tatalaksana Diare
2. Surveilans Epidemiologi
4. Pengelolaan Logistik
D. ALAT PEMANTAUAN
E. CARA PEMANTAUAN
1. Pemantauan
64
program diare, agar kegiatan program diare dapat dilaksanakan sesuai
rencana.
2. Umpan balik
II. EVALUASI
A. TUJUAN
B. PENGERTIAN
a. Semua Umur
65
Target Penemuan Penderita Diare Semua Umur adalah 10 % x
Perkiraan Penderita dalam satu tahun.
b. Balita
2. Cakupan Pelayanan
Contoh Perhitungan :
maka :
66
Cakupan Pelayanan Penderita Diare Semua Umur :
760
= -------- x 100% = 61,6 %
1.233
b. Balita
Contoh Perhitungan :
maka:
520
= -------- x 100% = 66,6%
780
67
Pelayanan tidak memuaskan sehingga penderita diare yang datang
ke sarana kesehatan berkurang.
Masyarakat bisa mengobati diare di rumah.
Jangkauan sarana kesehatan terlalu luas, sehingga tidak dapat
menjangkau seluruh masyarakat di wilayah tersebut.
Laporan tidak lengkap.
3. Kualitas Pelayanan
Jumlah penderita diare balita yang dilayani oleh sarana & kader
--------------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah penderita diare semua umur yang dilayani sarana & kader
69
4. Menganalisis Hasil Pemantauan / Supervisi,
PENGELOLAAN LOGISTIK
I. TUJUAN
Tersusunnya kebutuhan dan terlaksananya sistim pengadaan, penyimpanan,
distribusi dan persediaan logistik Pengendalian Penyakit Diare.
II. PENGELOLAAN
Logistik yang dibutuhkan Pengendalian Penyakit Diare adalah oralit, zinc, obat
paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet
zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah Oralit, Ringer Laktat 500 ml,
giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan
ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg.
A. KEBUTUHAN
70
(Puskesmas dan Kader). Perkiraan jumlah penderita diare dihitung
berdasarkan perkiraan penemuan penderita, angka kesakitan, jumlah
penduduk di suatu wilayah. Perkiraan jumlah penderita ditentukan
sesuai Tabel Indikator (lihat Lampiran 5.1).
Kebutuhan Oralit :
Kebutuhan Zinc :
Keterangan :
Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah
kebutuhan.
ORALIT = Target Penemuan Penderita Diare Semua Umur x 6 bungkus + Cadangan – Stok
a. Oralit
b. Zinc
e. Wing Needle
72
Kebutuhan Wing Needle = 30% x R penderita x 1 set V set
f. Abocate
g. Tetrasiklin 500 ml
h. Kaporit
i. Lisol
B. PENGADAAN
C. PENYIMPANAN
D. DISTRIBUSI
E. PERSEDIAAN (STOK)
PENCEGAHAN
I. TUJUAN
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan
diare melalui pengendalian faktor risiko..
II. KEGIATAN
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah :
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen Zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
74
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan
yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja,
tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh
(memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai
mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI harus
diteruskan sambildan di tambahkan makanan lain (proses menyapih).
Pada bayi yang tidak di beri ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, mempunyai riesiko terkena diare 30x lebih besar. Pemberian
susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol
untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
75
anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x
sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan
yang di masak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian
ASI bila mungki.n.
76
d4. Mencuci Tangan
77
menggunakan jamban agar masyarakat disekitarnya terlindungi dari
sakit diare. Menggunakan Jamban
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus di buang secara benar.
h.
78
B. PENYEHATAN LINGKUNGAN
2. Pengelolaan Sampah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak mmenuhi syarat akan
menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi
menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang
endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman,
secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk.
79
MENTERI KESEHATAN
Daftar Pustaka
Black RE. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing world J
Nutr 2003;133:1485S-1489S
Bresee JS, Hummelman E, Nelson EA, et al. Rotavirus in Asia: the value of
surveillance for informing decisions about the introduction of new vaccines J
Infect Dis 2005;192:1S-5S.
80
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. 2003.
Elvira J, Firmansyah A, Akib AAP. Shigellosis in children less than five years in
urban slum area: a study at primary health care in Jakarta. Pediatr Indones
2007;47:42-46
Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (terjemahan) UI Press, Jakarta, 1999.
Parashar UD, Hummelman EG, Bresee JS, et al. Global illness and deaths caused
by rotavirus disease in children Emerg Infect Dis 2003;9(5):565-572.
Soenarto Y , Aman AT, Bakri A. Et al. Extention for hospital-based surveillance and
strain characterization of rotavirus diarrhea in Indonesia. Report to PATH. 2007.
Soenarto, Y, et al. Pilot studi efektivitas suplemen zinc pada terapi diare.
Unpublished. 2007
Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract J Nutr
2000;130:1388S-1392S.
81
WHO (a). Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management
of common illnesses with limited resources. 2005
WHO (b) Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to
Shigella dysenteriae type 1. 2005
Lampiran
82
Tim Penyusun
83
Dr. Muzal Kadim, SpA FK UI / RSCM Jakarta
Dr.Budi Santoso, SpA(K) FK UNDIP/RS Kariadi
Prof. Dr. Daldiono, SpPD – KGEH FK UI / RSCM Jakarta
Prof. Dr. Azis Rani, SpPD – KGEH FK UI / RSCM Jakarta
Prof. Dr. Siti Nurdjanah,M.Kes,SpPD-KDEH FK UGM / RS Sarjito
Dr Ari Fachrial Syam,SpPD-KGEH FK UI / RSCM Jakarta
Dr. Widayat Djoko Santoso, SpPD-KPTI FK UI / RSCM Jakarta
Dr. Yosia Ginting, SpPD, KPTI FK USU / RSUP Adam Malik
Dr. Herry Purbayu, SpPD-KGEH FK UNAIR / RS Dr.Sutomo
Dr. Iman Firmansyah, SpPD RSPI Sulianti Saroso Jakarta
Dr. H. Prima Sudjana, SpPD-KPTI, MH Kes RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
Dr. Niniek Budiarti, SpPD-KPTI RSU Dr Syaiful Anwar Malang
Dra.Conny Riana Tjampakasari,MS,DMM FK UI / Dept Microbiologi
Dr. Nunung B. Priyatni, M.Epid
Drg. Rini Noviani Kasubdit Diare & ISP
Naniek Murniati, SKM, MM Kasi Subdit Diare & ISP
Dr. Sukmawati Dunuyaali Kasi Subdit Diare & ISP
Dr. Yullita Evarini, MARS Staf Subdit Diare & ISP
Agus Handito, SKM, M.Epid Staf Subdit Diare & ISP
Nanik Sri Haryani, B.Sc Staf Subdit Diare & ISP
Lasmaria Marpaung, SKM Staf Subdit Diare & ISP
Arman Zubair, S.AP Staf Subdit Diare & ISP
Dr. Karnely Herlena Staf Subdit Diare & ISP
Dr. Marolop Binsar Silaen Staf Subdit Diare & ISP
Hartati Deskawati, S.AP Staf Subdit Diare & ISP
Lilis Budiarti, S.Sos Staf Subdit Diare & ISP
84