33 Model Pembelajaran Inovatif
33 Model Pembelajaran Inovatif
Sebagai berikut :
1. Lesson Study
2. Examples Non Examples
3. Picture and Picture
4. Numbered Heads Together
5. Cooperative Script
6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
7. Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)
8. Inside – Outside – Circle (Lingkaran kecil – Lingkaran besar)
9. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
10. Student Facilitator and Explaining
11. Course Review Horay
12. Talking Stick
13. Bertukar Pasangan
14. Snowball Throwing
15. Artikulasi
16. Mind Mapping
17. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
18. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi dari Number Heads)
19. Scramble
20. Word Square
21. Kartu Arisan
22. Concept Sentence
23. Make – A Match (Mencari Pasangan)
24. Take and Give
25. Tebak Kata
26. Metode Diskusi
27. Metode Jigsaw
28. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
29. Metode Inquiry
30. Metode Debat
31. Metode Role Playing
32. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
33. Metode Team Games Tournament (TGT)
Keterangan :
1. Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya
disebut Jugyokenkyuu. Istilah ‘lesson study’ sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang
dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana
pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama
mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode ‘lesson study’ sebagai berikut:
1. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada
setiap tingkatan kelas.
2. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
5. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran.
3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada
dua orang tersebut).
15. Artikulasi
Siswa membentuk kelompok berpasangan, kemudian seorang menceritakan materi yang
disampaikan oleh guru dan yang lain sebagai pendengar setelah itu berganti peran.
Langkah-langkah:
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
5. Suruh siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi / menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/ penutup.
Kelebihan:
1. Semua siswa terlibat (mendapat peran).
2. Melatih kesiapan siswa.
3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain.
Kekurangan:
1. Untuk mata pelajaran tertentu.
2. Waktu yang dibutuhkan banyak.
3. Materi yang didapat sedikit.
19. Scramble
Metode pembelajaran dengan membagikan lembar kerja yang diisi siswa.
Langkah-langkah:
1. Guru menyajikan materi sesuai topik.
2. Membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
Kelebihan:
1. Memudahkan mencari jawab.
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut.
Kekurangan:
1. Siswa kurang berpikir kritis.
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lain.
JIGSAW
Langkah-langkah Pembelajaran
Siswa membaca topik ahli dan menetapkan anggota ahli untuk topik tertentu.
Diskusi grup ahli: Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompok ahli.
Laporan kelompok: Siswa ahli kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan topik
yang didiskusikannya kepada anggota kelompoknya
Tes:Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
Penghargaan kelompok
TEAM GAME TOURNAMENT
Langkah-langkah Pembelajaran
Mengajar: Guru menyampaikan materi
Belajar kelompok: siswa belajar dengan menggunakan lembar kerja dalam kelompok untuk
menguasai materi.
Turnamen: siswa memainkan pertandingan akademik dalam regu yang berkemampuan homogen,
masing-masing meja turnamen berisi 3 anggota.
Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung berdasarkan skor anggota kelompok turnamen,
dan kelompok baru diakui bila dapat melampaui kriteria minimal.
Pendekatan Konstruktivis
Prinsip Utama: Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa.
Guru seharusnya mengetahui pengetahuan awal yang ada pada siswa dan memanfaatkannya untuk
menyampaikan materi berikutnya.
Tujuan membangun pemahaman. Belajar menurut pandangan konstruktivis tidak menekankan
untuk memperoleh pengetahuan yang banyak tanpa pemahaman.
Guru bukan seseorang yang harus selalu diikuti jawabannya. Di dalam kelas konstruktifis para
siswa diberdayakan oleh pengetahuannya sendiri. Mereka berbagi strategi penyelesaian, berdiskusi,
melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan setiap masalah.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting dalam
proses pembelajaran maupun penyelesaiannya.
Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.
Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika menjadi penting seperti penerapan
aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, pengeneralisasian, komunikasi matematika,
dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik.
Empat Fase Penyelesaian Masalah Menurut Polya
memahami masalah
merencanakan penyelesaian
menyelesaikan masalah sesuai rencana
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah telah dikerjakan
Ada 3 hal yang perlu dipikirkan yang berkaitan dengan pemecahan masalah
Pembelajaran melalui pemecahan masalah
Pembelajaran tentang pemecahan masalah
Pembelajaran untuk pemecahan masalah.
Pendekatan Open-Ended
Pembelajaran dengan Open Ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada
siswa.
Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak
cara dan mungkin juga banyak jawaban yang benar.
Pendidikan Realistik Matematika (RME)
Menurut Streefland (1991) terdapat lima prinsip utama dalam belajar mengajar yang berdasar pada
pengajaran realistik adalah:
Menggunakan masalah-masalah kontektual.
Menggunakan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol.
Membawa siswa dari tingkat informal ke tingkat formal.
Adanya kegiatan interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
Intertwinning(membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.
Beberapa alat peraga matematika
Alat untuk kekekalan Luas
Alat untuk kekekalan panjang
Alat kekekalan volume
Alat untuk teori kemungkinan
A lat untuk pengukuran
Macam-macam bangun geometri
Alat peraga untuk permainan
Pembelajaran kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan refomasi
pendidikan. Pembelajaran kooperatif sebenarnya merangkumi banyak jenis bentuk pengajaran dan
pembelajaran. Asasya ia menggalakkan pelajar belajar bersama-sama dengan berkesan melalui
pembentukan kumpulan yang homogen seperti dalam pendidikan inklutif. Ianya boleh digunakan
oleh pelbagai kumpulan umur dan dalam pelbagai mata pelajaran.Pembelajaran koopeatif
dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam kumpulan
untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan pelbagai kemahiran sosial. Secara dasarnya,
pembelajaran kooperatif melibatkan pelajar bekerjasama dalam mencapai satu-satu objektif
pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991). Selain dari itu, ciri-ciri umumnya ialah:
Meningkatkan pencapaian
1.Kaedah Jigsaw II
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi 'juru' dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-
masing memahami bahagian masing-masing, setiap 'juru' mengajarnya pula kepada ahli kumpulan
yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan 'juru' dan ahli
sama-sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan.
Selain dari itu, kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan
mengajar mereka untukmenjadi 'juru' dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik
lebih baik daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.
2.Kaedah STAD
STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam
kumpulan kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah
Jigsaw II atau pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji
pemahaman pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang
ditunjukkan oleh setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan
purata markah pelajar itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi
markah kumpulan. Di sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli
kumpulan, ahli kumpulan akan saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.
3. TAI
TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada
kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh
setiap pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai
keupayaan yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar
helaian jawapan kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan
dalam kumpulan bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi
oleh kumpulan akan dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikan sijil.
Pembahagian kumpulan yang membolehkan ahli-ahli dalam kumpulan bekerja dengan berkesan
bersama-sama.Faktor yang paling utama di sini ialah bilangan ahli dalam kumpulan. Kumpulan kecil
mengandungi tiga atau empat ahli didapati paling efektif. Kumpulan yang terlalu besar kurang efektif
kerana pembabitan ahli kumpulan cenderung menjadi tidak sama rata. Disamping itu, pembentukan
kumpulan sebaiknya dilakukan oleh guru bagi mengelakkan pelajar berkumpul sesama 'klik' mereka
sahaja.
Tugasan perlu distruktur sebegitu rupa supaya ahli kumpulan saling bergantung untuk mencapai
objektif yang ditentukan. Elakkan memberi tugasan yang boleh diselesaikan tanpa perlu pembabitan
setiap ahli kumpulan. Ini boleh menyebabkanada ahli kumpulan yang 'lepas tangan' ataupun
dipinggirkan oleh orang lain, dan bagi pelajar ini, pengalaman pembelajaran sepenuhnya tidak dapat
dicapai.
Jadikan tanggungjawab pencapaian terletak di kedua-dua tahap individu dan kumpulan. Satu cara
ialah melalui pemberian markah. Setiap pelajar mendapat markah individu dan markah kumpulan
bergantung kepada markah individu. Dengan cara itu setiap pelajar mempunyai motivasi untuk
melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan juga kumpulan.
Berikan garispanduan tingkahlaku dan kemahiran berkomunikasi kepada pelajar. Guru perlu
menjelaskan kepada pelajar apakah tingkahlaku yang wajar dan tidak wajar semasa pembelajaran
kooperatif berlaku. Guru juga perlu meberikan asas kemahiran komunikasi misalnya bagaimana
menyuarakan pendapat dan bagaimana menghadapi percanggahan pendapat.
Pastikan jenis dan amaun interaksi antara pelajar berpatutan. Guru perlu mengawasi interaksi yang
berlaku semasa pelajar menjalankan aktiviti kumpulan di dalam kelas. Perbincangan yang berlaku
seharusnya yang berkaitan dengan tugasan . Interaksi juga harus berlaku di antara setiap ahli
kumpulan dan tidak meminggirkan mana-mana ahli kumpulan. Perbincangan dan keputusan juga
tidak dimonopoli oleh ahli kumpulan tertentu sahaja.
BIBLIOGRAFI
B.Bennett, C. Rolheiser-Bennett, L.Stevann(1991) Cooperative Learing Where Heart Meets Mind.
Johnson, d.W.,& Johnson, R.T (1991). Learrning together and alone : Cooperative, Competitive, and
individualistic learning ( 3rd Ed.). Upper Saddle river, NJ: Prentice-Hall.
Krongthong Khairiree. Nota Edaran Kursus SMWB-10 (10 Jun-27 Julai 2002.
Slavin, R. (1986) Using Student Team Learning ( 3 rd. ed ). Baltimore, Johns Hopkins University,
Centre For Research On Elementary And Middle Schools.
Slavin, R. (1990) Cooperative Learning : Theory, Research ang Practice. Englewood Cliff, NJ: Prentice
Hall.
Sumber : http://www.geocities.com/gardner02_8/ilmiah1.htm
Diposkan oleh Padiya di 21:13 0 komentar
Model Pembelajaran Kontekstual
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Diterbitkan Januari 29, 2008 kurikulum & pembelajaran Tags: CTL, kurukulum, pembelajaran,
pembelajaran kontekstual
Pengembangan Pembelajaran Kontekstual
Oleh : Depdiknas
A. Latar belakang
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru,
dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide.
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat
Kontekstual
Tradisional
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
1. Konstruktivisme
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
5. Modeling (Pemodelan)
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
- Mencatat apa yang telah dipelajari.
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Penilaian produk (kinerja).
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/
Diposkan oleh Padiya di 20:53 0 komentar
Judul: MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO: SEBUAH TINJAUAN KRITISBahan ini cocok untuk
Informasi / Pendidikan Umum.Nama & E-mail (Penulis): arief mangkoesapoetra Saya Guru di SMAN
21 BANDUN G Topik: Model Pembelajaran Tanggal: 25 Agustus 2004
Ciri Penemuan terbimbingPembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari
pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dilihat
dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka
penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak
langsung.Ada hubungan yang kuat antara kadar dominansi guru dengan kesiapan mental untuk
menginternalisasi konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan hubungan antara
pengetahuan awal dan konstruksi konsep IPA yang dimiliki siswa dengan kemampuan siswa untuk
mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara terbimbing maupun secara bebas.Siswa hanya
dapat memahami konsep-konsep sains sesuai dengan kesiapan intelektualnya, semakin muda siswa
yang dihadapi oleh guru, guru perlu lebih banyak menyajikan pengalaman kepada mereka untuk
menggali pengetahuan awal dan membimbing mereka untuk membentuk konsep-konsep. Siswa
yang lebih dewasa, membutuhkan lebih sedikit keterlibatan aktif guru karena mereka lebih banyak
berinisiatif untuk bekerja dan guru akan berfungsi sebagai fasilitator, nara sumber, pendorong, dan
pembimbing.Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam
pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-
keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin,
1994).Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar
mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai
terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa
dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang
perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002).Beberapa keuntungan
Pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn),
belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer, memperkecil
atau menghindari menghafal dan siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri (Carin,
1995b: 107).Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa melek sains dan teknologi, dan
dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi kesempatan berperan serta di
dalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan intelektual mereka dengan bimbingan guru.
Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan
untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).Kegiatan pembelajaran
penemuan terbimbing mempunyai persamaan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi
pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing menekankan pada
pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan
kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan
kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar
langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam
kehidupan sehari-hari, dengan demikian bahwa penemuan terbimbing dengan keterampilan proses
ada hubungan yang erat sebab kegiatan penyelidikan, menemukan konsep harus melalui
keterampilan proses. Hal ini didukung oleh Carin (1993b: 105), “Guided discovery incorporates the
best of what is known about science processes and product.” Penemuan terbimbing mamadukan
yang terbaik dari apa yang diketahui siswa tentang produk dan proses sains.
Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang
pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa dilatih dan didorong untuk
dapat belajar secara mandiri. Dengan kata lain, belajar secara konstruktivis lebih menekankan
belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta,
konsep atau prinsip untuk diri mereka sendiri bukan memberikan ceramah atau mengendalikan
seluruh kegiatan kelas.Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual Teaching and Learning,
dimana siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman
baru berdasarkan pada pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar bermakna.Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai
kesamaan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya
berdasarkan teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran yang
sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).Menurut Sund (dalam Suryosubroto, 1996:
193), discovery merupakan bagian dari inquiri, atau inquiri merupakan perluasan proses discovery
yang digunakan lebih mendalam. Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu
konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat
simpulan dan sebagainya.Pembelajaran penemuan ada persamaannya dengan pembelajaran
berdasarkan masalah.Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 23), kedua model ini menekankan
keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom melalui bimbingan guru yang secara berulang-
ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata.
Namun pembelajaran penemuan dan PBI berbeda dalam beberapa hal yang penting yaitu, pada
penemuan terbimbing sebagian besar didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin,
dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas pada lingkungan
kelas.Berbeda dengan pembelajaran penemuan terbimbing, pembelajaran berdasarkan masalah
dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna yang memberikan kesempatan kepada
siswa dalam memilih dan melakukan penyelidikan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut. Selain itu, karena masalah itu merupakan masalah kehidupan nyata, pemecahannya
memerlukan penyelidikan antara disiplin (Arends, 1997).Tahap-tahap pembelajaran1. Orientasi
siswa pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.2.
Mengorganisasikan siswa dalam belajarGuru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.3.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokGuru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.4. Menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.5. Mengevaluasi kegiatanGuru membantu
siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.Sumber: (Ibrahim
dan Nur, 2000: 13)Karena pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran penemuan
dan bimbingan guru, dan ada persamaannya dengan pembelajaran berdasarkan masalah, oleh sebab
itu dalam penelitian ini menggunakan tahapan dengan mengadaptasi dari tahapan PBI.Carin (1993a)
memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing
sebagai berikut:1. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.2. Memilih metode yang
sesuai dengan kegiatan penemuan.3. Menentukan lembar pengamatan untuk siswa.4. Menyiapkan
alat dan bahan secara lengkap.5. Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara
individu atau secara kelompok yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.6. Mencoba terlebih dahulu kegiatan
yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau
kemungkinan untuk modifikasi.Selanjutnya, untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a)
menyarankan hal-hal sebagai berikut:a. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan
kegiatan yang dilakukan.b. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan kegiatan prosedur
yang harus dilakukan.c. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja
yang aman.d. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.e. Memberikan waktu
yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan.f. Melakukan diskusi
tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah :
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan
b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan c. Guru dan
siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya.
e. Sementara pendengar
f. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap g. Membantu
mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya
h. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti diatas
i. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
j. Penutup
9. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
d. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu
juga kelompok lainnya
e. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan/penutup
13. DEBATE
Langkah-langkah :
a. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya
kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas
c. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau
dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di
papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
14. ROLE PLAYING
Langkahlangkah :
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum
j. Evaluasi
k. Penutup