Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas

140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi usia lanjut,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik

90 mmHg (Bruner dan Suddarth 2012:896). Kurangnya pengetahuan dalam

konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi termasuk anggota keluarga

usia lanjut akan mengakibatkan tidak tepatnya penanganan yang dilakukan pada

penderita dan hal ini juga dapat mempengaruhi fungsi dan peran anggota

keluarga. Berdasarkan wawancara

Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23% wanita dan

14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi dan angka kematian

akibat penyakit jantung pada usia lanjut dengan hipertensi 3 kali lebih sering

dibandingkan usia lanjut tanpa hipetensi pada usia yang sama. Di Amerika 15%

golongan kulit putih dan 25-30% golongan kulit hitam menderita hipertensi. Di

Indonesia 1,8-28% penduduk yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi.

Presentasi prevalensi dari seluruh Puskesmas di Propinsi Jawa Tengah pada

Tahun 2009 adalah menempati urutan kelima dengan jumlah 90-785 kasus (3,

97%) dari sepuluh jumlah kasus penyakit. Menurut Riskesdas Dasar Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 jumlah penderita hipertensi di

Kalimantan Tengah 26,7% dari jumlah populasi penduduk, berdasarkan tingkat

usia >18 Tahun. Di Puskesmas Tangkiling prevalensi penyakit hipertensi pada

1
2

tahun 2014 di hitung mulai dari bulan januari sampai bulan september jumlah

sebanyak 475 orang.

Penyebab hipetensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang

berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan dan penyakit ini sangat

dipengaruhi faktor keturunan (Republika, 2003:2). Faktor resiko terjadinya

hipertensi adalah umur, hal ini terjadi karena pada usia lanjut organ-organ tubuh

secara keseluruhan menurun terutama fungsi ginjal dan hati dengan penurunan

fungsi tersebut hipertensi pada usia lanjut perlu penanganan khusus, riwayat

keluarga, asupan garam yang berlebihan, merokok dan obesitas. Gaya hidup yang

memperhatikan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, diet gizi seimbang,

olah raga teratur, mengurangi konsumsi garam. Jumlah garam yang berlebihan

dalam darah menyebabkan tubuh menarik lebih banyak air dalam darah. Hal ini

yang menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah jadi naik, akibatnya

jantung bekerja lebih keras. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu

yang lama (seumur hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi bukan

dihilangkan. Dianjurkan agar upaya penanggulangan hipertensi dilakukan secara

kontinu dan terus menerus. Hipertensi merupakan faktor resiko primer yang

menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Hipertensi yang tidak terkontrol akan

menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta

kelumpuhan anggota gerak dan kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung

dan stroke serta gagal ginjal. Untuk mencegah komplikasi sangat diperlukan

perawatan dan pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian

akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seseorang merubah perilaku

2
3

kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang menyebabkan

terjadinya hipertensi.

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita

penyakit hipertensi. Peran yang dilakukan keluarga yaitu mengenal gejala

hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

untuk menolong klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada

anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya dan

meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan produktivitas keluarga

dalam meningkatkan mutu hidup keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya

menderita hipertensi antara lain mampu mengenal asuhan keperawatan keluarga

yang menderita hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga,

sebagai koordinator pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik

kesehatan, sebagai penyuluh dan konsultan dalam asuhan perawatan dasar

keluarga yang menderita hipertensi. Disini peran perawat sangat penting untuk

membantu pasien dalam merubah pola kebiasaan keluarga, selain itu peran aktif

dan dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan demi keberhasilan pasien. Dengan

uraian di atas peneliti tertarik untuk membuat laporan asuhan keperawatan

keluarga pada Ny. R dengan masalah hipertensi di Flamboyan Bawah RT 04/RW

VIII kota Palangka Raya.

3
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat ditarik

bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada Ny. dengan masalah hipertensi di

Flamboyan Bawah RT 04/RW VIII kota Palangka Raya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan dan mampu menyusun dan menyajikan

laporan asuhan keperawatan keluarga langsung ke masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny.R dengan

diagnosa medis hipertensi.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny.R dengan

diagnosa medis hipertensi.

3. Mampu menyusun intervensi keperawatan keluarga pada Ny.R dengan

diagnosa medis hipertensi.

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga pada Ny.R dengan

diagnosa medis hipertensi.

5. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan keluarga pada Ny.R dengan

diagnosa medis hipertensi.

4
5

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi kemajuan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu keperawatan

keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan selanjutnya dan

menambah bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan mahasiswa

tentang asuhan keperawatan keluarga

1.4.3 Bagi Lahan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan masukan

untuk perawat keluarga dipuskesmas tangkiling dalam memberikan pelayanan

asuhan keperawatan kepada keluarga memalui pendekatan pelayanan preventif

dan promotif.

5
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1. Definisi Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan

sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga yaitu:

1 . Menurut Raisner (2012), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan

yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

2 . Menurut Logan’s (2009), keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan

daribeberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

3 . Menurut Gillis (2008), keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang

kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen

yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.

4 . Menurut Duvall (2013), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan

orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

Pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika

terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. Anggota keluarga

6
7

berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami,

istri, anak, kakak dan adik.

2.1.2 Tipe Keluarga Dan Ciri-Ciri Keluarga

2.1.2.1 Tipe Keluarga

1. Tipe Keluarga Tradisional

1) The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami

istri dan anak (kandung atau angkat).

2) The dyad family, suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

3) Keluarga usila, keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut,

sedangkan anak sudah memisahkan diri.

4) The childless, keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa

disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

5) The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah

keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

6) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan

anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian

atau kematian).

7) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul

pada hari minggu atau libur saja.

8) Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

7
8

9) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling

berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur,

sumur yang sama.

10) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

satu orang dewasa.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari satu orang

dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang

hidup serumah.

4) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

5) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal

dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena alasan tertentu.

7) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling

menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

8
9

8) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma

dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang

sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.

9) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan

saudara untuk waktu sementara.

10) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang

permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

11) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari

ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

2.1.2.2 Ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga yaitu:

1) Diikat tali perkawinan

2) Ada hubungan darah

3) Ada ikatan batin

4) Tanggung jawab masing-masing

5) Ada pengambil keputusan

6) Kerjasama

7) Interaksi

8) Tinggal dalam suatu rumah

2.1.2.3 Struktur keluarga

1. Struktur keluarga

1) Struktur peran keluarga, formal dan informal

9
10

2) Nilai/norma keluarga, norma yang diyakini oleh keluarga berhubungan

dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua-anak, ayah ibu,

dan anggota lain.

4) Struktur keluarga kemampuan mempengaruhi dan mengendalikan orang

lain untuk kesehatan 

2. Ciri-ciri struktur keluarga

1) Terorganisasi, bergantung satu sama lain

2) Ada keterbatasan,

3) Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing

3. Struktur keluarga (ikatan darah) :

1) Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah.

2) Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu.

3) Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan, hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.

4. Pemegang Kekuasaan: 

1) Patriakal, dominan dipihak ayah

2) Matriakal, dominan di pihak ibu

3) Equalitarian, ayah dan ibu

10
11

5. Peran Keluarga:

1) Peranan ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai

kakak, anggota masyarakat.

2) Peranan ibu, mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik  anak, pencari

nafkah tambahan, anggota masyarakat.

3) Peran anak, peran psikososial sesuai tingkat perkembangan baik mental

fisik sosial dan spiritual.

2.1.3 Fungsi Keluarga

Friedman 1986 dalam Suprajitno 2004 mengidentifikasi lima fungsi dasar

keluarga yaitu:

2.1.3.1 Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan pelaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan

melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang

berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan

konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

memenuhi fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung

antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang

dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan

11
12

kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang

hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan

modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau

masyarakat.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim

yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup

baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan

penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan

harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak

dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

2.1.3.2 Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial (Friedman, 1986). Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan

antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan

interaksi dengan keluarga.

12
13

2.1.3.3 Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

2.1.3.4 Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain

sebagainya.

2.1.3.5 Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,

yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota

keluarga yang sakit.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004)

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak bole diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak

akan berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan

yang dialami anggota keluarga. Apabila menyadari perubahan keluarga, perlu

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi seberapa besar

perubahannya.

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat. Merupakan upaya keluarga yang

utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang

13
14

dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat di

kurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat

meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga.

3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Keluarga sering kali

telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki

keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi, perawatan

dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga

telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

2.1.4 Dimensi Dasar Struktur Keluarga

2.1.4.1 Struktur Keluarga

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi

2. Struktur peran

3. Struktur kekuatan

4. Nilai-nilai keluarga

2.1.4.2 Pola dan Proses Komunikasi

1. Bersifat terbuka dan jujur

2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga

3. Berpikiran positif

14
15

4. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri

2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga

Tugas Perkembangan Keluarga sesuai tahap perkembangannya.

Tabel 2.1 Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap Tugas Perkembangan Utama


Perkembangan
Keluarga Baru 1. Membina hubungan intim yang
menikah memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana mempunyai
anak.
Keluarga dengan 1. Mempersiapkan menjadi orang
anak baru lahir tua
2. Adapatasi dengan adanya
perubahan anggota keluarga,interaksi keluarga,
hubungan seksual dengan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan
dalam rangka memuaskan pasangannya.
Keluarga dengan 1. Mempersiapkan menjadi
usia pra sekolah orang tua
2. Adaptasi dengan adanya
perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual dengan kegiatan.
3. Mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Keluarga dengan 1. Memenuhi
anak usia sekolah kebutuhan anggota keluarga misalnya kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak
untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi
dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan
hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga. (keluarga lain, maupun lingkungan sekitar)
5. Pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6. Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga.

15
16

7. Merencanakan
kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Keluarga dengan 1. Membantu
anak usia sekolah sosialisasi anak terhadap sekolah lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak
atau kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
2. Mempertah
ankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi
kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
Keluarga dengan 1. Memberikan kebebasan yang seimbang dan
anak remaja bertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi.
2. Mempertahankan hubungan intim dalam
keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara
anak dengan orang tua. Hindarkan terjadinya
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan (anggota).
Keluarga mulai 1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
melepas anak menjadi keluarga besar.
sebagai dewasa 2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat.
4. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan
dirumah.
Keluarga dengan 1.
usia pertengahan pertengahan
2.
memuaskan dengan anak – anaknya dan sebaya.
3.
Keluarga usia tua 1. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga
yang saling menyenangkan pasangannya.
2. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi,
kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat.
4. Melakukan life review masa lalu.

16
17

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan arteri tinggi, berbagai

kriteria batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik 140-200 mmHg

dan tekanan diastolik 90-110 mmHg.

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai ‘the Silent Disease”atau penyakit

tersembunyi. Sebutan awal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah mengidap

penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah.

Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status

sosial ekonomi. Para penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih besar dari

140/90 mmHg (Sutanto, 2010).

Hipertensi adalah penyakit yang biasa menyerang siapa saja, baik muda

maupun tua, entah kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu

penyakit mematikan di sunia. Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung

membunuh penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain yang

tergolong kelas berat alias mematikan (Adib, 2009).

17
18

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

distolik lebih dari 90 mmHg dengan gejala nyeri kepala, epistaktis, marah, rasa

berat dikepala, pusing, mata berkunang dan sukar tidur.

2.2.2 Etiologi

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin

angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

2. Hipertensi sekunder dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler

renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi:

1. Genetik: Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua

maka dugaan terjadinya hipertensi primer pada seseorang akan cukup besar.

Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen. pengaruh genetik ini terjadi

pula pada anak kembar yang lahir dari satu sel telur. Jika salah satu dari anak

18
19

kembar tersebut adalah penderita hipertensi maka akan dialami juga oleh anak

kembar lainnya. Faktor keturunan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Menurut sebagian ahli kesehatan, sebagian kasus besar kasus hipertensi saat ini

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Faktor keturunan memang memiliki peran

yang besar terhadap munculnya hipertensi.

2. Obesitas atau kegemukan juga merupakan salah satu faktor resiko

timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita

hipertensi. Curah jantung dari sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas.

Jika mengalami obesitas maka produksi hormon-hormon dalam tubuh kurang

normal. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan

obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

3. Usia dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang

dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara

berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.

4. Jenis kelamin

Kaum laki-laki daerah perkotaan lebih banyak mengalami kemungkinan

menderita hipertensi dibanding kaum perempuan. Namun bila ditinjau dari segi

perbandingan antara perempuan dan laki-laki, secara umum kaum perempuan

19
20

masih lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki.

Setelah memasuki masa menopause, seorang wanita menjadi lebih rentan

terkena kolesterol tinggi. Pada saat usianya semakin bertambah tua, seorang

wanita akan mengalami penurunan kadar hormon tertentu yang membuat

kemampuan tubuhnya dalam menyeimbangkan kadar kolesterol menjadi

terganggu. Alhasil, risiko mereka terkena penyakit hipertensi akan meningkat.

Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor

psikologis. Wanita seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok

dan pola makan yang tidak seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat

badan, depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan kaum pria,

hipertensi lebih berkaitan erat dengan pekerjaan seperti perasaan kurang

nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

2. Sakit kepala

3. Epistaksis

4. Pusing / migrain

5. Rasa berat ditengkuk

6. Sukar tidur

7. Mata berkunang kunang

8. Lemah dan lelah

9. Muka pucat

20
21

10. Suhu tubuh rendah

2.2.4 Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke

sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila

diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang

berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,

sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan

hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan

berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah

maka akan Menimbulkan Kerusakan Pada Organ Organ Seperti Jantung.

Dalam keadaan normal jantung memiliki kemampuan untuk memompa

lebih dari daya pompanya dalam keadaan istirahat. Kalau jantung menderita

beban volume atau tekanan berlebihan secara terus-menerus, maka ventrikel dapat

melebar untuk meningkatkan daya kontraksi sesuai dengan hukum starling yaitu

hipertrophi untuk meningkatkan jumlah otot dan kekuatan memompa sebagai

kompensator alamiah.

Jika mekanisme pengkompensasian tidak dapat menopang perfusi perifer

yang memadai, maka aliran harus dibagi sesuai kebutuhan. Darah akan

dipindahkan dari daerah-daerah yang tidak vital seperti kulit dan ginjal sehingga

perfusi darah ke otak dan jantung dapat dipertahankan. Akibatnya tanda

permulaan dari syok atau perfusi jaringan yang tidak adekuat adalah berkurangnya

21
22

pengeluaran air seni, kulit dingin. Perubahan bermakna pada aliran darah yang

menuju organ vital terjadi.

Tekanan arteri sistemik  ditimbulkan oleh cardiac output dan tahanan

perifer total. Cardiac output ditentukan oleh isi sekuncup (stroke volume) dan

denyut jantung. Sedang tahan perifer dipelihara oleh sistem saraf otonom dan

sirkulasi hormon. Setiap perubahan pada tahanan perifer, denyut jantung dan

stroke volume akan merubah tekanan arteri sistemik. Terdapat empat sistem

kontrol yang mempertahankan tekanan darah yaitu sistem baroreseptor arteri,

regulasi volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.

Stimulasi baroreseptor di sinus karotikus dan arkus aorta akan merangsang

sistem saraf simpatik sehingga menimbulkan peningkatan epinefrin dan

norepinefrin. Keadaan ini menimbulkan peningkatan cardiac output dan resistensi

vaskuler sistemik. Perubahan volume cairan akan mempengaruhi tekanan arteri

sistemik. Jika di dalam tubuh terdapat air dan garam yang berlebihan, maka akan

meningkatkan aliran balik vena, cardiac output dan tekanan.

Autoregulasi pembuluh darah adalah proses yang mempertahankan perfusi

ke suatu jaringan tetap konstan. Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan

menurunkan resistensi vaskuler sehingga mengakibatkan penurunan atau

peningkatan aliran. Meskipun jelas bahwa aterosklerosis dan hipertensi ada

hubungannya, hal ini tidak tentu mana penyebab dan mana akibat. Dalam

beberapa kasus aterosklerosis, meningkatnya tekanan arteri dan resistensi perifer

terhadap aliran darah, memberikan dampak terhadap aliran darah yang meningkat.

22
23

Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh sel jukstaglumerulus

ginjal dan terikat dengan aldeosteron dalam lingkungan umpan balik negatif.

Produk akhir kerja renin pada  subtratnya adalah pembentukan angiotensin

peptida II, mempengaruhi aldosteron untuk terjadi pengikatan natrium dan air ke

interstitial sehingga volume pembuluh darah meningkat. Ketidakcocokan sekresi

renin meningkatkan perlawanan periphenal, mitral eskemi arteri ginjal akan

membebaskan renin yang menyebabkan kontraksi arteri dan meningkatkan

tekanan darah.

Dalam rokok terdapat nikotin yang dapat mengendap di dalam pembuluh

darah yang mengakibatkan arteriosklerosis sehingga kerja dalam pembuluh darah

tidak dapat sempurna yang berakibat timbulnya peningkatan tekanan darah.

Stres, dapat meningkatkan produksi hormon kortisol. Hormon ini

merupakan jenis hormon kortikosteroid yang meningkatkan tekanan darah.

Naiknya tekanan darah menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh nadi,yang

menyebabkan penurunan kapasitas seseorang untuk mempertahankan aktifitas

sampai ke tingkat yang di inginkan.

Nyeri (Sakit kepala) keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri

yang menetap atau intermiten yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.

Yang di tandai dengan peningkatan pembuluh darah ke otak.

Intoleransi aktifitas terjadi karena penurunan aktifitas seseorang untuk

mempertahankan aktifitas sampai ketingkat yang di inginkan.di karenakan suplai

O2 menurun sehingga terjadi kelemahan fisik.

23
24

Kurang informasi yang tidak adekuat yang menyebabkan individu atau

kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan

psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan sehingga terjadi

kurang pengetahuan.

Penurunan curah jantung adalah keadaan di mana seseeorang individu

mengalami penurunan jumlah darah yang di pompakan di karenakan beban kerja

jantung meningkat dan suplai O2 ke otak menurun.

2.2.5 Komplikasi

Beberapa komplikasi dapat muncul pada pasien dengan hipertensi,

komplikasi tersebut antara lain yaitu:

1. Pada otak dapat menimbulkan stroke, pada ginjal dapat berupa gagal ginjal,

kebutaan pada mata serta gagal jantung.

2. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi otak atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan menebal.

3. Gagal ginjal kronik terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal glomerulus.

4. Dapat terjadi infark miokardiom apabila arteri koroner yang aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

24
25

Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah :

1. Penyakut jantung dan pembuluh darah: penyakit jantung koroner dan penyakit

jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada

penderita hipertensi.

2. Penyakit jantung cerebrovaskuler: hipertensi adalah faktor resiko paling

penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan

setiap kenaikan tekanan darah.

3. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan

neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri

yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.

4. Nefrosklerosis karena hipertensi.

5. Retinopati hipertensi.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium

1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

3. Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh

pengeluaran kadar ketokolamin.

4. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.

5. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

25
26

6. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,perbaikan

ginjal.

8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran

jantung.

2.2.7 Penatalaksanaan Medis

2.2.7.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis

1. Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat

menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam

plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

2. Aktivitas, Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan

dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,

bersepeda atau berenang.

3. Pengobatan Tradisional

1) Dua buah timun dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas, diambil

airnya diminum pagi dan sore.

2) Dua buah belimbing dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas dan

diambil airnya diminum pagi dan sore

26
27

3) Sepuluh lembar daun salam direbus dalam 2 gelas air sampai rebusannya

tinggal 1 gelas, diminum pagi dan sore hari

4) Sepuluh lembar daun alpukat direbus dalam 2 gelas air sampai airnya

tinggal satu gelas.

5) Satu genggam daun seledri ditumbuk dengan sedikit air diperas lalu

diminum pagi dan sore.

2.2.7.2 Penatalaksanaan Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau

minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi.

Menurut Suyono (2003), penatalaksanaan farmakologis :

1. Diuretik kegunaannya yaitu menurunkan volume ekstraseluler dan  plasma

sehingga terjadi penurunan curah jantung. Untuk terapi jangka panjang

pengaruh utama adalah mengurangi resistensi perifer. Jenis obat diuretik antara

lain Furosemide, Hebesser, dll . Efek samping : hiponatremia dan hipokalemia.

2. Golongan penghambat simpatetik yaitu penghambatan aktivitas simpatik dapat

terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemberian Metilpoda dan

Klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti Reserpin dan Guanetidin.

27
28

3. Penyekat Beta yaitu efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah

jantung, juga menurunkan sekresi renin. Kontraindikasi bagi pasien gagal

jantung kongestif. Preparat yang biasa digunakan adalah Propanolol,

Asebutolol, Atenolol, Pindolol, Timolol, dll.

4. Vasodilator yang termasuk golongan ini adalah Doksazosin, Prazosin,

Hidralazin, Minoksidil, Diaksozid, dan Sodium Nitroprusid. Obat golongan ini

bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang

akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang

terus menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap

informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan secara

sistematis menggunakan alat pengkajian keluarga kemudian diklasifikasikan dan

dianalisis untuk menginterpretasikan artinya (Friedman, 2010).

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk

mengukur keadaan pasien/keluarga dengan menggunakan standar norma

kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan mengatasi

masalah.

28
29

2.3.1.1 Proses Pengkajian

1. Penjajakan keluarga

Penjajakan keluarga perlu dilakukan untuk membina hubungan baik dengan

keluarga. Dalam penjajakan ini perawat perlu mengadakan kontak dengan

RT/RW dan keluarga yang bersangkutan guna menyampaikan maksud dan

tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka. Setelah mendapat tanggapan

positif dan keluarga tersebut, pengkajian diteruskan pada langkah berikutnya.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah upaya pengumpulan semua data, fakta, dan informasi

yang mendukung pemecahan masalah klien.

3. Struktur dan Sifat Keluarga

1) Anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.

2) Data demografi: usia, jenis kelamin, status sipil, kedudukan dalam

keluarga.

3) Tempat tinggal setiap anggota keluarga: apakah ia tinggal bersama kepala

keluarga atau ditempat yang lain.

4) Bentuk struktur anggota keluarga: matriakat, patriakat, berkumpul atau

menyebar.

5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan terutama

dalam hal kesehatan.

6) Hubungan umum antar anggota keluarga termasuk adanya perselisihan

yang nyata atau tidak nyata antara anggota keluarga.

29
30

7) Kegiatan sehari-hari (kebiasaan tidur, kebiasaan makan, waktu senggang

atau hiburan).

4. Faktor sosial-budaya-ekonomi

Penghasilan dan pengeluaran

1) Pekerjaan, tempat kerja dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja

2) Sumber penghasilan

3) Berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga yang bekerja

4) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer seperti makan, pakaian

dan perumahan

5) Apakah ada tabungan untuk keperluan mendadak

6) Jam kerja ayah dan ibu

7) Siapa pembuat keputusan mengenai keuangan dan bagaimana uang

digunakan.

5. Faktor Lingkungan

1) Perumahan

2) Kondisi lingkungan tempat tinggal

3) Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan

4) Fasilitas transportasi dan komunikasi.

6. Riwayat kesehatan/riwayat medis

1) Riwayat kesehatan setiap anggota

2) Nilai yang diberikan terhadap pencegahan penyakit

3) Sumber pelayanan kesehatan

30
31

4) Bagaimana keluarga melihat peranan petugas kesehatan dan pelayanan

yang mereka berikan serta harapan mereka terhadap pelayanan petugas

kesehatan

5) Pengalaman mengenai petugas kesehatan profesional.

7. Data pengkajian didapat dengan mengunakan beberapa cara. Berikut ini adalah

metode pengumpulan data yang digunakan:

1) Wawancara

2) Pengamatan/ observasi

3) Pemeriksaan fisik

4) Studi dokumentasi

8. Tabulalsi data

Data yang ada disusun dalam tabel, grafik, genogram, gambar dan lain-lain

untuk memudahkan proses analisis.

9. Analisis data

10. Perumusan masalah

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

2.3.2.1 Mengidentifikasi masalah keluarga

Pengkajian keluarga mencapai puncaknya saat mengidentifikasi masalah

keluarga yang aktual dan potensial. Banyak masalah kesehatan keluarga berada

dalam lingkup praktik perawat dan disebut diagnosis keperawatan keluarga. Pada

tingkat keluarga, diagnosis keperawatan dapat ditegakan bertolak dari salah satu

teori keperawatan atau teori keluarga atau menggunakan diagnosis NANDA.

31
32

Diagnosis keperawatan dapat meliputi konfllik peran, transisi, masalah

pengasuhan anak, konflik nilai, atau masalah komunikasi.

2.3.2.2 Menurut Friedman ada 3 kelompok masalah

Setelah ditemukan masalah-masalah tersebut dikelompokan sebagai berikut:

1. Kondisi yang mengancam sistem kesehatan

2. Kondisi sakit, tidak sehat, kurang sehat

3. Kondisi kritis (stres).

Friedman menjelaskan ada 5 tugas keluarga yang terkait kesehatan, yaitu:

1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggota keluarganya

2. Mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak

mampu memberi dirinya karena cacat atau usianya terlalu muda

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga

5. Mempertahan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan

dengan memanfaatkan secara optimal fasilitas kesehatan tersebut.

Diagnosis keperawatan NANDA yang relevan dengan keperawatan

keluarga:

1. Duka cita adaptif

2. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan

3. Kepedihan kronik

4. Penurunan koping keluarga

5. Konflik pengambilan keputusan (sebutkan)

32
33

6. Defisiensi Pengetahuan

7. Ketidakmampuan koping keluarga terganggu

8. Disfungsi proses keluarga

9. Dukacita maladaftif

10. Perilaku sehat

11. Ketidakseimbang Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

12. Ketidakseimbang Nutrisi Lebih dari kebutuhan tubuh

13. Gangguan penyesuaian

14. Gangguan pemeliharaan rumah

15. Ketidakmampuan menjadi orang tua

16. Kendala interaksi sosial

17. Ketidakefektifan Performa terapeutik

18. Gangguan proses keluarga

19. Ketidakpatuhan

20. Konflik peran menjadi orang tua

21. Sindrom pasca trauma

22. Ketidakberdayaan

23. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga

24. Isolasi sosial

Diagnosa keperawatan keluarga untuk kasus hipertensi adalah sebagai

berikut:

33
34

1. Resiko terjadinya  komplikasi  hipertensi pada anggota keluarga berhubungan  

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit karena

kurangnya pengetahuan keluarga tentang hipertensi

2. Potensial penaingkatan status kesehatan anggota keluarga

3. Resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan lingkungan sehubungan

dengan ketidak mampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Syarat rencana asuhan keperawatan:

1. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah

disusun dengan jelas dan benar

2. Rencana tersebut harus realistis dan dapat dilaksanakan

3. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan

pemerintah dan institusi layanan kesehatan tersebut.

4. Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga

sebagai objek dan subjek pelayanan.

5. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindak lanjuti oleh orang lain secara

berkesinambungan dan mudah dievaluasi.

6. Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah

masalah/meringankan masalah yang sering dihadapi.

7. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pada proses sistematis.

8. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang atau masa

lalu.

34
35

9. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang telah di identifikasi sebelumnya.

10. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan.

11. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlansung terus

menerus.

35
36

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan


No Tujuan Jangka Tujuan Jangka Kriteria
Standar Evaluasi Intervensi
Dx Panjang Pendek Evaluasi
1 Setelah diberi- Setelah dilakukan 5 Verbal Keluarga   mengerti 1) Jelaskan dan diskusikan dengana keluarga
kan perawatan kali kunjungan Psikomotor tentang tentang penyakit hipertensi:
selama 1 bulan keluarga dapat:  Penyebab   Pengertian
keluarga dapat  Memahami hipertensi  Tanda dan gejala hipertensi
merawat tentang hipertensi  Tanda dan gejala  Faktor resiko hipertensi
anggota  Dapat merawat hipertensi  Penyebab hipertensi
keluarga yang anggota keluarga  Faktor yang   Komplikasi
menderita hipertensi mempengaruhi  Cara pencegahan dan perawatan
hipertensi  Tekanan Darah hipertensi hipertensi.
sehingga tidak Klien terkontrol.  Komplikasi 2) Lakukan pengukuran Tekanan Darah.
terjadi  Cara pencegahan 3) Motivasi keluarga untuk membawa
komplikasi dan perawatan Klienberobat ke Puskesmas
 Keluarga
membawa Klien
berobat ke
Puskesmas
 2 Setelah Setelah dilakukan Verbal Anggota keluarga 1) Jelaskan pada keluarga untuk tetap
diberikan 5 kali kunjungan Psikomotor Klien tidak pernah mempertahankan kesehatan
perawatan 1 keluarga dapat mengeluhkan 2) Jelaskan pada Keluarga tentang pola hidup
bulan keadaan Mempertahankan kesehatannya sehat
kesehatan dan meningkatkan  Makan teratur
anggota derajat  Istirahat cukup
keluarga Klien kesehatannya  Olahraga
meningkat  Menghindari stres
3) Motivasi anggota keluarga Klien untuk
memeriksakan kesehatan secara teratur.

36
37

31

37
38

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan

keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur spesifik yang

terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan kesehatan, konseling, manajemen

kasus, dan konsultasi (Ekasari, 2009).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat dengan melihat respons

keluarga dan hasil yang dicapai yang dibandingkan dengan standar yang telah

ditetapkan. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional (Ekasari,

2009).

38

Anda mungkin juga menyukai