Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN HIPERTENSI DI RUANG EDELWEIS

RUMKIT TK. III SLAMET RIYADI SURAKARTA

Disusun

Kelompok 1

1. Arvian Putra R
2. Ambar Nurhudayani
3. Atika Chandra Ayuningrum
4. Berliana Sukmawati
5. Diah Ayu Tri Wartami

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kelompok 1 bisa
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN HIPERTENSI DI RUANG
EDELWEIS RUMKIT TK. III SLAMET RIYADI SURAKARTA”

Makalah asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik


Klinik Komprehensif II Keperawatan Medikal Bedah I. Dengan terselesaikannya
makalah asuhan keperawatan ini kelompok 1 mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat membantu dalam
penyusunan makalah asuhan keperawatan ini.

Kelompok 1 menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, oleh karena itu kelompok 1
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Berharap makalah asuhan
keperawatan yang telah dibuat ini bisa bermanfaat serta menambah pengetahuan
pembaca.

Surakarta, 14 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi................................................................................................
B. Penyebab/Etiologi...............................................................................
C. Manifestasi Klinik...............................................................................
D. Komplikasi..........................................................................................
E. Patofisiologi dan Pathway..................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)........................................
H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori......................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. Pengkajian ..........................................................................................
a. Riwayat.........................................................................................
b. Pola Gordon..................................................................................
c. Pemeriksaan Fisik..........................................................................
d. Pemeriksaan Penunjang.................................................................
2. Analisa Data........................................................................................
3. Diagnosa Keperawatan.......................................................................
4. Perencanaan Keperawatan...................................................................
5. Implementasi.......................................................................................
6. Evaluasi...............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .........................................................................................
2. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di
dunia. Diperkirakan kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang mengalami peningkatan 80% pada tahun 2025, dari jumlah 639
juta kasus akan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi serta jumlah pertambahan penduduk saat ini.
Paling sedikit, sepertiga orang dengan penyakit hipertensi tidak ditangani
dengan benar. Hal ini masih ditambah dengan tidak adanya keluhan dari
sebagian besar penderita hipertensi. Sehingga jutaan orang berisiko
mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2010).
Sejalan dengan bertambahnya usia 6,0% laki-laki dan 11,6% wanita yang
sudah berhenti menstruasinya beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu
hipertensi primer serta hipertensi sekunder. Hipertensi primer penyebabnya
belum diketahui, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit
yang lain. Seluruh jumlah penderita hipertensi lebih kurang 95% merupakan
hipertensi primer, dan yang 5% merupakan penderita 2 hipertensi sekunder.
Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat
diketahui (Padila, 2013).
Jumlah keseluruhan kasus hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa
pada daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum
terjangkau oleh layanan kesehatan, berkisar antara 6% sampai dengan 15%.
Tetapi ada pula wilayah jawa tengah dengan angka yang rendah (1,8%),
Survey Penyakit jantung yang dilakukan oleh Boedhi Darmojo, menemukan
jumlah hipertensi tanpa atau dengan penyakit jantung sebesar 33,3% dimana
81 orang dari 243 orang tua berusia diatas 50 tahun keatas (Ardiansyah,
2012).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Jumlah individu yang mengalami hipertensi sering dijumpai
pada orang yang berkulit hitam dibandingkan dengan orang yang berkulit
putih. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan diatas normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan jumlah
keseluruhan kasus hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Gunawan,
2013).
Mengingat banyaknya kasus yang mengalami hipertensi, maka kelompok
1 ingin membuat Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit
hipertensi, rumusan masalah penulis adalah “Bagaimana asuhan keperawatan
pada Ny.R dengan gangguan sistem Kardiovaskuler Hipertensi

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengetahui dan menggambarkan asuhan keperawatan
terhadap pasien Ny.R dengan gangguan sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi sesuai standart keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan pengkajian pada Ny.R dengan gangguan
sistem Kardiovaskuler : Hipertensi
b. Mampu menganalisa data pada Ny.R dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi
c. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny.R dengan
gangguan sistem Kardiovaskuler : Hipertensi
d. Mampu menggambarkan penyusunan perencanaan keperawatan pada
Ny.R dengan gangguan sistem Kardiovaskuler : Hipertensi
e. Mampu meggambarkan implementasi pada Ny.R dengan gangguan
sistem Kardiovaskuler : Hipertensi
f. Mampu menggambarkan evaluasi pada Ny.R dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi
dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati, 2009).
Menurut standar JNC (Joint National commite) seseorang disebut
hipertensi apabila tekanan darah sistol dan diastol naik. Klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa adalah: Normal <120 / 80 mmHg, pre hipertensi
120-139 / 80-89 mmHg, stadium 1 (satu) 140-159 / 90-99 mmHg, dan
stadium 2 (dua) 160/100 mmHg (Muttaqin, 2009). Tekanan darah sistolik
biasanya meningkat sejajar dengan pertambahan usia, jadi untuk menentukan
tekanan darah berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang
berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg dianggap
normal (Kabo, 2008).
Kesimpulannya, seseorang dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Penyakit
ini adalah penyakit berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya stroke.

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu:
a. Faktor keturunan
b. Ciri Perorangan
c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)
2. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan tekanan
intravaskuler, luka bakar dan stress (Udjianti, Wajan, 2011 ).

C. Manifestasi Klinik
Menurut Price (2009), pada sebagian besar penderita hipertensi tidak
menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala
berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah

D. Komplikasi
Menurut Maryam (2010), hipertensi merupakan penyakit yang bisa di
kontrol dan tidak bisa diobati.Jika hipertensi tidak di control dengan benar
atau tidak menjalani prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program.
Maka, akan berdampak pada komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan
gangguan keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian.
Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit kronis.
Penyakit lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau komplikasi
hipertensi akan menyebabkan hipertensi lebih sulit dikendalikan. Berikut
beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara lain :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklorosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
anurisma.
2. Infark miokard
Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Apnea pada saat tidur
Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi
berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan adanya
hubungan antara pernafasan yang terhenti dan berkurang nya pasokan
oksigen untuk sementara waktu yang menyertai apnea saat terjadinya
hipertensi. Apnea pada saat tidur tidak selalau terlihat jelas. Namun,
jika seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam dan
selalu mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter. Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada
saat tidur. Cari ini dapat menurunkan tekanan darah sedikit demi
sedikit.

E. Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi.
Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Price, 2009).
Pathway

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas
arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi Sistemik Koroner Spasme


Pembuluh otak pembuluh arteriole
Darah otak menurun darah ginjal Vasokonstriksi Iskemik
miocard Dipompa
Sinkop Blood flow Afterload
menurun meningkat
Nyeri Nyeri Dada
Resti injuri
Kepala
Respon RAA
Fatique
Gangguan Penurunan
Pola Tidur Rangsang Curah Jantung
aldosteron
Gangguan Retensi Na Intoleransi
Perfusi Aktifitas
Jaringan Edema

(Price, 2009)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
a. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi
/ fungsi ginjal.
b. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
h. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
i. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
j. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
l. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
m. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal, perbaikan ginjal.
4) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Keperawatan
a. Diet rendah garam / kolesterol / lemak jenuh
b. Teknik relaksasi dan olahraga teratur
c. Pendidikan kesehatan bahaya merokok dan alkohol
d. Kembali pada alam yaitu mengkonsumsi buah seperti : mentimun,
semangka, seledri, anggur, bawang putih, mengkudu, leci, dan
kentang.
2. Medis
a. Golongan diuretik, obat–obat ini dapat bekerja dengan mengeluarkan
natrium melalui urine. Jenis obatnya antara lain :
1) Tiazid terdiri dari bendroflumetiazid,klorazid, klortalidon,
hidroklorotiazid, metiklotiazid, indapamid, metolazon dan
politiazid. Yang sering digunakan hidroklorotiazid (HCT) dengan
dosis yang dianjurkan adalah 25 – 50 mg, 1- 2x per hari
2) Loop terdiri dari bumetanid, asam etakrinik, furosemid dan
torsemid. Golongan ini lebih kuat dari golongan tiazid dan di
pakai apabila kurang efektif pada terapi tiazid atau terdapat gagal
ginjal.
3) Hemat kalium terdiri dari amilorid, eplerenon, spironilakton dan
triamteren.
b. Penghambat simpatetik, obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas
saraf simpatik dan mencegah otak mengirim sinyal kepada system
saraf untuk meningkatkan denyut jantung dan menyempiitkan
pembuluh darah. Contoh obatnya adalah matildopa, klonidin, dan
reserpin.
c. Betabloker, obat jenis ini bekerja dengan menurunkan daya pompa
jantung. Contoh obatnya : metoprolol, propanolol, dan atenolol.
d. Vasodilator, obat – obatan jenis ini bekerja langsung pada pembuluh
darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang
termasuk dalam golongan ini adalah prasosin dan hidralazin.
e. Penghambat enzim konversi angiotensin, tipe obat ini bekerja
menghambat pembentukan zat angiotensin II. Contoh obatnya adalah
kaptopril.
f. Antagonis kalsium, obat ini bekerja dengan menurunkan daya pompa
jantung yaitu menghambat kontraktilitas dengan mempengaruhi sel
otot yang terdapat pada dinding pembuluh darah arteri yang memiliki
jalur kalium. Contoh obatnya adalah nifedipin, diltiasem, dan
verapamil
g. Penghambat reseptor angiotensin II, obat ini bekerja dengan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh obat golongan
ini adalah candesartan, eprosartan, losartan, olmesartan, telmisartan
dan valsartan (diovan).
(Dewi dan Familia, 2010)
H. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Keluhan utama
Keluhan klien saat dikaji
2) Riwayat penyakit sekarang
Penjelasan dari permutaan klien merasakan keluhan
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sebelumnya yang pernah diderita oleh klien atau
riwayat pengobatan yang telah dijalani.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga dihubungkan dengan kemungkinan
adanya penyakit keturunan
b. Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Presepsi klien terhadap penyakitnya serta dimana klien bisa
berobat dan obat apa yang biasa diminum.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Makanan 3x sehari, porsi, jenis, adakah keluhan, mandiri atau
dibantu, minum berapa kali sehari, berapa gelas, mandiri atau
dibantu.
3) Pola eliminasi
BAB sehari berapa kali, mandiri atau dibantu, adakah keluhan
BAK sehari berapa kali, mandiri atau dibantu, adakah keluhan
4) Pola aktivitas dan latihan
Apa saja aktivitas klien yang dilakuakan sehari-hari, apakah ada
hambatan beraktivitas
5) Pola istirahat tidur
Sehari klien tidur berapa kali, berapa jam per hari, adakah keluhan
atau gangguan tidur
6) Pola kognitif/perseptual
Gangguan pada kognitif presepsi sensori
7) Pola persepsi-konsep diri
Apakah ada perubahan atau gangguan diri, identitas diri, ideal diri,
peran, dan harga diri
8) Pola hambatan peran
Apakah ada gangguan pada hubungan peran klien sebelum sakit
dan selama sakit
9) Pola seksualitas produksi
Gangguan kelemahan fisik dan kognitif
10) Pola mekanisme koping
Bagaimana mengatasi masalah yang dialaminya
11) Pola nilai dan keyakinan
Agama yang dianut klien, dan bagaimana dengan ibadahnya, lalu
adakah masalah atau gangguan beribadah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan penampilan umum
2) Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala, rambut, warna, kebersihan, ada luka atau tidak.
b) Mata
 Palpebra : edema/tidak
 Konjungtiva : anemis/tidak
 Pupil : isokor/tidak
 Sklera : ikterik/tidak
 Reflek terhadap cahaya : miosis/midrosis
 Penggunaan alat bantu pengelihatan :
menggunakan/tidak
c) Hidung : kebersihan, sekresi, pernafasan cuping hidung
d) Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, tonsil, gigi, kebersihan
mulut
e) Telinga : kebersihan, rekresi, gangguan pendengaran
f) Leher : pembesaran kelenjar limfe, tiroid, distensi (vena)
ogulari
g) Dada (thoraks)
 Paru-paru : bentuk vocal, fremitus, sonor, visikuler
(ronkhi, whezing)
 Jantung : ictus kordis tampak/tidak, ic teraba disk V
pekak bunyi jantung
 Abdomen : warna, umbilicus, frekuensi, nada dan
interensitas bising usus, ada nyeri tekan/tidak, ada
masa/tidak, timpani/hipertimpani.
h) Ekstermitas atas dan bawah : kekuatan otot
i) Genetalia : bersih/ tidak, ada kelainan/tidak
j) Rektum : ada hemoroid/tidak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,


ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1 Nyeri akut Pain Level, o Mempertahankan o Meminimalkan
berhubungan Pain control, tirah baring selama stimulasi/meni
dengan tekanan Comfort level fase akut ngkatkan
vaskular serebral Kriteria Hasil : o Berikan tindakan relaksasi
1. Mampu nonfarmakologi o Tindakan yang
mengontrol nyeri untuk menurunkan
(tahu penyebab menghilangkan tekanan
nyeri, mampu sakit kepala vaskular
menggunakan o Hilangkan/minimal serebral dan
tehnik kan aktivitas yang
nonfarmakologi vasokontriksi yang memperlambat/
untuk mengurangi dapat meningkatkan memblok
nyeri, mencari sakit kepala. respons
bantuan) o Bantu pasien dalam simpatis efektif
2. Melaporkan ambulansi sesuai dalam
bahwa nyeri kebutuhan menghilangkan
berkurang dengan o Berikan cairan, sakit kepala
menggunakan makanan lunak, dan
manajemen nyeri perawatan mulut komplikasinya
3. Mampu yang teratur bila o Aktivitas yang
mengenali nyeri terjadi perdarahan meningkatkan
(skala, intensitas, hidung atau vasokontriksi
frekuensi dan kompres hidung menyebabkan
tanda nyeri) telah dilakukan sakit kepala
4. Menyatakan rasa untuk pada adanya
nyaman setelah menghentikan peningkatan
nyeri berkurang perdarahan. tekanan
5. Tanda vital vaskular
dalam rentang serebral.
normal o Pusing dan
penglihatan
kabur sering
berhubungan
dengan sakit
kepala. Pasien
juga dapat
mengalami
episode
hipotensi
postural
o Meningkatkan
kenyamanan
umum.
Kompres
hidung dapat
mengganggu
menelan atau
membutuhkan
napas dengan
mulut

2 Intoleransi Energy o Kaji respon pasien o Menyebutkan


aktivitas conservation terhadap aktivitas, parameter
berhubungan Self Care : ADLs frekuensi nadi, TD, membantu
dengan Kriteria Hasil : dispnea atau nyeri dalam
kelemahan, 1. Berpartisipas dada, keletihan dan mengkaji
ketidakseimbang i dalam aktivitas kelemahan yang respon fisiologi
an suplai dan fisik tanpa disertai berlebihan, terhadap stres
kebutuhan peningkatan diaforesis, pusing aktivitas dan,
oksigen. tekanan darah, dan pingsan. bila ada
nadi dan RR o Intruksikan pasien merupakan
2. Mampu untuk teknik indikator dari
melakukan penghematan energi kelebihan kerja
aktivitas sehari o Berikan dorongan yang berkaitan
hari (ADLs) untuk melakukan dengan tingkat
secara mandiri aktivitas diri aktivitas.
bertahap jika dapat o Teknik
ditoleransi. menghemat
energi
mengurangi
penggunaan
energi juga
membantu
keseimbangan
antara suplai
dan kebutuhan
oksigen.
o Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan
kerja jantung
tiba-tiba.
o Memberikan
bantuan hanya
sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan
aktivitas.
4. Evaluasi
a. Menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau
tidak
b. Melakukan pengkajian ulang
c. Jika klien mampu menunjukkan perilaku sesuai dengan yang
diharapkan maka tujuan usaha keperawatan tercapai
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN HIPERTENSI

DI RUANG EDELWEIS

RUMKIT TK. III SLAMET RIYADI SURAKARTA

Tgl/Jam MRS : Minggu, 11 November 2018 Pukul 23.00 WIB

Tgl/ Jam Pengkajian : Senin, 12 November 2018 Pukul 11.00 WIB

Metode Pengkajian : Autoanamnesa, alloanamnesa, head to toe,

status pasien

Diagnosa Medis : Hipertensi

No. Registrasi : 049xxx

1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama Klien : Ny. R
Alamat : Wonogiri
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. H
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Wonogiri
Hubungan dengan Klien : Suami

a. Riwayat
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dengan skala 8 dan
menjalar hingga ke tengkuk belakang yang dirasakan sejak sore
hari ini. Dan pusing dirasakan terus-menerus. Pasien juga
mengeluh mual muntah lebih dari 5x / hari. Setelah dikaji
didapatkan data TD: 200/110, RR: 24x/menit, Nadi :
105x/menit, S: 36,7˚C.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat HT dan stroke > 10 tahun
yang lalu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita HT dan
stroke
Genogram :
Keterangan

: Pasien

: Perempuan sudah Meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: Laki-laki sudah meninggal

: Garis Keturunan

: Tinggal satu rumah

5) Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien dan keluarga mengatakan bahwa di lingkungan rumah
pasen tidak ada yang memiliki riwayat kesehatan seperti yang
dialami pasien

b. Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan :
Pasien mengatakan kondisi sehat adalah saat badan dapat
beraktivitas tanpa rasa nyeri di kepala.
2) Pola Nutrisi/Metabolik
a) Sebelum Sakit
 Frekuensi : 3x sehari
 Jenis : Nasi, sayur, lauk
 Porsi : 1 porsi penuh
 Keluhan : Tidak ada
b) Selama Sakit
 Frekuensi : 1 – 2x/ hari
 Jenis : Bubur
 Porsi : ¼ porsi
 Keluhan : Mual muntah setelah makan
3) Pola Eliminasi
a) BAB Sebelum Sakit
 Frekuensi BAB : 1x hari
 Konsistensi : Padat
 Warna : Kuning Kecoklatan
 Keluhan : Tidak ada
b) BAB Selama Sakit
 Frekuensi BAB : 1x dalam 2 hari
 Konsistensi : Padat
 Warna : Kuning kecoklatan
 Keluhan : Sembelit/susah BAB
c) BAK Sebelum Sakit
 Frekuensi BAK : 4 – 6x hari
 Jumlah Urine :  1200 cc
 Warna : Jernih
 Keluhan : Tidak ada
d) BAK Selama Sakit
 Frekuensi BAK : 3 – 5x / hari
 Jumlah Urine :  600 cc
 Warna : Kuning
 Keluhan : Tidak ada

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


Intake Outpout Analisa

a. Minuman 1200 cc d. Urine 1200 cc Intake : 2400 cc


b. Makanan 400 cc e. Feses 200 cc Outpout : 1450 cc
c. Infus 800 cc f. IWL 50 cc
Total : 2400 cc Total : 1450 cc Balance : + 950 cc
4) Pola Aktifitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)
Kemampuan Perawatan Diri Sebelum Sakit Selama Sakit

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Makan / minum √ √

Mandi √ √

Toileting √ √

Berpakaian √ √

Mobilitas di Tempat Tidur √ √

Berpimdah √ √

Ambulasi / ROM √ √

Ket:
0 : Mandiri, 1 : dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total

5) Pola Istirahat Tidur


a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 8-
10 jam dan perasaan ketika bangun pagi sangat segar
b)Selama Sakit : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak,
kadang terbangun karena mual
6) Pola Kognitif – Perseptual
a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan penglihatan dan pendengaran, dan dapat
berbicara dengan lancar
b)Selama Sakit : Pasien malas berbicara dan sedikit kurang
fokus karena pusing
7) Pola Persepsi Konsep Diri
a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit bisa
beraktivitas kapan saja dan dimana saja. Dan bsa
beraktivitas dengan semangat.
b)Selama Sakit : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
agar bisa beraktivitas seperti dulu lagi
8) Pola Hubungan Peran
a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan selalu berkumpul
dengan keluarganya dan selalu harmonis dengan
keluarganya
b)Selama Sakit : Pasien dan keluarga terlihat harmonis,
tampak anak dan suaminya meneman di rumah sakit
9) Pola Seksualitas Reproduksi
a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan menstruasi lancar
b)Selama Sakit : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
belum menstruasi
10) Pola Mekanisme Koping
a) Sebelum Sakit : Pasien dan keluarga mengatakan dalam
menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah dengan
semua anggota keluarga
b)Selama Sakit : Pasien hanya berdiam dan memasrahkan
semua solusi kepada suaminya
11) Pola Nilai dan Keyakinan
a) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan selama di rumah selalu
menjalakan ibadahnya
b)Selama Sakit : Pasien mengatakan tidak bisa menjalankan
ibadahnya dikarenakan rasa pusing yang mengganggu
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan/Penampilan Umum
a) Kesadaran : Composmentis, GCS = 15, E = 4, V
= 5, M = 6
b) Tanda – Tanda Vital
 Tekanan Darah : 200/110 mmHg
 Nadi
 Frekuensi : 105x/menit
 Irama : Stabil
 Kekuatan : Kuat
 Pernafasan
 Frekuensi : 24x/menit
 Irama : Stabil
 Suhu : 36,7˚C
Analisa : Terdapat hasil yang melebihi batas normal yaitu pada
tekanan darah 200/110 mmHg
2) Kepala
 Bentuk Kepala : Oval
 Kulit Kepala : Bersih tidak ada ketombe
 Rambut : Bersih, tidak ada rontok, lurus,
sedikit beruban
Analisa : Tidak ada masalah keperawatan
3) Muka
a) Mata
 Palpebra : Tidak ada edema
 Konjungtiva : Anemis
 Sclera : Anikterik
 Pupil : Isokor
 Diameter ki/ka : 3 mm
 Reflek Terhadap Cahaya : Ada, mengecil bila
disinari
 Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak ada
b) Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada polip
c) Mulut : Bibir kering, mulut bersih, tidak ada bau
mulut
d) Gigi : Terdapat karang gigi, warna gigi putih
e) Telinga : Bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
4) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
5) Dada (Thorax)
 Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Tidak ada bunyi napas tambahan
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
6) Jantung
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 lup, dan bunyi jantung 2
dup
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
7) Abdomen
 Inspeksi : Simetris, sedikit cembung
 Auskultasi : Bising usus 10x/menit
 Perkusi : Timpani di kuadran kiri atas, kanan bawah,
dan kiri bawah, pekak pada kuadran kanan atas
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di abdomen
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
8) Genetalia : Tidak terkaji
Analisa: Tidak terpasang kateter
9) Rektum : Tidak terkaji
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
10) Ekstremitas
a) Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : Skala 5, tangan kanan dan
kiri masih berfungsi dengan baik
 ROM kanan dan kiri : Bisa dilakukan dengan
baik ( ROM aktif )
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada keterlambatan
pertubuhan tulang / kelainan bentuk tulang
 Perabaan akral : Hangat
 Pitting edema : Kembali dalam 2 detik
Analisa: Tidak ada masalah keperawatan
b) Bawah
 Kekuatan otot dan kanan dan kiri : Skala 5, kaki kanan
dan kiri lemah
 ROM kanan dan kiri : ROM pasif
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada kelainan bentuk
tulang
 Perabaan akral : Hangat
 Pitting Edema : Kembali dalam 2 detik
Analisa:

d. Pemeriksaan Penunjang
Hari/Tgl/Jam Jenis Nilai Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal Hasil

Senin / 12- Glukosa Puasa 70-100 mg/dl 139 Tidak Normal


11-2018 /
05.00 WIB
Selasa / 13- Asam Urat 3,4-7,0 mg/dl 8,3 Tidak Normal
11-2018 /
05.00 WIB
Trigliserida < 150 mg/dl 186 Tidak Normal

Leukosit 0-2 Lap 2-4 Tidak Normal

Cholesterol < 200 mg/dl 203 Tidak Normal

Rabu / 14- SGOT < 37 U/L 223 Tidak Normal


11-2018 /
05.00 WIB
SGPT < 40 U/L 156 Tidak Normal

e. Terapi Medis
Hari/Tgl/Jam Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi
Kandungan
Minggu / 11- Infus RL 16 tpm Cairan infus steril Mengganti cairan hilang
11-2018 karena dehidrasi

Senin / 12- Furosemid 10 mg / 24 Diuretik Mengatasi penumpukan


11-2018 jam cairan dan
pembengkakan pada
tubuh

Ondansentron 4 mg / 8 Antiemik Mengobati mual dan


jam muntah

Ranitidine 50 mg / 12 Antasida Mengurangi produksi


jam asam lambung

O2 3 lpm Oksigen Memperbaiki status


oksigenasi dan
memenuhi kekurangan
oksigen

Candesartan 1x8 mg Penghambat Menurunkan tekanan


reseptor darah
angiotensin II
(ARB)
Concor 1x2,5 mg Bisoprolol Mengobati tekanan
darah tinggi

Analsik 2x1 Benzodiazepine Mengobati sakit kepala

2. Analisa Data
Nama : Ny. R Umur : 44 tahun
No. CM : 049xxx Diagnosa Medis : Hipertensi

NO. Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi Symptom Ttd

1. Senin / 12- DS : pasien Nyeri akut Agen - Perubahan


11-2018 / mengatakan (00132) cidera selera
11.00 WIB nyeri kepala biologis makan
P : nyeri - Ekspresi
muncul saat wajah nyeri
bergerak - Laporan
Q : nyeri tentang
seperti di perilaku
tekan nyeri /
R : nyeri di perubahan
kepala aktivitas
S : skala
nyeri 8
T : nyeri
terus-
menerus
DO :
- pasien
tampak
berhati-hati
saat merubah
posisi untuk
menghindari
nyeri
- pasien
tampak
meringis
karena nyeri
di kepala
- TD =
160/90
mmHg
2. DS : pasien Intoleransi Imobilitas - Respon
mengatakan aktivitas tekanan
lemas dan (00092) darah
tidak bisa abnormal
beraktivitas - Ketidak-
seperti nyamanan
biasanya setelah
DO : beraktivitas
- pasien - Keletihan
tampak
terbaring di
tempat tidur
-pasien di
bantu
keluarga saat
ke toilet dan
berpindah
tempat
- TD =
140/90
mmHg

3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

4. Perencanaan Keperawatan
Nama : Ny. R No. CM : 049xxx
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : HT

No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intevensi Ttd

1. Setelah dilakukan tindakan Pain managemen (1400)


keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jam diharapkan nyeri dapat kmprehensif, termasuk (lokasi, frekuensi,
berkurang dengan kriteria durasi, kualitas)
hasil : 2. Ajarkan teknik non farmakologi (teknik
Pain control (2120) relaksasi napas dalam)
1. Nyeri berkurang dari 3. Kolaborasikan dengan dokter dalam
skala 8 menjadi 2 pemberian obat penurun tekanan darah
2. Ekspresi wajah pasien (candesartan 1x8 mg dan concor 1x2,5 mg)
menjadi nampak lebih
rileks
2. Setelah dilakukan tindakan Activit therapy (4310)
keperawatan 3 x 24 jam 1. Observasi adanya pembatasan pasien dalam
diharapkan dapat melakukan aktivitas
beraktivitas dengan 2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
kriteria hasil : yang sesuai dengan kemampuan fisik psikologi
Activity toleransi (0005) dan sosial
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah
2. Mampu melakuka
aktivitas sehari-hari secara
mandiri
3. Keseimbangan aktivitas
dan istirahat

5. Implementasi
Nama : Ny. R No. CM : 049xxx
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : HT
Hari/Tgl/Jam No. Dx Implementasi Respon Ttd

Senin / 12- I Melakukan pengkajian S : pasien mengatakan nyeri


11-2018 / nyeri secara kepala
15.00 WIB komprehensif P : nyeri muncul saat bergerak
Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 8
T : nyeri terus-menerus
DO :
- pasien tampak berhati-hati saat
merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena
nyeri di kepala
- TD = 160/90 mmHg
15.15 WIB I Mengajarkan teknik non S : pasien mengatakan nyeri
farmakologi (teknik berkurang setelah dilakukan
relaksasi napas dalam) teknik relaksasi napas dalam dari
skala 8 menjadi 6
O : pasien tampak lebih rileks
15.30 WIB I Memberikan obat S : pasien mengatakan bersedia
penurun tekanan darah di beri obat (candesartan 1x8 mg
(candesartan 1x8 mg dan dan concor 1x2,5 mg)
concor 1x2,5 mg) O : pasien tampak lebih nyaman
15.45 WIB 2 Mengobservasi adanya S : pasien mengatakan tidak bisa
pembatasan pasien dalam bangun dari tempat tidur
melakukan aktivitas O : pasien tampak lemas
16.00 WIB 2 Membantu untuk memilh S : pasien mengatakan bersedia
aktivitas yang sesuai diberi aktivitas yang tidak
dengan kemampuan fisik melelahkan seperti bangun dari
tempat tidur
O : pasien tampak bersemangat
Selasa / 13- I Melakukan pengkajian S : pasien mengatakan nyeri
11-2018 / nyeri secara kepala
15.00 WIB komprehensif P : nyeri muncul saat bergerak
Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 6
T : nyeri terus-menerus
DO :
- pasien tampak berhati-hati saat
merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena
nyeri di kepala
- TD = 140/90 mmHg
15.15 WIB I Mengajarkan teknik non S : pasien mengatakan nyeri
farmakologi (teknik berkurang setelah dilakukan
relaksasi napas dalam) teknik relaksasi napas dalam dari
skala 6 menjadi 4
O : pasien tampak lebih rileks
15.30 WIB I Memberikan obat S : pasien mengatakan bersedia
penurun tekanan darah di beri obat (candesartan 1x8 mg
(candesartan 1x8 mg dan dan concor 1x2,5 mg)
concor 1x2,5 mg) O : pasien tampak lebih nyaman
15.45 WIB 2 Mengobservasi adanya S : pasien mengatakan tidak bisa
pembatasan pasien dalam bangun dari tempat tidur
melakukan aktivitas O : pasien tampak lemas
16.00 WIB 2 Membantu untuk memilh S : pasien mengatakan bersedia
aktivitas yang sesuai diberi aktivitas yang tidak
dengan kemampuan fisik melelahkan seperti bangun dari
tempat tidur
O : pasien tampak bersemangat
Rabu / 14- I Melakukan pengkajian S : pasien mengatakan nyeri
11-2018 / nyeri secara kepala
15.00 WIB komprehensif P : nyeri muncul saat bergerak
Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus-menerus
DO :
- pasien tampak berhati-hati saat
merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena
nyeri di kepala
- TD = 130/90 mmHg
15.15 WIB I Mengajarkan teknik non S : pasien mengatakan nyeri
farmakologi (teknik berkurang setelah dilakukan
relaksasi napas dalam) teknik relaksasi napas dalam dari
skala 4 menjadi 2
O : pasien tampak lebih rileks
15.30 WIB I Memberikan obat S : pasien mengatakan bersedia
penurun tekanan darah di beri obat (candesartan 1x8 mg
(candesartan 1x8 mg dan dan concor 1x2,5 mg)
concor 1x2,5 mg) O : pasien tampak lebih nyaman
15.45 WIB 2 Mengobservasi adanya S : pasien mengatakan sudah
pembatasan pasien dalam bisa bangun dari tempat tidur
melakukan aktivitas dan masih malas untuk berjalan
O : pasien tampak lemas
16.00 WIB 2 Membantu untuk memilh S : pasien mengatakan bersedia
aktivitas yang sesuai diberi aktivitas yang tidak
dengan kemampuan fisik melelahkan seperti berjalan di
sekitar tempat tidur
O : pasien tampak bersemangat

6. Evaluasi
Nama : Ny.R No. CM : 049xxx
Umur : 44 Thn Diagnosa Medis : HT
No Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd

I Senin / 12- S : pasien mengatakan nyeri kepala


11-2018 / P : nyeri muncul saat bergerak
15.00 WIB Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 8
T : nyeri terus-menerus
O:
- pasien tampak berhati-hati saat merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena nyeri di kepala
- TD = 160/90 mmHg
A : masalah belum teratasi (nyeri akut b.d agen cidera
biologis)
P : lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam)
3. Berikan obat penurun tekanan darah (candesartan 1x8 mg
dan concor 1x2,5 mg)
2 S : pasien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur
O : pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi (intoleransi aktivitas b.d
imobilitas)
P : lanjutkan intervensi
3. Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
aktivitas
4. Bantu untuk memilih aktivtas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik psikologi dan sosial
I Selasa / 13- S : pasien mengatakan pusing
11-2018 / P : nyeri muncul saat kepala pusing
15.00 WIB Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 6
T : nyeri terus-menerus
O:
- pasien tampak berhati-hati saat merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena nyeri di kepala
- TD = 140/90 mmHg
A : masalah belum teratasi (nyeri akut b.d agen cidera
biologis)
P : lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam)
3. Berikan obat penurun tekanan darah (candesartan 1x8 mg
dan concor 1x2,5 mg)
2 S : pasien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur
O : pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi (intoleransi aktivitas b.d
imobilitas)
P : lanjutkan intervensi
1. Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
aktivitas
2. Bantu untuk memilih aktivtas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik psikologi dan sosial
I Rabu / 14-11- S : pasien mengatakan pusing
2018 / 15.00 P : nyeri muncul saat kepala pusing
WIB Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri di kepala
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus-menerus
O:
- pasien tampak berhati-hati saat merubah posisi untuk
menghindari nyeri
- pasien tampak meringis karena nyeri di kepala
- TD = 130/90 mmHg
A : masalah belum teratasi (nyeri akut b.d agen cidera
biologis)
P : lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam)
3. Berikan obat penurun tekanan darah (candesartan 1x8 mg
dan concor 1x2,5 mg)
2 S : pasien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur
O : pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi (intoleransi aktivitas b.d
imobilitas)
P : lanjutkan intervensi
3. Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
aktivitas
4. Bantu untuk memilih aktivtas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik psikologi dan sosial
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi
dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati, 2009).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi
jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik
lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang Asuhan Keperawatan
Hipertensi diharapkan mahasiswa mengetahui, mengerti, dan memahami akan
arti, manfaat serta akibat / dampak dari apa yang telah dibahas pada makalah
tersebut.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai