net/publication/301295226
CITATIONS READS
0 5,647
9 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Local materials selection as a model supporting the sustainability of architecture in Bali View project
All content following this page was uploaded by siluh putu natha Primadewi on 15 April 2016.
Kata Kunci : Bangunan Tradisional, Struktur & Kontruksi, Bale Pegaman, Bayung Gede
PENDAHULUAN Gede berpola linear, menempati posisi
Latar Belakang membentuk garis lurus mengikuti konsep
Bentuk dan gaya arsitektur selalu Ulu-Teben (utara-selatan), dan ruang yang
berhubungan erat dengan cara kontruksi terjadi diantaranya merupakan fasilitas
dan bahan bangunan yang laku pada bersama dengan fungsi sirkulasi dan
zaman itu. Struktur dan kontruksi sosialisasi. Topografi daerah pegunungan
tradisional kebanyakan autoktonos sangat dengan temperatur yang dingin sangat
terbatas menurut pengalaman dan teknik mempengaruhi pola ruang, fungsi ruang,
pertukangan maupun oleh faktor-faktor dan perwujudan bentuk rumah di Bayung
metafisis (adat, mitos, religi) menurut Gede. Setiap rumah di Bayung Gede
bentuk, lebar bentang, serta bahan terdiri dari 3 (tiga) unit bangunan
bangunan yang digunakan secara tradisional, antara lain: paon (dapur),
tradisional, seperti misalnya pendopo dan jineng (lumbung), dan bale pegamanan
saka guru di Jawa, atau kontruksi gevel (bangunan adat), serta sanggah (tempat
yang menonjol di Toraja (Frick, 1998). suci).
Bangunan tradisional memiliki Kekhasan wujud bangunan daerah
karakteristik yang spesifik, sesuai dengan pegunungan di Bayung Gede dapat dilihat
ketersediaan bahan bangunan, penguasaan pada bukaan-bukaan yang sangat minimal
teknologi struktur, dan dikerjakan secara pada paon, bale pegaman dan jineng, dan
gotong-royong (Prijotomo, 2010). Dengan kayu serta bambu sebagai bahan utama
demikian dapat dikatakan bangunan dalam konstruksi bangunan. Penggunaan
tradisional bukanlah produk barang jadi, bahan kayu dan bambu akan
namun sangat dipengaruhi peran mempengaruhi struktur, sedangkan
masyarakatnya (Silas, 1986). Masyarakat struktur akan mempengaruhi wujud
yang berbeda mempunyai wujud bangunan bangunannya.
tradisional yang berbeda. Bangunan Dari latar belakang permasalahan
tradisional Bali hadir dengan gaya yang tersebut, sangat diperlukan suatu penelitian
beraneka sesuai dengan budaya dan yang dapat mengkaji karakter struktur dan
alamnya. Salah satu variasi arsitektur kontruksi bale pegaman dan karakter
tradisional Bali adalah bangunan tersebut sebagai salah satu kearifan lokal
tradisional Bayung Gede. guna teknologi di masa mendatang untuk
Bayung Gede merupakan salah satu melestarikan bangunan tradisional Bali.
desa Bali Aga yang berada di Kabupaten
Bangli. Permukiman tradisional di Bayung
Rumusan Masalah kontruksi pondasi, dinding, kolom, lantai
Bagaimana struktur dan kontruksi dan kuda–kuda atap. Berdasarkan
bangunan tradisional bale pegaman di hubungan antara bagian bangunan yang
Bayung Gede ? menerima beban (pondasi, kolom, dinding,
lantai atau atap sebagai struktur bangunan)
Tujuan Penelitian
dan bagian yang tidak menerima beban
Mengetahui karakter sistem struktur dan
(dinding pemisah, pintu/jendela sebagai
kontruksi bangunan tradisional bale
pembagi ruang), struktur bangunan dapat
pegaman
ditentukan (Frick, 2006).
Melestarikan struktur dan kontruksi
Struktur berkaitan erat dengan
bale pegaman yang dibangun secara
pemahaman anatomi bangunan, yang
tradisional sebagai salah satu kearifan
dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu:
lokal Bali yang nantinya dapat
sub-structure (struktur bawah), super
digunakan untuk teknologi di masa
structure (struktur tengah) dan upper-
mendatang.
structure (struktur atas). Struktur
TINJAUAN PUSTAKA bangunan tradisional umumnya sederhana,
Struktur dan Kontruksi Bangunan terdiri dari struktur rangka kayu atau
Tradisional bamboo berupa kolom dan balok, serta
Kontruksi, berdasarkan istilah latin, dinding non-struktural (hanya pengisi).
yakni construere, berarti susunan atau Kontruksi kolom dan balok dirakit tanpa
hubungan bahan bangunan sedemikian menggunakan paku, tetapi menggunakan
rupa sehingga susunan tersebut menjadi teknologi sambungan seperti balok-balok
satu kesatuan yang tahan dan kuat (Frick, yang menggunakan teknik saling mengikat
2006). Konstruksi berhubungan dengan dengan pasak. dan stabilitasnya tergantung
metode, teknik atau cara. Konstruksi pada pengalaman empiris, pengetahuan intuitif,
bangunan tradisional, antara lain: serta mencoba dan meralat yang
mengikat, mengangkat, menyambung dan diwariskan secara turun temurun.
lain-lain.
Struktur dan Kontruksi Bangunan
Struktur bangunan adalah susunan
Tradisional Bali
atau pengaturan bagian-bagian bangunan
yang menerima beban (konstruksi utama), Struktur bangunan tradisional Bali
tanpa mempedulikan apakah konstruksi umumnya sederhana, terdiri dari sistem
tersebut tersembunyi atau tidak. Secara rangka dan bidang mengikuti bentuk
umum struktur bangunan terdiri atas bangunan. Sistem rangka pada badan
bangunan dan sistem bidang pada atap. Tiang disertai dengan canggahwang,
Kontruksi bangunan tradisional Bali aman kancut pada hubungan tiang dengan
dan telah teruji ratusan tahun terhadap lambang, sunduk pada hubungan tiang
bencana gempa dan angin. Elemen-elemen dengan bale dan purus bundar pada
kontruksi yang terekspos mendapat hubungan tiang dengan sendi alas tiang
penyelesaian tektonika (the art of yang meneruskan beban kepada pondasi
construction). Elemen-elemen kontruksi "jongkok asu" di bawahnya kemudian
bangunan tradisional Bali sebagai struktur diteruskan ke bawah tanah. Hubungan
juga sebagai elemen estetika. tiang dengan tiang yang menyangga
bale dirangkaikan dengan sunduk
Struktur dan kontruksi bangunan
dengan sistim "baji" (antara lubang pada
tradisional Bali terdiri dari :
tiang purus pada sunduk), hubungan
Kontruksi Atas (kepala) yaitu atap
tiang dengan lambang memakai purus
Prinsip kesatuan hubungannya adalah
rangkap, hubungan tiang dan tadapaksi
elemen-elemen pokok pembentuk
dengan konstruksi berupa kancut (tidak
konstruksi atap terpusat ke petaka atau
menerima beban).
dedeleg (berada di tengah) sebagai
Kontruksi Bawah (kaki) yaitu pondasi
hubungan purus dan lambang tanpa
Kontruksi bawah terdiri dari dua
pasak. Rangkaian batang iga-iga dan
pondasi, yaitu : pondasi tiang (dipasang
pemade menjadi struktur bidang
sebelum kerangka tiang dipasang), dan
disatukan oleh apit-apit atas, tengah dan
pondasi tembok (dipasang sesudah
bawah yang ujung-ujung bawahnya
kerangka dan atap selesai). Jarak kedua
distabilkan oleh kolong atau tadalas,
pondasi ini ditentukan oleh gerantang di
demikian pula pada konstruksi
luar tiang. Dengan memasang sepat
gerantangan. Hubungan jepit antar apit-
gantung di sudut tadalas didapatkan
apit dengan iga-iga diperkuat oleh tali
pondasi tembok.
dan pasak apit-apit dimanfaatkan pula
Pokok-pokok stabilitas pada
sebagai elemen dekorasi dengan bentuk
konstruksi tiang adalah "pasak dan lait"
"tapuk manggis" pada kepala pasak dan
(pasak yang bisa ditarik menurut
bentuk simbar, karang manuk, ataupun
keperluan). Dengan menempelkan "lait"
karang sae pada kepala pasak pemade
rapat-rapat seluruh konstruksi menjadi
dan pemucu.
stabil dan bila lait dilonggarkan konstruksi
Kontruksi Tengah (badan) yaitu
menjadi labil dan mudah dibongkar.
kerangka tiang
HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat pintu sebagai akses masuk, tanpa
Gambaran Lokasi adanya jendela.
Secara administrasi Desa Bayung Bayung Gede yang berada di
Gede termasuk dalam wilayah Kecamatan daerah pegunungan kaya akan kayu dan
Kintamani Kabupaten Bangli. Desa bambu yang menjadi bahan utama dalam
Bayung Gede memiliki keterkaitan yang konstruksi bangunan. Pemakaian bahan
cukup erat dengan 28 desa dan 3 (tiga) alam ini akan mempengaruhi struktur,
desa diantaranya memiliki pertalian darah sedangkan struktur akan mempengaruhi
yang cukup erat (Desa Sekardadi, tampilan bentuk arsitekturnya.
Panglipuran, dan Tiga Kawan). Desa
Bayung Gede merupakan salah satu desa
tradisional di Bali yang secara geografis
berada di daerah pegunungan, oleh sebab
itu desa Bayung Gede memiliki curah
hujan tinggi dan iklim dingin.
Aspek yang menarik adalah wujud
N N
A. LUMBUNG
TAPAK
yang tercermin dalam kehidupan sehari-
HUN IAN DESA BAYUN G GEDE
INV EN TA RISA SI D AN D OK UMENTASI
KAJ IAN LI NG KUNG AN B IN AAN ETNIK D EN AH
HUN IAN DESA BAYUN G GEDE
PROGRAM STUDI M AG ISTE R ARSI TEKTUR
NOP E M B E R 2008
Gb 1. Layout Rumah Tradisional di Bayung Gede
UN IVE RSITAS UDAYANA
NOP E M B E R 2008
harinya. Lingkungan fisik pada masing- Sumber: Digambar ulang dari Dokumen Tugas, 2012
BADAN
KAKI
Gb.2. Bangunan Tradisional Bale Pegaman Struktur dan Kontruksi Bale Pegaman
Sumber: Natha, 2015
Bale pegaman berbentuk dasar segi
Bale pegaman menggunakan bentuk empat panjang. Bale pegaman merupakan
sakanem (rangka tiang yang berjumlah gugus massa yang relative kecil, seimbang
enam). dan stabil.
Ruang suci yaitu bale kapingitan berupa
bale tertutup yang berfungsi sebagai
stana Dewi Saraswati.
Ruang bale yaitu berupa rangka tiang
terbuka dan ukuran bale lebih panjang
dibandingkan bale kapingitan.
Ruang penyimpanan di sisi belakang
luar bale pegaman sebagai tempat
penyimpanan peralatan sehari-hari dan
Gb. 4.Bentuk segiempat panjang Bale Pegaman
kayu bakar. Sumber: Natha, 2015
SENDI
BEBATURAN
JONGKOK ASU
Gb. 6.Super Struktur Bale Pegaman banten), serta digunakan untuk tempat
Sumber: Natha, 2015
tidur anak. Bale terbuka juga ditutup
Ruang badan berisi bale yang setengah dinding di kedua sisinya berupa
terbagi dua, yaitu bale tertutup yang parba dengan rangka dan anyaman bambu.
disebut bale kapingitan dengan jarak tiang Lengatan di sisi selatan merupakan stana
16 rai ke arah panjang dan 16 rai ke arah Bhatara Hyang Kumara-Kumari, serta
lebar atau sekitar 165cm x 165cm; bale stana leluhur yang belum melinggih di
terbuka dengan jarak tiang 20 rai ke arah Kemulan/Palinggih Bhatara Guru.
panjang dan 16 rai ke arah lebar atau Struktur penyangga atap menyatu
sekitar 180cm x 165cm. dengan dinding dari bahan bambu dan
Ruang di atas bale yang tertutup bedeg. Dinding penutup adalah karakter
digunakan sebagai ruang suci stana Dewi khas bale pegaman sebagai bangunan
Saraswati. Bale tertutup dinding bambu tradisional daerah pegunungan adalah
dan bedeg di keempat sisinya, salah satu dimana pada bagian atas, bawah, dan
sisi terdapat pintu rangka kayu dan samping bangunan diperlukan bidang
anyaman bambu dengan sistem untuk melindungi penghuni dari cuaca.
sliding/geser dengan lebar sekitar 60 cm. Selain itu dinding juga berfungsi sebagai
Stana Dewi Saraswati berada di lenggatan tempat menyimpan peralatan upacara
sisi utara (rongga atap dengan batas tarib), seperti pisau, sabit, golok, dan lain-lain.
bedeg impi. Bedeg yang umum digunakan
pada dinding bale pegaman adalah bedeg
saud di bagian luar dan bedeg jaro di
bagian dalam.
TERAMPA
Denah
Potongan B-B
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA