RINGKASAN
Gawat janin atau asfiksia intrauterin dapat merupakan akibat dari kompresi
tali pusat yang berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau
prolapsus t ali pus at. Komplikasi yang paling s ering te rjadi pa da K PP s ebelum us ia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (asfiksia), yang terjadi pada
10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi, kecacatan, dan kematian juga meningkat pada
kejadian KPP tersebut.
Data hasil studi pendahuluan di RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya
pada t anggal 1 -4 D esember 2009, m enunjukkan ba hwa pa da bul an D esember t ahun
2008, dari 16 ka sus KPP terdiagnosa 3 ka sus asfiksia berat, 3 ka sus asfiksia sedang,
dan 10 ka sus a sfiksia r ingan (tidak a sfiksia). M enurut r egister ba yi m enunjukkan
bahwa asfiksia merupakan kasus neonatus terbanyak kedua setelah BBLR.
Metode pe nelitian i ni, a nalitik yang be rdesain case control study.
Populasinya i bu i npartu di V K be rsalin R SUD d r. M ohamad S oewandhie S urabaya
tahun 2008 s ejumlah 2101 ka sus. P engambilan sampel de ngan t eknik proportional
stratified ramdom sampling. B esar s ampel 67 k asus. V ariable i ndependent, ke tuban
pecah prematur (KPP) dan variable dependent, asfiksia neonatorum. Instrumen yang
digunakan l embar p engumpul da ta. S umber da ta da ri r ekam m edis. Analisis da ta
menggunakan pendekatan statistic non parametric Chi Square.
Hasil pe nelitian dari 33 ka sus i bu i npartu m engalami ke tuban pe cah
prematur (KPP), 20,9% mengalami asfiksia dan dari 34 ka sus ibu inpartu yang tidak
KPP, 20,9% tidak mengalami asfiksia. Hasil uji Chi Square, X2 hitung < X2 tabel (1,802 <
3,48) be rarti tidak ada pe rbedaan kejadian asfiksia ne onatorum pa da ka sus ketuban
pecah prematur (KPP) dengan bukan ketuban pecah premature (non – KPP).
Kesimpulan pe nelitian i ni, kur ang da ri 50 % i bu i npartu yang m engalami
ketuban pecah prematur (KPP), dan lebih dari 50% terjadi asfiksia sedang, serta tidak
ada perbedaan kejadian asfiksia n eonatorum pada k asus ketuban pe cah pr ematur
(KPP) de ngan bukan ketuban pe cah pr emature ( non – KPP). Berdasarkan data,
ketuban pe cah pr ematur ( KPP) buka n m erupakan f aktor dom inan pe nyebab a sfiksia
neonatorum ka rena a da be berapa f aktor l ain pe nyebab a sfiksia ne onatorum. O leh
karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai faktor yang dominan penyebab
asfiksia neonatorum.
ABSTRACT
The Difference Incidence Neonates Asphyxia in Premature Rupture of
Membrans Cases (PROM) and No Premature Rupture of Membranes (Non –
PROM) at RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya in 2008