Anda di halaman 1dari 9

USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA

LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI

GOWA KAB. GOWA

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN JIWA

III. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di era saat ini dalam bidang kesehatan telah mengalami kemajuan

yang disertai dengan peningkatan sosial ekonomi dan pengetahuan

masyarakat berakibat pada peningkatan kesejahteraan rakyat, sehingga

usia harapan hidup (UHH) juga turut mengalami peningkatan.

Peningkatan UHH ini menyebabkan jumlah penduduk yang tergolong

dalam kategori lanjut usia (lansia) semakin bertambah tahunnya,

bahkan peningkatannya lebih cepat dibandingkan dengan kelompok

usia lainnya (Lindia P, 2015).

Pada tahun 2015 World Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa penduduk usia lanjut akan meningkat 2 kali lipat dari 12%
menjadi 22% pada tahun 2050, yang mengindikasikan pertumbuhan

cepat kelompok usia lanjut (Kekade et all, 2017).

Begitu pula di indonesia, dalam waktu hampir lima dekade jumlah

lansia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017), yakni menjadi

8.97% (23 juta-an) di mana lansia perempuan sekitar 1% lebih banyak

dibandingkan laki-laki (9,47% banding 8,48%). Selain itu, lansia

Indonesia di dominasi kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang

persentasenya mencapai 5,65%, kelompok umur 70-79 tahun (lansia

madya) 2,49 % dan kelompok umur 80+ (lansia tua) 0,83%. Dari

seluruh lansia provinsi yang paling banyak di huni oleh lansia yakni di

provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 27,79% dan untuk

Sulawesi Selatan sendiri jumlah lansia mencapai 18,45% (BPS,

Susenas Kor 2017).

Menurut Andy (2015) proporsi penduduk lansia yang semakin

besar membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus dalam

pelaksanaan pembangunan. Usia 60 tahun ke atas merupakan tahap

akhir dari proses penuaan yang memiliki dampak terhadap tiga aspek,

yaitu biologis, ekonomi dan sosial. Secara biologis, lansia akan

mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan

penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit. Secara

ekonomi, umumnya lansia lebih dipandang sebagai beban daripada

sumber daya. Secara sosial, kehidupan lansia dipersepsikan secara

negatif, atau tidak banyak memberikan manfaat bagi keluarga atau


masyarakat. Sehingga seecara mental, lansia akan lebih sering

mengalami gangguan mental antara lain: insomnia, stress, psikososial,

anxiety, depresi, gangguan perilaku: agresif, agitasi (Jimmi dkk, 2018).

Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak dapat dihindarkan dan

terjadi perubahan keadaan fisik; selain itu para lansia mulai kehilangan

pekerjaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangahn teman, resiko terkena

penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan kesepian. Hal itu mampu

memicu terjadinya gangguan mental. Depresi merupakan gangguan

mental yang pling banyak dijumpai pada lansia akibat dari proses

penuaan.

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa tahun

2020 depresi akan naik dari urutan keempat menjadi urutan kedua di

bawah penyakit jantung iskemik. Dimana prevelensi depresi pada

lansia di dunia sekitar 8 – 15%. Dan di Indonesia menunjukkan

pravelensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan

gejala-gejala depresi dan kecemasan mencapai 14 juta orang (6%) dari

jumlah penduduk indonesia (Depkes, 2016)

Penelitian yang dimuat di Jurnal Canadian Phychiatry (2004)

dalam dr. Andri di tahun 2016 mengatakan bahwa pasien gangguan

depresi pada lansia hanya bisa dideteksi oleh dokter di pelayanan

primer tidak lebih dari 51%. Padahal prevelensi gangguan depresi

lansia di pelayanan primer bisa mencapai 4,4% pada wanita dan 2,7%

pada laki-laki. Dimana dari suatu penelitian menunjukkan variasi


prevelensi depresi pada lansia antara 0,4-35%. Rata-rata prevelensi

depresi mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan gejala kllinis depresi

nyata 13,5%. Sekitar 15% lansia tidak menunjukkan gejala depresi

yang jelas dan depresi terjadi lebih bnayak pada lansia yang memiliki

penyakit medis. (Handry I, 2014)

Menurut Dewi dan Sofia (2014) depresi merupakan bagian dari

kehilangan dan berduka dan merupakan permasalahan yang serius bagi

populasi lanjut usia, banyak faktor lain yang juga berpengaruh

terhadap terjadinya depresi pada lanjut usia, teori biologis

menyebutkan bahwa depresi terjadi akibat pengaruh serotonin dan

epinefrin. Kadar serotonin dan epinefrin yang rendah disebbut sebagai

penyebab depresi. Rendahnya kadar serotonin dan epinefrin

dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti stres atau kurangnya

pemajanan terhadap cahaya.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabhaswari

dan Ariastuti (2015) pada lanjut usia, masalah kesehatan jiwa terutama

depresi sering tidak terdeteksi, salah didiagnosis, atau tidak ditangani

dengan baik. Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan dengan

masalah medis dalam penuaan bukan sebagai tanda dari depresi itu

sendiri. Dimana lansia rentan terhadap depresi disebabkan beberapa

faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Kehilangan pekerjaan,

pasangan, penghasilan dan dukungan sosial sejalan dengan


bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi yang

memudahkan seorang lansia untuk mengalami depresi.

Berdasarkan hasil penelitian Amri dan Sasmita Mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Padang tentang hubungan dukungan keluarga dan

penggunaan obat-obatan jangka panjang dengan kejadian depresi pada

lansia tahun 2016 menyatakan bahwa sebagian besar (58,8%) lansia

memiliki dukungan keluarga yang kurang baik dan juga memperoleh

hasil bahwa kejadian depresi pada lansia banyak ditemui pada lansia

dengan penggunaan obat-obatan jangka panjang lebih dari 6 bulan

tidak dengan instruksi dokter (58,1%) dengan p value 0,01.

Berbeda dengan penilitian yang dilakukan oleh Sari dkk tahun

2015 yang mebandingkan tingkat depresi lansia berdasarkan tempat

tinggal antara panti sosial dan tinggal di keluarga. Dimana dari

penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa bahwa lansia yang

tinggal ditengah keluarga memiliki tingkat depresi yang lebih rendah

dibandingkan lansia yang tinggal di panti sosial.

Studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 24 oktober 2018,

didapatkan dari data sekunder sebanyak 270 lansia yang terdata dalam

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa di Kab.Gowa

Sulawaesi Selatan, dimana lansia tersebut dibagi lagi dalam jumlah

pemanfaatan lansia tersebut yakni program lansia yang tinggal dalam

panti sebanyak 95 orang lansia, program home care 50 orang lansia,


program day care 50 orang lansia, program kedaruratan 50 orang

lansia dan program family support 25 orang

Berdasarkan dari uraian diatas sehingga peneliti merasa perlu

untuk melakukan penelitian tentang apa saja faktor yang

memperngaruhi tingkat depresi yang terjadi pada lansia terutama di

lingkungan panti sosial tresna werdha.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor yang

mempengaruhi tingkat depresi pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa Kab.Gowa.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik responden dan

menjelaskan faktor yang membengaruhi tingkat depresi pada lansia

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden lansia:

1) Gambaran karakteristik lansia berdasarkan usia dengan

jenis kelamin

2) Gambaran karakteristik responden lansia berdasarkan

interaksi sosial dengan jenis kelamin

3) Gambaran karakteristik responden berdasarkan

dukungan pengasuh dengan jenis kelamin


4) Gambaran karakteristik responden lansia berdasarkan

kejadian depresi dengan jenis kelamin

b. Mengetahui hubungan antara variabel bebas (usia, jenis

kelamin, interaksi sosial, dukungan pengasuh) dengan kejadia

depresi pada lansia

1) Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian

depresi pada lansia di PSTW Gau Mabaji Gowa Kab

Gowa

2) Mengetahui hubungan antara interkasi sosial dengan

kejadian depresi pada lansia di PSTW Gau Mabaji

Gowa Kab Gowa

3) Mengetahui hubungan antara interaksi sosial dengan

kejadian depresi pada lansia di PSTW Gau Mabaji

Gowa Kab Gowa

4) Mengetahui dukungan pengasuh dengan kejadian

depresi pada lansia di PSTW Gau Mabaji Gowa Kab

Gowa

5) Mengetahui faktor yang paling kuat berhubungan

dengan kejadian depresi pada lansia di PSTW Gau

Mabaji Gowa Kab Gowa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan bagi peneliti

selanjutnya khususnya dalam mata kuliah yang ada kaitanyya

dengan judul penelitian yaitu “Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Depresi Pada Lanjut Usia”.

2. Manfaat Praktis

a. Ilmu Keperawatan Gerontik

Bagi pengembangan ilmu keperawatan gerontik diharapkan

dapat mengembangkan teknik yang lebih sederhana yang dapat

mudah digunakan oleh keluarga untuk mendeteksi secara dini

depresi pada lansia, agar tidak ada lagi tanda telat penanganan.

Dan lebih banyak mensosialisasikan tentang faktor yang

mempengaruhi tingkat depresi lansia di masyarakat.

b. Pengurus Panti Werdha

Bagi pengurus panti werdha terutama perawat diharapkan

penelitian ini menjadi masukan dan sumber informasi agar

dapat lebih peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada lansia, dan dapat mendeteksi secara dini terjadinya depresi

pada lansia untuk memperkecil terjadinya depresi pada lansia.

c. Institusi

Bagi intitusi penelitian ini di lakukan :

1) Sebagai syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu

(S1).
2) Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan

mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin Makassar dalam

meningkatkan pengetahuan tentang faktor yang

mempengaruhi tingkat depresi pada lansia

3. Pengembangan penelitian selanjutnya

Bagi pengembang penelitian selanjutnya diharapkan dapaat

menfokuskan penelitian terhadap faktor-faktor penyebab depresi

lainnya, baik di komunitas maupun di panti sosial tresna werdah.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai