Anda di halaman 1dari 2

Imam Al-Qurthubi

Ahli Tafsir Ternama dari Cordova


ABIDAH RF.

Janji Allah yang termaktub dalam Surat al-Mujadilah ayat ke-11, Dia akan mengangkat orang-
orang yang beriman dan memiliki ilmu ke derajat yang lebih tinggi, mendapat sambutan yang
hangat dari kaum Muslimin. Mereka berlomba-lomba ingin mencapai hirarkhi keilmuan yang
paling tinggi, bagaimanapun caranya dimanapun mereka berada, dan kapan pun waktunya. Tidak
mengherankan jika di berbagai zaman dan berbagai tempat banyak para ulama dalam berbagai
disiplin ilmu yang bermunculan, bagaikan cendawan di musim penghujan.
Dalam lintasan sejarahnya, umat Islam mempunyai banyak ahli tafsir yang ternama. Di antara
sebagian nama ahli tafsir ternama yang lekat di hati kaum Muslimin adalah Imam Qurthubi yang
memiliki nama asli Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farh al-Anshari al-
Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi. Lahir di Cordova, Andalusia (Spanyol) Di kota kelahirannya
itu, ia belajar bahasa Arab, al-Qur’an, syair, fiqh, nahwu, qira’at, balaghah, dan ilmu-ilmu
lainnya.
Imam al-Qurthubi hidup ketika orang-orang al-Muwahhidun tengah berkuasa. Secara tidak
langsung, di bawah kekuasaan orang-orang alMuwahhidun ini, banyak memberikan sumbangan
berharga bagi kehudupan intelektualnya. Hal demikian terjadi karena Muhammad bin Taumart,
pendiri Dinasti al-Muwahhidun, merupakan salah seorang ulama terkemuka pada masanya.
Ketika orang-orang al-Muwahhidun ini berkuasa, banyak buku dan karya tulis yang tersebar luas
di Andalusia. Cordova sendiri merupakan kota yang paling banyak dibanjiri buku-buku tersebut,
dan penduduknya merupakan para pecinta dan penuntut ilmu yang paling gigih di seantero
Andalusia.
Oleh orang-orang yang hidup sezaman dengannya, Imam al-Qurthubi dikenal sebagai seorang
penuntut ilmu yang sangat tekun. Dia belajar kepada banyak ulama terkemuka pada masanya. Di
antaranya Dharir bin Ali bin Futuh al-Uzdi al-Iskandarani al-Maliki (adalah ahli hadits yang
lebih terkenal dengan julukan Ibnu Rawaj). Al-Alamah Bahauddin Abu al-Hasan Ali bin
Hibatullah bin Salamah al-Misri asy-Syafi’I (ahli hadits, ali fiqh, dan ahli qira’at yang lebih
terkenal dengan julukan Ibnu al-Jumaizi).. Abu al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-
Maliki, Al-Hasan bin Muhammad bin Amruk at-Taimi an-Nisaburi, dll.
Selama hidupnya, Imam al-Qurthubi dikenal sebagai seorang lelaki yang shalih, ulama yang
sangat luas dan dalam ilmunya, zuhud terhadap dunia, banyak menyibukkan diri dengan urusan
akhirat, serta menghabiskan umurnya untuk beribadah dan menulis buku. Asy-Syaikh adz-
Dzahabi memberikan kesaksian tentang dirinya, “Imam al-Qurthubi seorang imam yang banyak
menguasai dengan mendalam berbagai disiplin ilmu. Dia mempunyai banyak karya tulis yang
bermanfaat, yang menunjukkan tentang keanekaragaman kajiannya, serta maksimalitas akal dan
keunggulannya.”
Para ahli sejarah menyebutnya bahwa Imam al-Qurthubi mempunyai banyak karangan. Di
antaranya Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, At-tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah, At-
Tidzkar fi Afdlalil Adzkar, Al-Usna fi Syarhi Asmaillahil Husna, Syarhut Taqashi, Al-I’lam bi Ma
fi Dinin Nashara minal Mafasid wal Auham wa Idhari Mahasini Dinil Islam, Qam’ul Hirshi biz
Zuhdi wal Qana’ah, Risalatun fi Alqabil Hadits, Kitabul Aqdliyah, Al-Mishbah fil Jam’I bainal
Af’ali wash Shihah, dll.
Meskipun mempunyai banyak karya tulis, namun karya tullis yang paling terkenal yang dipunyai
Imam al-Qurthubi adalah kitab tafsirnya yang berjudul Al-jami li Ahkamil Qur’an. Kitab ini
dinilai sebagai “ensiklopedia” yang memuat banyak informasi tentang ilmu pengetahuan.
Adapun keistimewaan dari kitab ini, di dalamnya diulas tentang hukum-hukum yang terkandung
di dalam ayat al-Qur’an secara panjang lebar, mayoritas hadits-hadits yang ada di dalamnya
langsung ditakhrij oleh Imam al-Qurthubi dan diungkapkan pula para perawinya. Di dalam kitab
ini Imam al-Qurthubi tidak banyak memasukkan cerita-cerita israiliyat dan hadits-hadits palsu,
dan kalaupun dia memasukkan cerita-cerita israiliyat yang ada kaitannya dengan “nama baik”
para malaikat dan para nabi, dia berulangkali menyebutkan bahwa cerita tersebut adalah batil dan
tidak bisa dipertanggungjawabkan otentisitasnya.
Kendati oleh banyak kalangan kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an dinilai sebagai kitab tafsir yang
terbaik, namun tetap saja ia tidak bisa terlepas dari cacat dan kekurangan. Di antara cacat dan
kekurangan itu adalah ketika Imam a-Qurthubi menafsiri ayat ke 7 dari surat Gharir yang artinya
berbunyi, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang ada di sekelilingnya
bertashbih memuji Tuhan mereka.” Dalam menafsiri ayat ini dia menukilkan cerita israiliyat
yang menyebutkan bahwa kaki para malaikat tersebut berada di lapisan bumi yang paling bawah,
sedangkan kepala mereka menembus langit hingga ke samping Arsy.
Dalam menulis kitab tafsirnya itu, Imam al-Qurthubi banyak merujuk dan dipengaruhi kitab-
kitab tafsir yang dikarang para ahli tafsir besar yang hidup sebelumnya. Di antara mereka itu
adalah Abu Muhammad Abdul Haq bin Athiyyah (lebih terkenal dengan julukan Ibnu Athiyyah),
Abu Ja’far an-Nuhas, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi (lebih terkenal dengan
julukan Al-Mawardi), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (lebih terkenal dengan
julukan Ibnu Jarir ath-Thabari), dan Abu Bakr bin al-Arabi. Dari kitab-kitab tafsir mereka itu,
Imam al-Qurthubi menukil tafsir bil ma’tsur, qira’at, lughah, nahwu, balaghah, fiqh, kajian
hukum dsb.
Dikemudian hari kitab tafsir Imam al-Qurthubi itu ternyata banyak mempengaruhi dan menjadi
rujukan bagi para penafsir yang hidup sesudahnya. Hal demikian tentu bisa dimaklumi
mengingat adanya berbagai keistimewaan pada kitab tersebut. Para penafsir yang banyak
dipengaruhi dan merujuk kitab tafsirnya itu di antaranya adalah Imaduddin Abul Fida Ismail bin
Amru bin Katsir (lebih terkenal dengan julukan asy-Syaukani) dll.
Beberapa tahun menjelang kewafatannya, Imam al-Qurthubi berpindah ke Mesir. Pada saat itu
yang tengah berkuasa di sana adalah orang-orang al-Ayyubiyyun. Orang-orang al-Ayyubiyyun
ini, seperti halnya orang-orang al-Muwahhidun di Andalusia, juga dikenal sebagai para pecinta
dan penuntut ilmu yang sangat gigih. Maka, praktis di ahidup di tengah komunitas baru yang
tidak jauh berbeda dengan komunitas lamanya.
Pada malam Senin hari ke 9 dari bulan Syawwal tahun 871 H, Allah memanggil Imam al-
Qurthubi yang shalih serta berilmu luas dan mendalam ini ke hadirat-Nya. Oleh kaum Muslimin,
jenazahnya dimakamkan di pemakaman al-Muniya yang terletak di sebelah timur Sungai Nil.
Semoga Allah senantiasa merahmatinya dengan rahmat yang seluas-luasnya.
Penulis tinggal di Jepara, Jawa Tengah

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 15 2004

Anda mungkin juga menyukai