Anda di halaman 1dari 22

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

PADA ANAK PRE SCHOOL DI RUANG ANGGREK


RS BHAKTI WIRA TAMTAMA

Di Susun Oleh :

Oleh Kelompok:

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam peawatan atau pengobatan dalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.
Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta
dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emos
atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama
dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti
trauma, cemas dan ketakutan.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan
alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Anggraini, 2004).
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak akan
belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang lain. Dengan
bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minat dan cara
menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain merupakan unsur yang penting bagi
anak untuk perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional.
Ketakutan dan kecemasan biasa ditemukan pada anak yang mengalami
hospitalisasi yang dapat mengakibatkan trauma pada anak. Melihat kondisi seperti ini
maka perlu kiranya dilakukan dindakan yang dapat meminimalisasi dampak hospitalisasi.
Bermain merupakan suatu aktivitas yang disenangi anak yang dapat memenuhi kepuasan
fisik, emosi, dan sosial anak yang dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaannya
(takut, kesepian, fantasi dan kreativitasnya).
Untuk mensikapi hal tersebut maka diperlukan suatu alat bermain yang dapat
digunakan pada anak yang sedang dalam perawatan dengan tetap memperhatikan prinsip
bermain pada anak sakit.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang mengalami
hospitalisasi, maka kelompok akan mengadakan terapi bermain dengan
sasaran usia preschool ( >3 tahun sampai 6 tahun) dan School (> 6 tahun sampai 12
tahun) yang berada diruang rawat inap anak RS Bhakti Wira Tamtama. Kelompok
berharap dengan diadakannya terapi bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress
karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,
anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, 2000).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan
kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam
bermain (Soetjiningsih, 1995).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan social anak tersebut. Walaupun tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak, dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta
kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
B. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral
dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi
anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena
itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain,
termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan
selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan
orang tua dan teman kelompok bermainnya.
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit
D. Ciri-Ciri Kegiatan Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan
Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa cirri kegiatan bermain
yaitu :
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksud muncul atas keinginan pribadi serta
untuk kepentingan sendiri
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi
yang positif
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas
lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep
bermain pada anak-anak kecil.
E. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isi Permainan
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang
lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil
tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya
dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak
akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke
botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin
asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat
yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin
sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai
dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga,
congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu,
dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat
permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian
meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan
sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan
terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
2. Berdasarkan Karakter Social
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak
tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang
sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja
sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah
bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada
permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus
dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu
memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
3. Berdasarkan Kelompok Usia Anak
Berdasarkan kelompok usia, ada lima jenis permainan, yaitu :
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
 Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih kerjasama mata dan telinga.
 Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
 Melatih mengenal sumber asal suara.
 Melatih kepekaan perabaan.
 Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
 Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
 Alat permainan berupa selimut dan boneka.
b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
 Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
 Memperkenalkan sumber suara.
 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
 Melatih imajinasinya.
 Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
 Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
 Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok
besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.
c. Usia 25 – 36 bulan anak usia toddler
Tujuannya adalah ;
 Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
 Mengembangkan keterampilan berbahasa.
 Melatih motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih daya imajinansi.
 Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Alat-alat untuk menggambar.
 Lilin yang dapat dibentuk
 Pasel (puzzel) sederhana.
 Manik-manik ukuran besar.
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
 Bola.
d. Usia 32 – 72 bulan Anak usia pra sekolah
Tujuannya adalah :
 Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
 Mengembangkan kemampuan berbahasa.
 Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
 Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
 Membedakan benda dengan permukaan.
 Menumbuhkan sportivitas.
 Mengembangkan kepercayaan diri.
 Mengembangkan kreativitas.
 Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
 Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
 Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenaiterapung dan tenggelam.
 Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
 Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
e. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih
mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan
teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian,
permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan
ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan
sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan
sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam
kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah
mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak
dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis
kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang
akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang
laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan
permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan,
pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan,
misalnya alat untuk memasak dan boneka.
f. Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)
Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak remaja
berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa
kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai
individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan mengalami krisis
identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari kompensasinya
pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat karakteristik
anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan
permainan berbagai macam olah raga, mendengarkan dan/atau bermain musik
serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket,
sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja tidak
hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisio-
emosional, tetapi juga lebih juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi
serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat
permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat olah raga, alat musik dan
alat gambar atau lukis.
F. Syarat Bermain
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan bermain
yang baik untuk anak, yaitu :
1. Perhatikan factor usia anak
Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu sejauh
mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga
sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami permainan
itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan jika kelewat gampang ia cepat
bosan. Untuk itu pilihlah mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.
2. Tidak harus sehat
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang
sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bias mempercepat proses
kesembuhannya.tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya
pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat, mewarnai,
menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan jari-jemari sambil bercerita,
main tebak-tebakan, dll.
3. Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya
bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti
makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang perhatiannya
pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar, buatlah komitmen lebih dulu.
Missal, boleh main selama 1 jam, setelah itu makan atau mandi. Namun kita hurus
konsisten dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang sakit, jika ia
butuh banyak istirahat, jangan dipaksa
4. Pastikan mainannya aman
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih yang
tidak mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena di khawatirkan
akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung. Jangan pula memberikan mainan
yang bertali panjang, berukurang kecil dan menggunakan listrik. Selain itu secara
umum mainan anak haruslah tidak boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam
atau berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak mudah mengelupas,
tidak menjepit dan tidak menimbulkan api.
5. Dampingi anak
Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana untuk
mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi, selalu dampingi anak kala
bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan dari
permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu mendampingi mereka dalam
bermain. Hal ini juga untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak,
seperti sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu
pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan penghargaan pada setiap hasil
kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu :
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi
efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga
sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan
memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian,
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain
pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang
penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan
dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan
yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang
dirawat di rumah sakit.
3. Jenis kelamin anak
Ada bebarapa pndangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh
anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang
meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan
untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari
melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan
anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik
rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi,
tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak,
bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari
benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif,
keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak
di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak
mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari,
melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada
mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut
sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau
mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau
berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak
untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan
manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat
gerak. Permainanmembantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang lain.
Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang harus
diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua
harus membantu anak memilihkan mainan yang aman.
H. Prinsip Permainan Pada Anak Di Rumah Sakit
1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada
anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan
di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruangan rawat.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
I. Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih tegang dan nyeri
4. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif
J. Tujuan Bermain Di Rumah Sakit
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan
tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit
yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan
takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
K. Proses Kegiatan Bermain
Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya
sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan
orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan
dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang
tua setiap anak.
L. Alat Permainan Yang Diperlukan
Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan alat
permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang perawatan. Yang penting
adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreativitas perawat dan
orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.
M. Pelaksanaan Kegiatan Bermain
Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi dan
menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan pada
anak permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam melakukan permainan
merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya.
BAB III
PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR”
DI RUANG BERMAIN ANAK RS BHAKTI WIRA TAMTAMA

Pokok Pembahasan : Terapi Bermain Pada Anak Usia Prasekolah.


Sub Pokok Pembahasan : Bermain mewarnai gambar.
Sasaran : Anak Usia Prasekolah ( Usia 3-6 tahun).
Tanggal : 21 April 2017.
Tempat : Ruang Bermain Anak RS Bhakti Wira Tamtama semarang
Waktu : Pukul 09.00-09.30 ( 30 menit )
Deskripsi waktu : Persiapan : 5 menit.
Perkenalan : 3 menit.
Permainan : 15 menit.
Tanya jawab : 4 menit.
Terminasi : 3 menit
Media Dan Alat
1. Kertas bergambar
2. Pensil warna / spidol warna

Kegiatan Permainan
NO KEGIATAN RESPON ANAK WAKTU
1. Persiapan
Menyiapkan ruangan. Menyiapkan alat-alat. Ruangan, alat, anak 5 menit
Menyiapkan anak dan keluarga dan keluarga siap.
2. Pembukaan : Menjawab salam, 10 menit
Membuka proses terapi bermain dengan memperkenalkan diri
mengucapkan salam,memperkenalkan diri.
Isi:
Menjelaskan kepada anak & keluarga tentang
3. tujuan dan manfaat bermain, menjelaskan cara
permainan 5 menit
Mengajak anak bermain ( bermain ular tangga )
Mengevaluasi respon anak dan keluarga
4. Penutup Memperhatikan dan 5 menit
Menyimpulkan, mengucapkansalam menjawab salam

Pengorganisasian
1. Leader : Hidayati Hasanah
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutupkegiatan ini.
2. Co Leader : Ega Ayu Rianti
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
3. Fasilitator : Pipit,Anita, Lailatu
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta
dalam terapi bermain.
4. Observer : Ozi
Mempasilitasi pelaksanaan terapi bermain, mengobservasi, mengamati dan mencatat
jalannya terapi bermain.

Setting Tempat
Terapi bermain ini dilakukan di ruang terapi bermain dengan setting tempat sebagai berikut :

Evaluasi
1. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya
2. Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk sabar
dansaling menghargai.
3. Anak dapat mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua
4. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distruksi dan relaksasi)
5. Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat

Struktur
1. Evaluasi Dari Persiapan ,Tempat, Kontrak Waktu Sudah Dilakukana.
a. Dimulai dari leader, co leader, observer, dan fasilitator
b. Fasilitator memberikan kertas bergambar
c. Terapi bermain dilakukan di ruang bermain anak rs bhakti wira tamtama
d. Minta anak untuk bermain mewarnai bersama.
e. Berikan waktu 30 menit untuk bermain mewarnai gambar.
2. Evaluasi Proses.
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur.
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik.
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan.
d. 99 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir 3.
3. Evaluasi Hasil
a. 99 % anak merasa aman dan nyaman
b. 99 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 63,3 % anak dapat menyatakan perasaan senang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak
bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi
yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan
kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk
beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya
di RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat
menerapkan terapi di rumah dan di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani, Sudono. 2004. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
Jakarta: Grafindo
Narendra, Sularso, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
Noname. 2006. Pengaruh permaian tanpa dan perkembangan anak.
Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai