Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA IDE

*KESULITAN BELAJAR REMAJA USIA SEKOLAH*

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Irsan, M.Pd., M.Si.

DISUSUN OLEH :
AYU NOVIANA SIMATUPANG
(3183331010)
REGULER A 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
Rekayasa Ide ini.Mengembangkan Profesionalisme Mahasiswa untuk memenuhi
tugas mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK dengan topik “Kesulitan
Belajar Remaja Usia Sekolah” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterimakasih kepada Bapak Dr.Irsan, M.Pd., M.Si,
selaku Dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Dididik di Kelas Reguler A
Pendidikan Geografi UNIMED 2018 yang telah memberikan tugas ini kepada saya
sebagai penulis.
Penulis sangat berharap kiranya Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk mengetahui isi rekayasa ide ini beserta kelebihan dan kekurangan
rekayasa ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam rekayasa ide ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan rekayasa ide yang telah penulis buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Medan, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1


1.2 Tujuan ...............................................................................................................2
1.3 Manfaat ..............................................................................................................2
1.4 Fokus Masalah ...................................................................................................2

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN SECARA UMUM

2.1 Uraian Permasalahan ..........................................................................................3

2.2 Prosedur & Langkah Solusi Permasalahan Secara Umum ................................7

BAB III REKAYASA IDE

3.1 Ide-Ide Alternatif Pemecahan Menanggulangi Masalah ....................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................13

4.2 Saran .................................................................................................................13

4.3 Referensi ..........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam
upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan
dan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.Belajar
adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar
diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga
pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan
siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh
pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektual yang dimilikinya.

Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan


kemampuan intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan
oleh hasil tes IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan
IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa
dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90
tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.

Ada siswa dengan kecerdasan intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun


tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya
yang diharapkan dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan
kesempatan yang baik dalam belajar, dengan kemampuan yang cukup baik, namun
tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam belajar. Dan ada pula siswa
yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan yang kurang
dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses
belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh
karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan
dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan
meberikan solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.

1
1.2 TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian masalah belajar
2. Mendeskripsikan jenis-jenis masalah belajar
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah belajar
4. Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar siswa.

1.3 MANFAAT
1. Untuk mengetahui faktor penyebab masalah belajar di usia sekolah
2. Untuk mengetahui penanggulangan masalah belajar di usia sekolah
3. Seperti apa jenis masalah yang terjadi

1.4 Fokus Masalah


1. Mendeskripsikan pengertian masalah belajar
2. Mendeskripsikan jenis-jenis masalah belajar
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah belajar
4. Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar siswa.

2
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN SECARA UMUM
2.1 Uraian Permasalahan
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau
perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya”.Masalah belajar adalah suatu kondisi
tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan.Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya
yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai
atau cerdas.
B. Jenis-Jenis Belajar

Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis


siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang
sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum
bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh
tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian)
siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria
tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran
tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak
menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa
yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada
beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan
super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus
menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan
teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak
diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.

3
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri
(tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki
intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang
optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian
nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi
seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami
kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah
rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru
kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran
tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah
semacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-
malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau
lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa.
Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar
anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar
menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang
merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses
memotivasi siswa itu sendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu
kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal
yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan
oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru
yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya
perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu
siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka
waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan
belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru
pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk mengikuti
dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat
menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar
yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama)
dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak
seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak
atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang
serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang
lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.
Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut
kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman

4
lainnya terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun
dalam memperlakukan orang lain.

C. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Belajar Usia Sekolah

Dalam menunjang berhasilnya suatu proses belajar, terdapat beberapa hal pokok
yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor intern belajar

Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat


menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan
dalam belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu:

 Sikap Terhadap Belajar


 Motivasi belajar
 Konsentrasi belajar
 Kemampuan mengolah bahan ajar
 Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar
 Menggali hasil belajar yang tersimpan
 Kemampuan berprestasi
 Rasa percaya diri siswa
 Intelegensi dan keberhasilan belajar
 Kebiasaan belajar
 Cita-cita siswa

2. Faktor ekstern belajar

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program
pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa
pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi
siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas
belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

 Guru sebagai pembina siswa dalam belajar


 Sarana dan prasarana pembelajarn
 Kebijakan penilaian
 Lingkungan sosial siswa di sekolah
 Kurikulum sekolah

5
2. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehaviour) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, berkelahi, sering tidak masuk sekolah,
dan minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar terdiri dari
dua macam, yakni:

1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa itu sendiri.
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri
siswa itu sendiri.

Kedua faktor ini meliputi ragam keadaan sebagai berikut:

1. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,


yaitu:

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3) Yang berdifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-
alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara kedua


orang tua, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan sekitar/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh


(slum area), dan teman sepermainan (pear group) yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat pendukung sarana belajar yang
berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang
juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantaranya faktor-faktor yang dapat

6
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan
gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang
menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:

1) Disleksia, yakni ketidakmampuan belajar membaca,

2) Disgrafia, yakni ketidakmampuan belajar menulis,

3) Diskalkulia, yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum


sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang
menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal
brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.

2.2 Prosedur dan Langkah Solusi Penanganan Permasalahan Secara Umum

1. Identifikasi Kasus

Pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 yang berlokasi di SMA Nasrani 1 Medan, saya
sebagai Penulis melakukan observasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi
siswa dalam belajar.Dengan tujuan untuk mengetahui kendala atau masalah dalam
belajar, saya melakukan pengamatan di salah satu kelas XI (sebelas).

Untuk mempermudah proses pengambilan sampel siswa yang kemungkinan


memiliki masalah dalam belajar, saya sendiri berpedoman pada nilai raport
semester 1 (ganjil) pada kelas tersebut.

Pada Leger Raport Semester 1 ditunjukkan bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris
adalah salah satu mata pelajaran dengan rata-rata kelas terendah. Oleh karena itu,
saya mengambil 2 sampel (dalam hal ini siswa) yang mendapatkan nilai terendah
dalam mata pelajaran tersebut atau siswa dengan nilai di bawah rata-rata kelas pada
mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Identifikasi Masalah

Setelah menentukan sampel, saya mewancarai kedua sampel siswa ini untuk
mendapatkan poin yang menjadi kendala utama dalam belajar. Dari wawancara
tersebut, secara umum sampel A dan B memiliki kesamaan kendala, yaitu:

1. Kesulitan belajar yang utama pada mata pelajaran Bahasa Inggris.


2. Kendala utama dalam belajar Bahasa Inggris yaitu kurangnya menguasai
kosakata (vocabulary) yang merupakan dasar (basic) dalam Bahasa Inggris.
3. Kurangnya waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, kebiasaan belajar hanya
dilakukan jika ada Pekerjaan Rumah (PR) dari Guru.

7
3. Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Dari poin-poin yang didapatkan melalui wawancara, dapat disimpulkan bahwa


masalah utama siswa adalah kurangnya motivasi belajar yang kemudian tergambar
melalui kebiasaan siswa itu sendiri, seperti tidak menghapal kosakata, kurangnya
pemanfaatan waktu luang, belajar jika ada tugas, atau ulangan, dan lain sebagainya.
Mereka mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa, tetapi hasil dari proses
belajar tersebut terlihat tidak cukup optimal, yang kemudian tergambar melalui nilai
akhir yang berada di bawah angka rata-rata kelas.

8
BAB III

REKAYASA IDE

3.1 Ide-Ide Allternatif Pemecahan Menanggulangi Masalah

1) Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar pada siswa


sejak dini, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada siswa,
menanamkan kesadaran serta tanggung jawab sebagai pelajar pada
siswa merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
2) Berikan contoh belajar pada peserta didik.
3) Berikan intensif jika siswa belajar. Intensif yang dapat diberikan ke
siswa tidak selalu berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan
dan perhatian.
4) Orang tua sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
diajarkan di sekolah pada anak. Sehingga orangtua tahu
perkembangan anak di sekolah.

Alternatif penanganan masalah belajar yang dalam hal ini kurangnya


motivasi belajar melibatkan beberapa pihak, yakni:

1. Pemerintah, dalam hal ini peran Pemerintah adalah meciptakan motivasi


belajar siswa. Hal ini berhubungan dengan posisi Pemerintah sebagai
pemangku kebijakan, peran atau tanggung jawab Pemerintah yakni
menciptakan kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan
motivasi belajar siswa. Pemerintah harus membuat kebijakan yang memuat
regulasi yang pas dan kompeherensif. Misalnya penetapan buku wajib yang
benar-benar harus dipedomani oleh lembaga-lembaga pendidikan (sekolah),
buku yang benar-benar beresensi jelas (buku yang menarik, yang berisi
pengetahuan sekaligus mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar). Selain itu, Pemerintah yang memiliki wewenang untuk membuat
kurikulum juga harus memuat dasar motivasi di dalamnya sebelum sekolah
diberi kebijakan untuk membuat kurikulumnya sendiri, yang tentunya
mengacu kepada pedoman kurikulum yang dibuat Pemerintah.
2. Guru, melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, motivasi yang
diberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang diberikan sebelum
memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru bersama guru mata pelajaran
secara aktif berdiskusi dalam rangka menciptakan motivasi sehingga siswa-
siswanya tidak mengalami kekurangan motivasi. Guru Bimbingan
Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi
siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi
kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok.
3. Penggunaaan media belajar yang inovatif, yang mampu menarik perhatian
dan meotivasi siswa. Penggunaan perangkat tambahan seperti LCD
Projector atau OHP selain merupakan sarana untuk mempermudah
penyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan
perhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang mampu belajar cepat secara
audio visual dan nonaudio visual.

9
4. Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting
dalam memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan
anak setelah sekolah yaitu di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang
berebeda-beda dalam hal memotivasi anak-anaknya. Ada orang tua yang
menunjang anaknya dengan sarana pelengkap belajar seperti pengadaan
komputer, buku referensi, maupun peralatan tambahan yang mampu
digunakan untuk mengakses internet. Adapula orang tua yang memberikan
motivasi atau dorongan kepada anak-anaknya melaui wejangan-wejangan,
penggunaann model, dan lain sebagainya.
5. Masyarakat, dalam hal ini peranannya dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif, aman, nyaman dan tenteram. Seminimal mungkin tidak
menciptakan suasana buruk yang bisa mempengaruhi bahkan merubah
mental anak dalam hal ini siswa. Melakukan aksi-aksi yang dapat merubah
tatanan paradigma dalam kehidupan bermasayarakat, sehingga dapat
mengubah cara pandangan anak terhadap cara berperilaku. Lingkungan
masyarakat memiliki peranan yang sangat penting, bagaimana lingkungan
memciptakan suasana bahwa siswa tidak hanya merasakan suasana belajar
di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga merasakannya di dalam
lingkungan sekitar.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah.

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
Tetapi ada juga, banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-
angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang
bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah
bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang
terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

10
3. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan


menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup tinggi.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa
akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5. Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu,
memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya
kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan


mendorong siswa untuk giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempeartinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

11
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat

Motivasi sangat erat hubungannyadengan unsur minat. Motivasi muncul karena


ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat
motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan


2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
gairah untuk belajar.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini
dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan
memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi
juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal
atau tinggi.

Masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam belajar misalnya:Siswa yang tidak


mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-
teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.

1. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik.


2. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri.
3. Siswa yang sangat lambat dalam belajar.
4. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar.
5. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
6. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
7. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama)
dalam hubungan intersosial

Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).Permasalahan utama yang
dihadapi oleh sampel A dan B pada salah satu SMA (Sekolah Menengah Atas) ,
yaitu SMA NASRANI 1 MEDAN, yakni masalah kurangnya motivasi belajar.
Adapun solusi penyelesainnya yaitu dengan melibatkan pihak Pemerintah, Guru,
Orang tua, dan lingkungan masyarakat yang memiliki peranan masing-masing.

4.2 SARAN

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,


sangat diharapkan akan adanya perbaikan.Diharapkan kepada para Guru agar lebih
menyelenggarakan pembelajaran yang optimal terhadap anak didiknya dan
memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu sendiri.

Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan


fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator
sehingga sukses dalam proses pembelajaran.

13
4.3 REFERENSI

Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: RAJAWALI


PERS.

http://umanradieta.blogspot.com/p/masalah-masalah-dalam-belajar.html, diakses
pada tanggal 19 Juni 2017.

http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar-dan-pembelajaran/masalah-masalah-
belajar/mrdetail/15802/, diakses pada tanggal 19 Juni 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai