PENDAHULUAN
1. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil
1. Rohma Nurlia Pengaruh Gaya gaya Ada pengaruh dari
(2017) Kepemimpinan kepemimpinan gaya kepemimpinan
terhadap Kinerja kepala sekolah yang diterapkan
Karyawan pada PT. (X1), iklim oleh pimpinan PT.
Al-Ijarah Indonesia organisasi Al-Ijarah Indonesia
Finance Lampung sekolah (X2), dan Finance Lampung
kinerja guru (Y) terhadap kinerja
karyawan, hal ini
dapat dilihat dengan
signifikasi 𝛼=
0,05dengan hasil
uji t = 5,055 dan
signifikansinya <
0,05 (0,000 <
0,05), yang artinya
hipotesis dapat
disimpulkan bahwa
Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga
dapat disimpulkan
bahwa gaya
kepemimpinan
secara positif
berpengaruh
langsung terhadap
kinerja karyawan
pada PT. Al-Ijarah
Indonesia Finance
2 Hidayati, Utami, Pengaruh Gaya Variabel bebas gaya kepemimpinan
Prasetyo (2016) Kepemimpinan gaya instruksi situasional
Situasional Terhadap (X1), gaya diantaranya gaya
Kepuasan Kerja Dan konsultasi (X2), instruksi, gaya
Kinerja Karyawan gaya partisipasi konsultasi, gaya
(Studi Pada (X3), dan gaya partisipasi, dan
Karyawan Divisi delegasi (X4). gaya delegasi
Tower & Approach Variabel control: berpengaruh
Terminal Kepuasan kerja signifikan terhadap
(TWR&APP-TMA) Variabel terikat : kepuasan kerja
AirNav Indonesia Kinerja karyawan dengan nilai
Kantor Cabang Aero signifikan t < 0.05.
Traffic Control variabel gaya
Soekarno Hatta ) Instruksi, gaya
konsultasi, gaya
partisipasi, dan
gaya delegasi tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan
dengan nilai
signifikan t > 0.05.
Variabel kepuasan
kerja berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan
dengan nilai
signifikan t 0.009 <
0.05.
3. Wahyuningtyas, Pengaruh Gaya Variabel bebas Gaya
dan Erianto Kepemimpinan Telling (X1), kepemimpinan
(2016) Situasional Terhadap Selling (X2), Telling, Selling,
Kinerja Pegawai Partisipasi (X3), Partisipasi dan
Unit Pelayanan Delegating (X4) Delegasi secara
Jaringan PT. PLN Variabel terikat : simultan dan parsial
(Persero) Bandung Kinerja karyawan berpengaruh
Utara Kotamadya signifikan terhadap
Bandung kinerja pegawai
sebesar 86,10%.
Sedangkan Gaya
kepemimpinan
Telling (X1),
Selling (X2),
Partisipasi (X3),
dan Delegasi (X4)
secara parsial
berpengaruh
signifikan terhadap
Kinerja pegawai.
2.2 Kerangka Teori
Pada bab ini akan dijelaskan lebih luas mengenai masalah kepemimpinan
yang mempengaruhi Kinerja Karyawan, karena masalah kepemimpinan dan
Kinerja Karyawan adalah merupakan masalah sangat penting dalam setiap usaha
kerja sama sekelompok orang dalam mencapai tujuan tertentu dari kelompok
tersebut.
2.2.1 Kepemipinan
2.2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang penting di dalam
penyelenggaraan manajemen dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Untuk itu para pemegang wewenang haruslah mencapai jiwa
kepemimpinan yang tinggi dalam arti harus mampu mempengaruhi
aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dan sasaran
dalam situasi tertentu. Karena kepemimpinan disini menyangkut tingkah
laku pemimpin dalam mengarahkan, mengajak, mempengaruhi
membimbing perilaku bawahan dalam usahanya mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Siagian (2012:24) mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan
sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Brahmasari dan Suprayetno (2008) mengemukakan bahwa
kepemimpinan atau leadership adalah merupakan suatu proses
mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang akan
dikehendaki.
Dari pengertian diatas juga dapat disimpulkan bahwa pemimpin
berhubungan dengan satu orang yang dapat mempengaruhi pihak lain
untuk dapat bekerja sama dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Hubungan
kerja sama itu ada karena interaksi/reaksi dari orang-orang secara timbal
balik didalam suatu perusahaan.
2.2.1.2 Teori-teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi
pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Teori-teori
kepemimpinan menurut Thoha (2012:32-33) yaitu :
1. Teori sifat
Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab
akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk
pada hasil penelitian Keith Davis yang menyimpulkan ada empat sifat
umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, yaitu :
a. Kecerdasan, pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang dipimpin Namun demikian pemimpin tidak bias
melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan social, para pemimpin
cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil,
serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas
social. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c. Motivasi dan dorongan prestasi, para pemimpin secara relative
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang instrinsik
dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil
mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan
mampu berpihak kepadanya, dalam istilah penelitian Universitas
Ohio, pemimpin itu mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti
istilah penemuan Michigan, pemimpin itu berorientasi pada
karyawan bukan berorientasi pada produksi.
2. Teori kelompok
Teori ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai
tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara
pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Teori kelompok ini dasar
perkembangannya pada psikologi sosial.
a. Teori situasional
Teori ini menyatakan bahwa beberapa variable situasional
mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan,
dan pelakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para
pengikutnya. Beberapa variable situasional diidentifikasikan, tetapi
tidak semua ditarik oleh situasional ini.
b. Teori kepemimpinan kontijensi
Model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fielder sebagai
hasil pengujian hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitiannya
terdahulu. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan dalam
hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini :
1) Hubungan pimpinan anggota, variable ini sebagai hal yang
paling menentukan dalam menciptakan situasi yang
menyenangkan.
2) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan
kedua dalam menciptakan situasi yang menyenangkan.
3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal.
Dimensi ini merupakan urutan ketiga dalam menciptakan
situasi yang menyenangkan.
c. Teori jalan tujuan (Path-Goal theory
Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Geogepoulos dan kawan-
kawannya di Universitas Michigan. Pengembangan teori ini
selanjutnya dilakukan oleh Martin Evans dan Robert House. Secara
pokok, teori path-goal dipergunakan untuk menganalisis dan
menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi,
kepuasan, dan pelaksanaan kerja bawahan. Ada dua factor situasional
yang telah diidentifikasikan yaitu sifat personal para bawahan, dan
tekanan lingkungan dengan tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh
para bawahan. Untuk situasi pertama teori path- goal memberikan
penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bias diterima oleh bawahan
jika para bawahan melihat perilaku tersebut merupakan sumber yang
segera bias memberikan kepuasan, atau sebagai suatu instrument
bagi kepuasan masa depan. Adapun factor situasional kedua, path-
goal, menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bias menjadi factor
motivasi terhadap para bawahan, yang diperlukan untuk
mengefektifkan pelaksanaan kerja.
Menurut Hasibuan (2012:188)seorang pemimpin harus
bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan
membimbing asuhannya:
Asas utama kepemimpinan Pancasila, adalah:
a. Ing Ngarso Sung Tuladha, artinya seorang pemimpin haruslah
mampu lewat sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola
anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
b. Ing Madya Mangun Karso, artinya seorang pemimpin harus
mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada
orang-orang yang di bimbingnya.
c. Tut Wuri Handayani, artinya seorang pemimpin harus mampu
mendorong orang-orang yang diasuhkan berjalan di depan dan
sanggup bertanggung jawab.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan memahami teori kepemimpinan,
pemimpin dapat meningkatkan pemahaman tentang dirinya sendiri,
mengetahui beberapa kelemahan ataupun potensi yang ada dalam
dirinya sendiri, serta dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
tindakan bagaimana seharusnya memperlakukan bawahannya.
Kinerja
Karyawan (Y)
Kinerja
Karyawan (Y)
Participative Leadership (X3)
dengan variabel lain. Berdasarkan uji terhadap semua item-item dalam tiap
1. Uji Validitas
hasil hitungan dari koefisien korelasi mempunyai nilai lebih besar dari
setiap skor item dengan total skor item dalam setiap variabel kemudian
dari hasil korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf
(r) hitung lebih besar dari nilai kritis (r tabel) , maka alat pengukur
2. Uji Reliabilitas
hasil pengukuran dapat konsisten, yaitu apabila alat ukur yang ada
yang berarti dari nilai kritisnya pada =5%, maka dikatakan instrumen
(Ghozali, 2012:24).
hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2012: 206 ). Teknik analisis data dalam
1. Analisis Deskriptif
ke dalam tabel frekuensi dan kemudian membahas data yang diolah tersebut
bila dua atau lebih variabel bebas sebagai faktor prediktor dimanipulasi(dinaik
turunkan). Jadi analisis linier berganda akan dilakukan bila jumlah variabel
Y = a + 𝑏1 𝑥1 + 𝑏2 𝑥2 …. + bnXn
Keterangan :
a : konstanta
𝑏1 , 𝑏2 : koefisien regresi
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang sudah dikemukakan pada akhir bab II yaitu
R2 / k
F=
(1 R 2 ) /( n k 1)
Dimana :
R2 : koefisien determinan
n : jumlah respoden
Hipotesis kedua yang dikemukakan pada akhir bab II, yaitu : Untuk
dengan rumus:
bi
th =
SEBi
Keterangan :
atau Ha diterima atau sebaliknnya jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
atau Ha ditolak.