1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan
bahwa pada tahun 2002 PPOK menempati urutan kelimasebagai penyebab utama
kematian di dunia dandiperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab
kematian ketiga di seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 80 juta orang
menderita PPOK derajat sedang Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK pada
tahun 2005, sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global. (WHO, 2010)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru paru. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian
kelima terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi
dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)
Akhir akhir ini chronic obstructive pulmonary disease (COPD ) ataupenyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena
prevalensi dan mortalitas yang terus meningkat. Di Amerika kasus kunjungan pasien
PPOK di instansi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan
perawatan dirumah sakit dan 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai
penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung,
kanker dan penyakit serebro vaskular .Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini
mencapai 24 Miliyar per tahunnya. World health organization (WHO) bahwa
menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, PPOK
bersama asma bronkial menduduki peringkat kematian ke lima di Indonesia
2
Prevalensi bronkitis kronik dan PPOK berdasarkan SKRT tahun 1995 adalah 13 per
1000 penduduk, denganperbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 3 berat.
Menurut SKRT tahun 2001 penyakit saluran napas menduduki peringkat ketiga
penyebab ke matian ut ama di Indonesia setelah sistem sirku lasi, infeksi dan parasit.
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 Rumah
Sakit Propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
danSumatera Selatan) Pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan
pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker
paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004)
Rata- rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita
laki- laki lanjut usia. Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya sekresi mukus bronkus
yang berlebihan dan tampak dengan adanya batuk produktif selama 3 bulan atau
lebih, dan setidaknya berlangsung selama 2 tahun berturut- turut, serta tidak
disebabkan oleh penyakit lain yang mungkin menyebabkan gejala tersebut (lawrence
M. Tierney, 2002)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan data-data di atas maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah “LAPORAN KASUS ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN.A”.
C. TUJUAN
Untuk mengetahui kasus asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
TN.A dengan Penyakit Paru Obstruktis Kronis Wilayah kerja Puskesmas
Kahuripan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru
Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddarth, 2002).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan kondisi ireversibel
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk
dan keluar udara paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi
yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu
Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-
30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan
sedikit sputum mukoid. Terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik,
tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam
jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering
timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita
berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita
mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa
yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka
panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun
4
timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila
timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis
adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah
timbulnya penyakit. (Price & Wilson, 1994 : 695)
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari
disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
2. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic, yaitu suatu
perubahan anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus.
3. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.
Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas
secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.
4. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda
dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh
darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
5
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD
adalah:
1. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking
control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara
fisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar
mukosa bronkus dan metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan.
Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton &
Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut
getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
2. Riwayat Perokok:
1) Perokok Aktif
2) Perokok Pasif
3) Bekas Perokok
3. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis
adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O,
hydrocarbon, aldehid dan ozon.
Polusi di dalam ruangan:
1) Asap rokok
2) Asap kompor
Polusi di luar ruangan:
1) Gas buang kendaranan bermotor
2) Debu jalanan
3) Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. Riwayat infeksi saluran nafas
6
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita
bronchitis koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi
bronchitis koronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus,
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri
3. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala klinis yang timbul akan mengarah pada penyakit
4. Patofisiologi
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas
yang berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu
7
terjadinya PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena
bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus
ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun
hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut
menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara
mengi. Apabila asma ini terus berlangsung lama, semakin menyempitnya
bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat menyebabkan
PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni
jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan
tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke
paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh
berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara
menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel
goblet akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi lendir yang dihasilkan,
akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan
kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan
terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke
alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi
paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993)
8
5. Pathway
Pencetus
Asma, Bronkitis, emfisema
Rokok dan Polusi
Inflamasi
PPOK
Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru Batuk
hipertermi
Ekspansi paru Gg. Pertukaran Gas Imun menurun
menurun
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tida adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Gg, Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tidak
Efektif Intoleransi Aktifitas
Ansietas
Kurang pengetahuan
9
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesia
Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor
penyebab
2. Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter
anteroposterior dada meningkat).
3. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati
lebih rendah, pekak jantung berkurang.
4. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis yang pararel keluar dari hilus menuju ke
apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan
kedistal.
5. Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan
apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi,
misalnya bronkodilator.
6. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
10
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan
eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-
60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
7. Laboratorium darah lengkap
7. Pelaksanaan
11
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
12
b. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, sekret dan
iritan jalan napas
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai oksigen.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : TN. A
b. Umur : 65 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan :SD
f. Telepon :
g. Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
a. Alamat : margalaksanagang Aceh Rt.3 Rw 6
Kec.Tawang. Kel.Tawang
2. Komposisi Keluarga
NO. Nama Umur L/ Pendidik Pekerjaan Imunisasi Ket.
P an
1. Bp. A 65 Thn L SD Buruh - Sakit
2. Ib . U 60 Thn P SD IRT - -
3. Bp.D 55 Thn L SD Wiraswasta Lengkap -
4. An D 26 Thn L SMP Buruh Lengkap -
14
3. Genogram :
Bp.
Ibu Bp Ade Ib.
Didin
lilis lilis
An. An.
An. An.
Dian Diki An.febi
yesa Ramadhan
15
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: :Klien
: Tinggal serumah
Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga
Keluarga Bp.A merupakan Multigenerational family karena
terdiri dari beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Keluarga Bp. A mengatakan ada masalah dengan tipe
keluarga tersebut karena dirumah ada 4 orang dan rumahnya
hanya sepetak.
4. Suku Bangsa
a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga Bp. A berasal dari suku Sunda, bahasa sehari-
hariyang digunakan keluarga Bp.A adalah bahasa Sunda.
Bahasa yang digunakan dirumah untuk berinteraksi dengan
anggota keluarga juga menggunakan bahasa Sunda.
b. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogeny).
Bpk A tinggal dirumah mereka menetap sejak menikah tidak
berpindah-pindah. Lingkungan rumah nya bersifat heterogen yaitu
16
masyarakat memiliki keanekaragaman dalam hal fisik, sosial,
ekonomi, namun masalah budaya masyarakat homogen (sama).
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan
(apakah kegiatan-kegiatan berada dalam kelompok kultur/ budaya)
TN.A sering bersosialisasi karena pekerjaan nya juga dan suka
mengikuti pengajian dikampungya. Keluarga mereka berkumpul
dimalam hari meskipun sekedar nonton tv.
d. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern )
Makanan yang disediakan di keluarga seadanya. Cara
berpakaian keluarga sederhana, sopan.
e. Struktur kekuatan keluarga tradisional atau modern
Struktur kekuatan keluarga yang dianut oleh keluarga TN. A
yaitu tradisional. Keputusan didalam rumah disepakati oleh
keluarga dan diputuskan bersama-sama.
f. Bahasa ( bahasa-bahasa ) yang digunakan di rumah.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda.
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktis.
(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam
praktik-praktik peayanan kesehatan tradisional, atau memiliki
kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan.
TN.A memeriksakan kesehatan anak dan keluarganya ke
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
5. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan
beragama mereka
Keluarga Ibu M memiliki kepercayaan dan keyakinan yang
sama dalam hal agama terkait yang dibolehkan dan yang dilarang
oleh agama.
17
b. Seberapa aktif keluarga tersebut dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan
TN.A sering mengikuti pengajian di kampungya . Agama yang
dianut oleh keluarga. Semua anggota keluarga Ibu M beragama
islam.
c. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan
TN.A percaya bahwa KB tidak haram dan hal yang harus
dilakukan oleh setiap pasangan suami istri.
d. Status social ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga TN.A adalah marginal yaitu
keuangan keluarga mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari tetapi tidak ada untuk tabungan.
e. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Bpk Y rutin berkumpul dan menonton TV sambil
berbincang bincang. Jarang untuk rekreasi keluar rumah karena
TN.A mengatakan tidak ada biaya untuk rekreasi .
18
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
kesehatan (BCG/Polio/ kesehatan yang telah
DPT/Campa dilakukan
k)
1. Bp. A 65 65 sakit Tidak ada PPOK Penyuluhan
tentang
PPOk
- Pengertian
ppok
- Penyebab
PPOk
- Tanda dan
gejala
PPOk
- Pencegah-
an PPok
- Perawatan
dirumah
2 Ib. U 60 60 sehat Tidak ada Asam urat -
3 Bp. D 55 70 Sehat Lengkap Tidak ada -
4 An D 26 60 Sehat Lengkap Tidak ada -
19
1. Karakteristik rumah
a. Gambaran tipe tempat tinggal
Bp.A mengatakan bahwa rumahnya milik sendiri, terdiri dari 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur. Tipe bangunan rumah adalah
permanen keadaan lantai terbuat dari keramik , ventilasi udara
kurang.
Denah rumah
E
B C
D
Keterangan :
A = Terlas
B = Ruang Tamu
C = Kamar mandi
D = kamar mandi
E = Dapur
b. Gambaran kondisi rumah
Ventilasi yang kurang baik karena kurang dari 10-15% dari
luas lantai,jendela setiap hari dibuka. Pencahayaan rumah yang
sangat kurang karena ketika siang hari lampu terud
nyalakan.karena sinar matahari tidak bisa masuk kerumah.
c. Dapur
Dengan kondisi dapur yang sempit,tidak menggunakan kompor
gas tapi masih menggunakan kayu bakar
d. Kamar mandi
20
Bp.A mengatakan tidak mempunyai kamar mandi pribadi
sehingga jika mau mandi atau BAB dan sebagainya menggunakan
kamar mandi umum yang ada dikampung ter-sebut. Sumber air
bersih berasal dari sumur,warna bau d an rasa tidak ada perubahan
e. Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah
Bp.A mengatakan keluarga nya sudah tidur sekitar jam 9 malam
dan bangun saat adzan mulai berkumandang..
f. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah
Penerangan kurang, karena rumahnya sempit jadi terlihat kumuh.
g. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah
TN.A mengatakan sudah bersukur karena mempunyai tenpat
tiunggal meski segini adanya.
h. Evaluasi adekuat pembuangan sampah
Pengumpulan sampah dikumpulkan didalam karung setelah
penuh kadang dibawa oleh truk sampah.
i. Pengaturan/penatan rumah
Penataan rumah dilakukan oleh semua keluarga yang ada
dirumah itu.
V. Struktur Keluarga
1. Komunikasi keluarga
Bp.A mengatakan komunikasi dilakukan secara musyawarah untuk
menyelesaikan masalah, pola komunikasi di dalam keluarga berjalan
dengan lancar dan terbuka. Komunikasi dilakukan pada saat ketika
anggota keluarga berkumpul bersama.
2. Struktur kekuatan keluarga
Bp.A mengatakan komunikasi di dalam keluarganya berjalan
lancar, apabila salah satu anggota keluarga mendapatkan masalah
maka akan diselesaikan secara musyawarah., dan Bp.A sebagai
21
pengambil keputusan.Keluarga sering berinteraksi dengan anak
saudara, kerabat dan tetangganya.
3. Struktur peran
Bp.A berperan sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab
mengurus rumah tangga, berperan sebagai ayah yang mencari sumber
ekonomi dan mengurus semua anggota keluarganya.
22
d. Memelihara lingkungan
Keluarga Bp.Abelum mampu memodifikasi lingkungan
dengan baik, lingkungan rumah kurang bersih dan tidak
nyaman, memiliki sedikit pencahayaan dan ventilasi yang
kurang dan selalu membersihkan rumah setiap hari.
e. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga mengatakan sudah mengetahui keberadaan
fasilitas kesehatan yang mudah di jangkau, keluarga
memahami tentang keuntungan yang dapat di peroleh dari
fasilitas kesehatan, keluarga percaya terhadap petugas
kesehatan di puskesmas Bp Amengatakan merasa senang
atas pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan,
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan terdekat.
3. Fungsi reproduksi
Bp.A mengatakan menikah karena sama – sama suka bukan karena
di jodohkan, Ib. Usebelumnya tidak pernah menggunakan KB. Bp.A
dan Ib. Umemilkiki 2 orang anak dan semua terlahir lancar dan secara
spontan yang dilakukan oleh paraji.Bp A dan Ib. sudah tidak lagi
melakukan hubungan intim suami istri
4. Fungsi ekonomi
Kebutuhan rendah , pangan dan papan keluarga susah untuk terpenuhi
dengan mengandalkan dari hasil bekerja Bp. A sebagai tukang becak,
± 400.000 perbulan dan Ib.U sebagai tukang cuci ± 100.000
23
Jika ada masalah dalam keluarganya biasanya didiskusikan
bersama-sama dan menjadi keputusan ada di kepala keluarga yaitu
Bp.A
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga menerima keadaan dengan rasa ikhlas dan tabah, dan
untuk sementara keluarga saling membantu agar pekerjaan rumah
dapat terselesaikan.
b. Pemeriksaan
cepalo caudal
1) Kepala dan - bentuk kepala - bentuk kepala bentuk kepala bentuk kepala
rambut Bulat, Rambut lonjong, lonjong, rambut bulat , rambut
berwarna rambut bersih,warna bersih,warna
putih, rambut bersih,warna hitam, tidak ada hitam, tidak ada
bersih,tidakada putih, tidak benjolan benjolan
24
benjolan ada benjolan dikepala,tidak dikepala,tidak ada
dikepala,tidak dikepala,tidak ada lesi lesi
ada ketombe, ada lesi
,tidak ada
kutudan tidak
ada lesi,
25
mampu pertanyaan
menjawab dengan benar
pertanyaan
dengan benar
26
7) Dada/thorak Pergerakan Pergerakan Pergerakan dada Pergerakan dada
a) Pemerik dada simetris, dada simetris, simetris, tidak simetris, tidak
saan tidak tidak menggunakan menggunakan
paru menggunakan menggunakan otot bantu, dan otot bantu, dan
otot bantu, dan otot bantu, dan tidak ada suara tidak ada suara
tidak ada suara tidak ada suara nafas tambahan nafas tambahan
nafas nafas
tambahan tambahan
27
kekuatan edema, CRT < edema, CRT < edema, CRT < 2 edema, CRT < 2
otot 2 dtk, kekuatan 2 dtk, kekuatan dtk, kekuatan dtk, kekuatan otot
otot 5 otot 5 otot 5 5
Di ekstremitas Di ekstremitas Di ekstremitas Di ekstremitas
bawah tidak bawah tidak bawah tidak ada bawah tidak ada
ada edema, ada edema, edema, CRT < 2 edema, CRT < 2
CRT < 2 dtk, CRT < 2 dtk, dtk, kekuatan dtk, kekuatan otot
kekuatan otot kekuatan otot 5 otot 5 5(normal)
5(normal)
11) Genetalia - Tidak terkaji - Tidak terkaji - Tidak terkaji - Tidak terkaji
dan anus
28
bola mata bola mata d. Saraf : klien dapat
d. Saraf d. Saraf troklearis : klien menggerakan
troklearis : troklearis : dapat bola mata
klien dapat klien dapat menggerakan e. Saraf
menggerakan menggerakan bola mata trigeminus : klien
bola mata bola mata e. Saraf dapat mengunyah
e. Saraf e. Saraf trigeminus : dan klien dapat
trigeminus : trigeminus : klien dapat memekspresikan
klien dapat klien dapat mengunyah dan wajahnya dengan
mengunyah mengunyah klien dapat senyum
dan klien dapat dan klien dapat memekspresikan f. Saraf abdusen :
memekspresik memekspresik wajahnya klien dapat
an wajahnya an wajahnya dengan senyum mengatur
dengan dengan f. Saraf abdusen pergerakan mata
senyum senyum : klien dapat terbukti ketika
f. Saraf f. Saraf mengatur saat di kaji klien
abdusen : klien abdusen : klien pergerakan mata mengikuti arah
dapat dapat terbukti ketika dari mahasiswa
mengatur mengatur saat di kaji klien g. Saraf fasialis :
pergerakan pergerakan mengikuti arah klien dapat
mata terbukti mata terbukti dari mahasiswa membedakan
ketika saat di ketika saat di g. Saraf fasialis : antara rasa pait
kaji klien kaji klien klien dapat dan manis
mengikuti arah mengikuti arah membedakan h. Saraf
dari dari antara rasa pait vestibulokoklearis
mahasiswa mahasiswa dan manis : klien dapat
g. Saraf g. Saraf h. Saraf mendengar suara
fasialis : klien fasialis : klien vestibulokoklear perawat dalam
29
dapat dapat is : klien dapat jarak kurang lebih
membedakan membedakan mendengar suara 30 Cm
antara rasa pait antara rasa pait perawat dalam i. Saraf
dan manis dan manis jarak kurang glosofaringeus :
h. Saraf h. Saraf lebih 30 Cm klien dapat
vestibulokokle vestibulokokle i. Saraf membedakan rasa
aris : klien aris : klien glosofaringeus : pahit dan manis
dapat dapat klien dapat j. Saraf vagus :
mendengar mendengar membedakan klien terlihat
suara perawat suara perawat rasa pahit dan mengeluarkan
dalam jarak dalam jarak manis keringat, dan
kurang lebih kurang lebih j. Saraf vagus : berbiacara normal
30 Cm 30 Cm klien terlihat k. Saraf
i. Saraf i. Saraf mengeluarkan aksesoriusklien :
glosofaringeus glosofaringeus keringat, dan dapat
: klien dapat : klien dapat berbiacara menggerakan
membedakan membedakan normal kepala dan bahu
rasa pahit dan rasa pahit dan k. Saraf l. Saraf
manis manis aksesoriusklien : hipoglosus : klien
j. Saraf vagus : j. Saraf vagus : dapat dapat mengatur
klien dapat klien terlihat menggerakan pergerakan lidah
berkeringat, mengeluarkan kepala dan bahu
berbicara keringat, dan l. Saraf
normal berbiacara hipoglosus :
k. Saraf normal klien dapat
aksesoriusklien k. Saraf mengatur
: dapat aksesoriusklien pergerakan lidah
menggerakan : dapat
30
kepala dan menggerakan
bahu kepala dan
l. Saraf bahu
hipoglosus : l. Saraf
klien dapat hipoglosus :
mengatur klien dapat
pergerakan mengatur
lidah pergerakan
lidah
X. Harapan Keluarga
1. Terhadap masalah kesehatannya :
TN.A mengharapkan keluarganya diberi kesehatan
2. Terhadap petugas kesehatan keluarga yang ada
TN.A mengatakan adanya kunjungan mahasiswa kerumah semoga
bisa membantu mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan.
31
B. ANALISA DATA
Nama Klien : TN.A
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Ketidakmampuan keluarga Bersihan jalan
- Bp.A mengatakan dalam mengenal masalah napas tidak
batuk disertai sputum PPOK efektif
- Bp.A mengata0kan
tidak tahu tentang
penyakitnya
- Bp.A mengatkan
penyalitnya adalah
sesak
- Bp.A mengatakan
tidak tahu penyebab
dari penyakitnya
- Do :
32
- Ventilasi rumah kurang anggota keluarga
- Kurangnya cahaya
matahari masuk
- RR;25x/menit
C. DX KEPERAWATAN KELUARGA
D. Bersihan jalan napas tidak efektifpada Bp. Aberhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalahPPOK ditandai dengan :
DS :
- Bp.A mengatakan batuk disertai sputum
- Bp.A mengata0kan tidak tahu tentang penyakitnya
- Bp.A mengatkan penyalitnya adalah sesak
- Bp.A mengatakan tidak tahu penyebab dari penyakitnya
Do :
- TD: 150/90 mmHg
- Nadi : 72 x/mnt
- RR : 25 x/mnt
- Suhu : 36,5°C
- Batuk disertai sputum
33
- Rumah berukuran 42m2 dengan 4 orang didalamnya.
- Kurangnya cahaya matahari masuk
- RR;25x/menit
34
-Suhu : 36,5°C
-Batuk disertai sputum
35
Pola napas tidak efektif pada Bp. A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
No Kriteria Skor Bobot Skor x Pembenaran
Bobot
1 Sifat masalah Kurang sehat
Tidak/kurang sehat 3 1 3
x 1= 1 dibuktikan dengan
3
DS:
-Bp.A mengatakan
sesak dibagian dada
Do :
-Ventilasi rumah
kurang
-Kurangnya cahaya
matahari masuk
-RR;25x/menit
-Bp. Terlihat sesak
36
memodifikasi rumahnya
lagi.
3 Potensial masalah untuk masalah cukup untuk
dicegah 2 1 2 2 dicegah. . kesadaran dan
x1=3
3
cukup motivasi dari keluarga
sudah cukup kuat
4 Menonjolnya masalah 1 1 Masalah PPOK pada
x 1 =2
2
Ada masalah tapi 1 1 Bp.a dirasakan betul
tidak perlu oleh keluarga tetapi
ditangani keluarga tidak ingin
masalah tersebut segera
diatasi
Jumlah 1
26
37
Dalam asuhan keperawatan pada keluarga TN.A, implementasi dilakukan
sesuai intervensi, tetapi ada kesulitan dalam melakukan intervensi dikarenakan :
38
F. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama klien : TN.A
2. Bersihan jalan napas tidak efektifpada Bp. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
PPOK
3. Penyebabnya yaitu :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Riwayat infeksi saluran
pernafasan
d. Dll.
24/ TUK 2 Verbal Keluarga mengatakan: 1. Kaji tindakan yang dilakukan
03/ Setelah 1. Membawa anggota keluarga keluarga baik sesuai dan yang tidak
18 dilakukan yang sakit ke Puskesmas atau dengan solusi menurut kesehatan
tindakan fasyankes primer. 2. Jelaskan solusi yang benar menurut
keperawatan 2. Mengatakan dampak bila tidak kesehatan yaitu membawa anggota
selama 1-2x dibawa ke yankes. keluarga yang sakit ke puskesmas
kunjungan, atau fasyankes primer.
keluarga mampu 3. Diskusikan dg klg akibat bila tidak
mengambil melakukan tindakan.
keputusan yang 4. Motivasi keluarga untuk
tepat untuk mengambil tindakan yang sesuai dg
mengatasi solusi yaitu membawa anggota
masalah pada keluarga yang sakit ke fasyankes
PPOK primer
5. Evaluasi sejauhmana keluarga
sudah mengambil tindakan
12- TUK 3 Verbal & Keluarga mampu: a. Jelaskan cara perawatan anggota
13/ Setelah psikomot a. Menyebutkan kembali cara klg dengan ppok.
04/ dilakukan or perawatan pada anggota 1) Terapi klinis : menu makan
201 tindakan keluarga dg PPOK. gizi seimbang pada penderita
8 keperawatan 1) Terapi klinis : menu ppok
selama 3-4x makan gizi seimbang 2) Terapi modalitas : claping
kunjungan, pada penderita ppok. vibrasi, postural drainage.
keluarga mampu 2) Terapi modalitas : 3) Terapi komplementer : inhalasi
merawat klien claping vibrasi, postural sederhana
PPOK drainage b. Jelaskan dan demonstrasikan
3) Terapi komplementer : perawatan:
inhalasi sederhana 1) Terapi klinis : menu makan
b. Mendemonstrasikan gizi seimbang pada penderita
perawatan anggota klg dengan ppok.
Gizi kurang., yaitu: 2) Terapi modalitas : claping
1) Terapi klinis : menu vibrasi, postural drainage
makan gizi seimbang 3) Terapi komplementer : inhalasi
pada penderita ppok. sederhana
2) Terapi modalitas : c. Berikan kesempatan pada anggota
claping vibrasi, postural keluarga untuk mendemonstrasikan
drainage . prosedur perawatan
3) Terapi komplementer : d. Berikan pujian atas pelaksanaan yg
inhalasi sederhana dilakukan klg
e. Evaluasi keberhasilan klg dalam
melakukan perawatan
Nama klien : tn.A
Pola napas tidak efektif pada Bp. A berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
3.Penyebabnya yaitu :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Riwayat infeksi saluran
pernafasan
d. Dll.
24/ TUK 2 Verbal & Keluarga mampu: 1. Jelaskan ling fisik rumah yaitu:
03/ Setelah psikomot 1. Menyebutkan kembali cara kriteria rumah sehat
18 dilakukan or menciptakan/memelihara 2. Jelaskan ling psikologis rumah
tindakan lingkungan rumah yang dapat yaitu: hubungan yang harmonis
keperawatan, menunjang kesehatan pada antar anggota klg.
selama 2-3 x anggota klg dengan ppok. 3. Bantu & demonstrasikan
kunjungan, 2. Mendemonstrasikan lingkungan menciptakan/memelihara
keluarga mampu rumah yang dapat menunjang lingkungan rumah yang dapat
menciptakan/me kesehatan. menunjang kesehatan pada angg
melihara a. Mencuci tangan sesudah klg dengan ppok.
lingkungan yang atau sebelum melakukan 4. Motivasi klg untuk
dapat kegiatan. menciptakan/memelihara
menunjang b. Menciptakan lingkungan lingkungan rumah yg dapat
kesehatan pada yang bersih dan nyaman. menunjang kesehatan pd angg klg
anggota c. Menata perabotan rumah dengan ppok.
keluarga dengan dengan benar. 5. Berikan pujian atas pelaksanaan yg
ppok. d. Membuang sampah pada dilakukan klg.
tempatnya. 6. Evaluasi keberhasilan klg dalam
e. Membersihkan jamban. menciptakan/memelihara
lingkungan rumah yg dapat
menunjang kesehatan pd angg klg
dengan ppok.
TUK 3 Verbal & Keluarga mampu: a. Jelaskan cara perawatan anggota
12- Setelah Setelah psikomot a. Menyebutkan kembali cara klg dengan ppok.
13/ dilakukan or perawatan pada anggota 1) Terapi klinis : menu makan
04/ tindakan keluarga dg PPOK. gizi seimbang pada penderita
201 keperawatan 1) Terapi klinis : menu ppok
8 selama 3-4x makan gizi seimbang 2) Terapi modalitas : latihan
kunjungan, pada penderita ppok. batuk efektif.
keluarga mampu 2) Terapi modalitas : latihan 3) Terapi komplementer :
merawat klien batuk efektif manfaat aromatherapy
PPOK 3) Terapi komplementer : b. Jelaskan dan demonstrasikan
manfaat aromatherapy perawatan:
b. Mendemonstrasikan 1) Terapi klinis : menu makan
perawatan anggota klg dengan gizi seimbang pada penderita
Gizi kurang., yaitu: ppok.
1) Terapi klinis : menu 2) Terapi modalitas : latihan
makan gizi seimbang batuk efektif
pada penderita ppok. 3) Terapi komplementer :
2) Terapi modalitas : latihan manfaat aromatherapy
batuk efektif c. Berikan kesempatan pada anggota
3) Terapi komplementer : keluarga untuk mendemonstrasikan
manfaat aromatherapy prosedur perawatan
d. Berikan pujian atas pelaksanaan yg
dilakukan klg
e. Evaluasi keberhasilan klg dalam
melakukan perawatan
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 12- DX 1 Mengkaji pengetahuan klien tentang S:
13/04/2018 Bersihan jalan napas PPOK tn. a mengatakan setelah diberikan
tidak efektifpada Bp. Memberikan informasi tentang penjelasan mampu mengerti
pengertian, penyebab, tanda tentang ppok
A berhubungan
gejala,dan pencegahan, yaitu : tn.a mengatakan akan dibawa
dengan 1. Definisinya secara rutin ke Puskesmas untuk
ketidakmampuan klasifikasi luas dari gangguan yang diperiksa kesehatannya.
keluarga mengenal mencakup bronkitis kronis, tn.a mengatakan akan
masalah PPOK bronkiektasis, emfisema dan asma. mempraktekan apa yang telah
(Bruner & Suddarth, 2002). diajarkan jika masalahnya kambuh
2. Tanda dan gejalanya yaitu : dan sakitnya berkurang.
a. Batuk produktif (dahak tn.a mengatakan akan membawa ke
kekuningan, darah) maupun tidak puskesmas apabila ada anggota
produktif keluarga yang sakit.
b. Sesak napas O:
c. Sesak napas saat aktivitas dan tn.a mampu memahami tentang
napas berbunyi ppok
d. Mengi atau wheeze tn.a mampu menjelaskan kembali
e. Ekspirasi yang memanjang tentang pengertian, penyebab,
f. Bentuk dada tong (Barrel Chest) tanda gejala, akibat serta
pada penyakit lanjut. pencegaha ppok
g. Penggunaan otot bantu respirasi 20x/menit
pernapasan tn.a tampak kooperatif jika diberi
h. Kelemahan badan penyuluhan.
i. Edema kaki, asites dan jari
Lingkungan rumah bersih,
tabuh.
meskipun banyak yang tinggal
j. Kehilangan nafsu makan dan
dirumahnya.
penurunan berat badan A:
k. Anemia
masalah teratasi sebagian
l. Mengurangi kapasitas untuk
P:
aktivitas fisik
Pertahankan Intervensi
m. Suara napas melemah
n. Kadangditemukan pernapasan
paradoksal
3. Penyebabnya yaitu :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Riwayat infeksi saluran
pernafasan
d. Dll.
Memotivasi keluarga untuk
mengulang penjelasan
Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga mengenal masalah
Mengevaluasi kemampuan ibu
mengenal masalah
Mengkaji pengambilan keputusan
keluarga tentang tanda gejala
Menjelaskan solusi yang benar
menurut kesehatan untuk
meminimalisir tanda gejala PPOK
Memotivasi keluarga untuk
memeriksakan kesehatnnya secara
rutin
Mengkaji kemampuan klien tentang
cara pencegahan PPOK
Menjelaskan jenis-jenis makanan gizi
seimbang
Memberikan kesempatan keluarga
untuk menjelaskan kembali cara
pencegahan PPOK
Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga mengenal masalah
Mengevaluasi penjelasan keluarga
Menjelaskan jenis-jenis perawatan
anggota keluarga dengan ppok yaitu :
a. Terapi klinis: menu makan gizi
seimbang pada penderita ppok.
b. Terapi modalitas: claping vibrasi,
postural drainage
c. Terapi komplementer: inhalasi
sederhana
Mendemonsrasikan perawatan
anggota keluarga dengan ppok yaitu :
a. Terapi klinis: menu makan gizi
seimbang pada penderita ppok.
b. Terapi modalitas: claping vibrasi,
postural drainage
c. Terapi komplementer: inhalasi
sederhana
Memberikan pujian atas pelaksanaan
yang di lakukan
Menjelaskan kriteria rumah sehat
Mengevaluasi kenerhasilan keluarga
dalam melakukan perawatan
Menjelaskan kriteria rumah sehat
Mendemonstrasikan lingkungan
rumah yang dapat menunjang
kesehatan pada anggota keluarga
dengan anak gizi kurang, yaitu :
a. Mencuci tangan sesudah atau
sebelum melakukan kegiatan.
b. Menciptakan lingkungan yang
bersih dan nyaman
c. Menata perabotan rumah dengan
benar
d. Membuang sampah pada
tempatnya
e. Membersihkan jamban
Motivasi keluarga untuk menciptakan
atau memelihara lingkungan yang
dapat menunjang kesehatan pada
anggota keluarga dengan penyakit
gizi kurang
Berikan pujian atas pelaksanaan yang
dilakuakan keluarga.
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas beberapa kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pada keluarga TN.A margalaksanagang Aceh Rt.3 Rw 6 Kec.Tawang. Kel.Tawang
wilayah kerja Puskesmas Kahuripan.
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga TN.A penyebab
utama dari semua masalah yang terjadi dalam keluarga adalah kurangnya
pengetahuan pada keluarga dan penyakit yang menyertaiTN.A.
TN.A mempunyai riwayat perokok
5. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok berhubungan
langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan metaplasia skuamulus
epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut.
Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel
rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
2. Riwayat Perokok:
1) Perokok Aktif
2) Perokok Pasif
3) Bekas Perokok
3. Polusi udara
43
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid
dan ozon.
Polusi di dalam ruangan:
1) Asap rokok
2) Asap kompor
Polusi di luar ruangan:
1) Gas buang kendaranan bermotor
2) Debu jalanan
3) Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. Riwayat infeksi saluran nafas
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis
koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis disangka
paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri
Menjadi factor pencetus tn.A mengalami masalah ppok. Dan tanda gejala
yang muncul pada saat penulis Prakter Balajar Lapangan (PBL) kepada tn.A
memang memiliki kesenjangan.
Tanda gejala yang muncul dalam masalah ppok adalah :
1. . Riwayat Perokok
2. Polusi udara
Kebiasaan dan pekerjaan tn.a menunjang terjadinya penyakit tersebut.
B. DiagnosaKeperawatan
Secara teori diagnosa yang mungkin muncul pada masalah kesehatan ppok:
e. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme,
peningkatan produksi sekret.
44
f. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, sekret dan
iritan jalan napas
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai oksigen.
i. Kurang pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan kurang
informasi.
C. IntervensiKeperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada keluarga tn.a menggunakan
prioritas masalah, berdasarkan diagnosa yang ditegakkan dalam keluarga. Dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan penulis berusaha menjalankannya
secara sistematis, berkesinambungan dan efisien. Penulis juga berusaha agar
perencanaan ini dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dibuat sesuai
dengan prioritas masalah dan dapat mengatasi diagnose keperawatan yang
ditetapkan.
Intervensi yang dibuat berdasarkan prioritas masalah keperawatan pada
keluarga tn.a diantaranya :
1) Terapi klinis : menu makan gizi seimbang pada penderita ppok.
45
2) Terapi modalitas : claping vibrasi, postural drainage .
3) Terapi komplementer : inhalasi sederhana
4 menjelaskan tentang masalah PPOK
D. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis bekerja sama dengan keluarga, petugas
puskesmas, kader ketua RT dan RW, serta arahan dari dosen pembimbing yang
sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi keluarga.
1. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa Bersihan jalan napas tidak
efektifpada Bp. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah PPOK adalah menjelaskan tentang masalah PPOK dan cara
mengatasinya.
2. Pada diagnosa Pola napas tidak efektif pada Bp. A berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga adalah menjelaskan faktor penyebab
ppok dan cara mengatasinya dan kriteria rumah sehat.
Pada tahap implementasi ini penulis mendapatkan kendala diantaranya, ada
beberapa implementasi yang tidak dapat dilakuakan secara maksimal, hal ini
di sebabkan karena beberapa factor kendala yang ada baik dalam waktu,
keluarga, petugas kesehatan lain, maupun penulisnya.
Hambatan yang membua tasuhan keperawatan keluarga tidak dapat
dilakukan secara maksimal dikarnakan waktu pelaksanaan asuhan keperawatan
yang cukup singkat, pengetahuan keluarga yang kurang, sehingga proses
implementasi harus di ulang-ulang dan terus dipantau agar efektif.
E. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada keluarga
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan, dengan melihat
tingkat kemandirian keluarga dan kemampuan keluarga dalam memenuhui 5 tugas
46
keluarga. Asuhan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari, setelah menghasilkan
peningkatan perubahan tingkat kemandirian keluarga dari tingkat kemandirian 1
ketingkat kemandirian 2 belum sempurna, selain itu terdapat peningkatan kesehatan.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui
ungkapan keluarga dan secara objektif melaui pengamatan dan pengukuran dari hasil
kedua diagnose tersebut seluruh masalah belum teratasi dengan baik, dan hanya
teratasi sebagian.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan keluarga langsung pada
keluarga TN.A margalaksanagang Aceh Rt.3 Rw 6 Kec.Tawang. Kel.Tawang
wilayah kerja Puskesmas Kahuripan.RW015 , selama 5 hari , maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan penulis menggunakan proses
keperawatan Friedman yaitu menggunakan penngkajian sampai dengan
evaluasi. Data-data tersebut digunakan untuk menyusun diagnose
keperawatan.
2. Dalam menentukan diagnose keperawatan, penulis berfokus pada data-data
hasil pengkajian dilapangan.
3. Asuhan keperawatan dilakukan pada TN.A dan keluarga.
4. Pada keluarga ditemukan masalah dengan penyakit paru obstruktif pada
TN.A
5. Dengan adanya praktik belajar lapangan ,penulis dapat mengambil manfaat
dari semua kegiatan yang dilakukanya itu menambah wawasan tentang
factor-faktor yang menyebabkan masalah ppok.
48
B. Saran
1. Untuk Keluarga
Dengan adanya mahasiswa yang mengunjungi keluarga dengan ppok,
diharapkan keluarga mampu mengenali masalah yang dialami, dan mampu
memperhatikan kesehatan keluarganya.
2. Untuk Puskesmas
Banyak masalah yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kahuripan
khususnya di margalaksana. Oleh karena itu, diharapkan pihak Puskesmas
lebih teliti lagi dalam melakukan kinerjanya, khususnya pada masyarakat
dengan penghasilan biaya menengah kebawah
3. UntukMasyarakat
Diharapkan masyarakat yang ada disekitarnya saling membantu dan
mendukung dalam mengatasi masalah yang dialami oleh tetangganya.
49