Pengertian Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita
lebih besar dari usia prasekolah,
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut
yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan
dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris. H,
2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1−3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3−5 tahun). Saat
usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan
(Uripi, 2004).
Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1–3
tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1−3 tahun merupakan
konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan
ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-
sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering pada
usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap
makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (Uripi,
2004).
Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni (Hartono, 2008):
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian
bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala
hingga ke ujung
kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan
lain.
konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
ditandai oleh:
kepala.
(Hartoyo, 2003).
b. Kemampuan sosial.
2009).
(Sulistyoningsih, 2011).
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
menghasilkan energi. Definisi status gizi berasal dari zat gizi dan
dengan status gizi dan sangat penting untuk dipahami, akan diuraikan
sendiri yaitu bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan
unsur-unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi
3. Keadaan gizi
relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk
malnutrisi yaitu:
tertentu.
3 (tiga) hal sebagai penyebab tidak langsung kurang gizi, yaitu (1)
tidak cukup persediaan pangan, (2) pola asuh anak tidak memadai,
dan (3) sanitasi dan air bersih, pelayanan kesehatan dasar tidak
tingkat sel dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi yang tepat
yang diperlukan
tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Pada
prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu asupan zat-zat
gizi yang berasal dari makanan yang diperlukan tubuh dan peran
zat- zat gizi dari makanan kedalam tubuh dipengaruhi oleh berat
A. dkk,
sebagai berikut :
Pada balita usia 1−2 tahun anak menerima makanan dari apa
terdiri dari makanan pokok sebagai sumber kalori, lauk pauk terdiri
itu golongan usia 1−2 tahun masih perlu diberikan bubur walaupun
tidak disaring. Nasi tim beserta lauk pauknya dapat diberikan secara
Laju pertumbuhan masa ini lebih besar dari masa usia prasekolah,
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari pada anak usia
lebih besar. Oleh karena itu pola makan yang diberikan adalah
Sesuai pola makan anak pada usia ini yaitu porsi kecil dengan
sehari, terdiri atas 3 kali makan utama seperti orang dewasa (makan
2−3 kali makanan selingan ditambah 2−3 kali susu, secara perlahan
lunak dan kandungan air tinggi, dapat diolah dengan cara direbus,
Pada balita usia 2−5 tahun anak sudah dapat memilih makanan yang
seimbang. Namun
frekuensi makan diturunkan menjadi 5−6 kali sehari. Pola makan
tersebut diberikan 3 kali makan utama (pagi, siang dan sore) serta 2
sehari, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Selebihnya susu dapat
formula) 2-3 kali sehari, makanan pokok 3 x sehari, lauk pauk dan
pendidikan seseorang
(Suhardjo, 2010). Besar keluarga meliputi banyaknya jumlah individu
status gizi adalah faktor sosial budaya seperti kebiasaan makan dan
sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim “penilai”. Komponen
penilaian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan
1) Pengukuran biokimia
antara lain darah, urine, tinja, hati, dan otot (Supariasa, 2002).
2) Pengukuran biofisik
4) Pengukuran antropometrik
antropometri yaitu:
perubahan
keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang
5) Lingkar kepala
6) Lingkar dada
Ukuran lingkar kepala dan lingkar dada pada usia enam bulan
pada usia enam bulan hingga lima tahun) kurang dari satu,
2
0
0
9
)
.
masyarakat, utamanya yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
dibawah lima tahun (balita), ibu hamil dan ibu menyusui, dengan
diberikan perhatian yang khusus bagi anak baduta agar dapat tercakup
(NKKBS).
3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
sejahtera.
Keluarga Sejahtera.
1. Meja pertama
Kader mendaftar balita dan menulis nama balita pada satu lembar
kecil yang bertuliskan nama bayi atau balita pada KMS. Kader
juga mendaftar ibu hamil dengan menulis nama ibu hamil pada
2. Meja kedua
Kader melakukan penimbangan balita dengan menggunakan
Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar kertas
4. Meja
keempat
tertentu, yaitu:
5. Meja
kelima
apabila garis grafik berat badan pada KMS tidak pernah putus (hadir
garis grafik pada KMS tidak terbentuk atau tidak hadir dan tidak
tercatat di kohort anak balita dan prasekolah, buku KIA atau KMS,
jika ibu hadir dalam mengunjungi posyandu < 8 kali dalam 1 tahun
2
0
0
8
)
.
Usia dari orang tua terutama ibu yang relatif muda, maka
muda memiliki
sedikit sekali pengetahuan tentang gizi yang akan diberikan
2002).
2. Pendidikan
3. Pengetahuan
harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut
4. Pekerjaan
buruk. Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding
(Adisasmito, 2008).
Faktor ekonomi dapat menjadi salah satu faktor penentu dari status
kemampuan untuk
menyediakan makanan bagi keluarga dengan kualitas dan
Kartini, 2012).
6. Dukungan keluarga
2
0
0
4
)
.
7. Dukungan kader posyandu
2
0
0
7
)
.
(Ilham, 2009).
garis merah pada KMS versi tahun 2000 bukan merupakan pertanda
gizi yang cukup memiliki berat badan yang berada pada daerah
balita yaitu:
(berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita
yang dianjurkan.
2) Bagi Kader
tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah
kesehatan anak.
3) Petugas Kesehatan
pertumbuhannya.
biasanya menuju ke arah bawah, dan tidak banyak yang keluar dari
anak yang lebih jelek lagi, yaitu garis pertumbuhan anak akan
warna di bawahnya.
5. Balita sehat, jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu
keluarga yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu akan lebih
sering datang ke posyandu serta jarak dari rumah ke posyandu sangat
Hal lain juga yang turut berpengaruh dalam aktif atau tidaknya
terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada
dan ibu hamil (Adisasmito, 2008). Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh Puslitbang Gizi Bogor (2007) dapat diketahui bahwa
penimbangan di
posyandu dalam kurun waktu 3 bulan dapat menurunkan angka kasus
diterapkan orang tua pada anak semakin meningkat status gizi anak
menerapkan pola makan yang salah pada anak. Hasil penelitian ini
makan yang baik dan teratur yang perlu diperkenalkan sejak dini,
sehat dan bebas kolesterol. Tetapi apabila pola makan ini tidak
berpotensi mengalami status gizi yang tidak baik berupa gizi kurang
bahkan gizi buruk. Pola makan yang sehat harus disertai dengan
asupan gizi yang baik agar dapat mencapai status gizi yang baik.
Pola makan yang baik harus diajarkan pada anak sejak dini agar anak
terhindar dari status gizi yang tidak baik (Laksmi, 2008). Pola makan
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi
seimbang.
2.5 Kerangka Pemikiran
d. Sikap
e. jumlah keluarga
f. Pola Makan
Umur,
pendidikan g. Pengetahuan
,
pengetahua i. Keaktifan Ibu di
n, posyandu
pekerjaan,
dukungan
keluarga,
dukungan
kader,
dukungan
tokoh
masyarakat
, akses,
S
t
a
t
u
s
G
iz
i
B
a
l
i
t
a
Pertumbuhan Perkembang
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi (Arisman, 2005; Asdhany & Kartini, 2012; Mastari, 2009;
Suhardjo,
2010; Unicef, 2002).
2.5.2 Kerangka Konsep
Keaktifan Ibu ke
Posyandu
Status Gizi Balita
2.6 Hipotesis