BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian
ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya
wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi
ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan
50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo, 2006). Tingginya
kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai
pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000
226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka kematian ibu di
Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi
Agar Mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai Postpartum dengan Infeksi serta dapat
g. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Postpartum dengan Infeksi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bayi baru
lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan persalinan,
adaptasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005
: 689 ).
Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas. Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada
traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 °C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
2.2 Etiologi
Menurut (Ambarwati dan Wulandari, 2009:122-123) :
2.2.1 Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan.
a. Ektogen (kuman datang dari luar)
b. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c. Endogen (dari jalan lahir sendiri)
2.2.2 Jenis-jenis Infeksi Postpartum
a. Infeksi Payudara
1) Mastitis
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang
berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Tanda dan gejala:
Nyeri payudara
Benjolan pada payudara
Pembengkakan salah satu payudara
Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal - gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
Demam.
Pengobatan
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan
antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan
air susu pada payudara yang terkena.
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses
biasanya keluhannya akan berkurang.
Sangga payudara.
Kompres dingin.
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
2) Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu.
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
Faktor hormon
Hisapan bayi
Pengosongan payudara
Cara menyusui
Faktor gizi
Kelainan pada puting susu
Patofisiologi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan
keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-
kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam.
3) Abses Payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Tanda dan gejala
Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
Adanya pus atau nanah.
4) Infeksi Parineal
Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan serambi lubang senggama
waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri dan mengeluarkan nanah.
Tanda dan Gejala
Nyeri pada luka.
Luka pada perineal yang mengeras.
Demam.
Keluar pus atau cairan.
Kemerahan.
Berbau busuk.
Pelaksanaan
a) Jika terdapat pus atau cairan, buka dan drain luka tersebut.
b) Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement.
Jangan angkat jahitan fasia.
Jika infeksi hanya superficial dan tidak meliputi jaringan dalam, atau akan timbulnya abses dan
berikan antibiotika.
Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
c) Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot dan menimbulkan nekrotik atau berikan kombinasi
antibiotika sampai pasien bebas panas 48 jam.
Penisilin G sebanyak 2 jt unit I.V setiap 6 jam.
Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V setiap 24 jam.
Ditambah Metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selaa 5 hari.
Jika sudah bebas demam 48 jam, berikan :
1. Ampisilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
2. Ditambah Metronidazol 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari.
3. Catatan : Fasilitas nekrotikan membutuhkan debridement dan jahitan situasi. Lakukan jahitan
reparasi 2 – 4 minggu kemudian, bila luka sudah bersih.
4. Jika infeksi parah pada fasilitas nekrotikan, rawat pasien untuk kompres 2 kali sehari.
5. Infeksi Uterus
1) Endometritis (Lapisan dalam Rahim)
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini dapat
terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing
dalam rahim (Anonym, 2008).
Tanda dan gejala:
sedikit demam
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau
tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka
biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran
kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil.
Infeksi Endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen
bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi
penyebaran seperti:
1. Meometritis (infeksi otot rahim)
2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3. Salpingitis (infeksi saluran tuba)
4. Ooforitis (infeksi indung telur)
5. dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba
atau indung telur (Anonym, 2008).
2.3 Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi
dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit
B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama
menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa
diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau
bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
2. Endometritis :
a. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang
disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
b. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
3. Septikemia :
a. Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
b. Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
c. Suhu sekitar 39-40 °C, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau
lebih).
d. Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
4. Piemia :
a. Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
b. Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli
memasuki peredaran darah umum.
c. Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti
oleh turunnya suhu.
d. Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
5. Peritonitis :
a. Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, dan ada defense musculaire.
b. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat
fasies hippocratica.
c. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
d. Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
e. Bisa terdapat pembentukan abses.
6. Selulitis pelvik :
a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
b. Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
c. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
d. Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi
menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Bila ada kemungkinan adanya akumulasi darah uterus atau dalam vagina yang tidak
diketahui, maka pemeriksaan diagnostik perdarahan postpartum biasanya dapat dijelaskan dengan
inspekulum pada vagina, serviks, dan uterus.
1) Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang
2) Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih
(perpindahan ke kiri dan peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi)
3) Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum
4) Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP),
penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin parsial diaktivasi: masa trombloplastin partial
(APTT/PTT) masa protrombin memanjanag pada KID.
6) USG: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
7) Pemeriksaan biomanual: menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau pembentukan abses
atau adanya vena-vena dengan thrombosis.
2.9 Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli
pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik
bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
2.10 Penatalaksanaan
a. Pencegahan Infeksi Postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua
sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-
larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan
penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda
infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
c. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat
berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat
kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus
diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi
pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
Penanggung Jawab
Nama:
Umur:
Pekerjaan:
Hubungan Dengan Klien:
B. Status kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya klien akan mengeluh
nyeri pada daerah luka.
Data Subjektif:
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan mengigil, gelisah,
nyeri pada daerah luka operasi
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih lemah, tigkat
kesadaran pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi
mulai stabil dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati BB sebelum
hamil.
Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas
terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi.
Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi
peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang dari
50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis sebagi akibat
kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai
bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum, seperti kemerah-merahan,
hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya
tanda-tanda humans positif dorso fleksi pada kaki.
Sistem Saraf
Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan
spinal anesthesi.
Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut biasanya kering arena
klien puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik, kecuali klien merasa
tenggorokan terasa kering. Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji
bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien sudah BAB, atau flatus.
Sistem Urinaria
Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada
distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau
urine.
Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola,
putting susu menonjol, apakah ASI sudah keluar.
Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada bagian tengah abdomen
terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi
fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawah umbilicus atau
pertengahan antara sympisis dan umbilical.
Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya lochea berwarna merah,
bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara membersihkannya,
berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
Sistem Integumen
Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak post operasi klien belum melakukan
aktivitas seperti biasa, kaji muka apakah ada hyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji keadaan
luka operasi, balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke tiga.
Sistem Muskuloskletal
Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah pergerakan klien kaku, apakah
ekstremitas simetris, apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus otot biasanya
normal, tapi kekuatan masih lemah, terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi.
Pergerakan sendi-sendi biasanya tidak ada keterbatasan. Kaji apakah ada diastasis rektus
abdominalis.
Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksi ASI, pada post partum akan
terjadi penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone prolaktin meningkatyang
menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI.
Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan akan terjadi pembengkakan
payudara bila bay tidak segera diteteki.
c) Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri klien setelah
menjalani seksio sesarea.
d) Hubungan komunikasi
Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi, kebiasaan bahasa dan adat yang dianut.
e) Kebiasaan seksual
Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio sesarea. Biasanya
dapat dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).
Atonia Uteri
Robekan Jalan
Lahir
Nyeri Akut
2 Ds: Klien mengatakan Terdapat Resiko infeksi
HB, O2 Turun
berhubungan
nanah
dengan trauma
Do: Tampak Ada luka Insisi
Daya tahan tubuh jaringan
Suhu :38°C menurun
R: 22 x/menit
N: 80 x/menit masuk
Resiko Infeksi
Intoleransi
Aktivitas
1.4 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan NOC Intervensi NIC
1. Nyeri Akut Kriteria Hasil: Tentukan skala nyeri dan intensitas
berhubungan dengan - Mampu nyeri, monitor tekanan darah, nadi dan
luka insisi, distensi mengontrol nyeri pernafasan setiap 4 jam.
abdomen, after pains, (penyebab nyeri, Anjurkan klien untuk menggunakan
distensi kandung mampu teknik relaksasi dan nafas dalam serta
kemih. menggunakan teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan
Batasan Karakteristik tehnik non sedang).
- Perubahan Selera farmakologi Gunakan Teknik komunikasi terapeutik
makan - Mampu untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Perubahan Tekanan mengenali nyeri Check intruksi dokter tentang jenis
Darah (skala, Intensitas, obat, dosis, dan frekuensi
- Perubahan frekuensi Frekuensi dan
Berikan obat analgetik sesuai Anjuran
jantung tanda nyeri)
Dokter
- Perubahan frekuensi - Menyatakan rasa
pernapasan nyaman Setelah
berkurang
-
2. Resiko infeksi Kriteria Hasil: Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
berhubungan dengan -klien bebas dari tindakan keperawatan
trauma jaringan
tanda dan gejala Pertahankan teknik isolasi
infeksi Monitor kerentanan terhadap infeksi
-menunjukan
perilaku hidup
sehat
3. Intoleransi aktivitas Kriteria hasil: Bantu klien untuk mengidentifikasi
berhubungan dengan -mampu aktivitas yang mampu dilakukan
hambatan mobilitas melakukan Bantu untuk memilih aktivitas
fisik aktivitas sehari- konsisten yang sesuai dengan
Batasan Karakteristik hari (ADLs) kemampuan fisik, psikologi dan social
-Respon tekanan darah secara mandiri Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
abnormal terhadap - Tanda-tanda aktivitas seperti kursi roda, kruk
aktivitas vital normal
-Respon frekuensi -mampu
berpindah dengan
jantung abnormal atau tanpa bantuan
terhadap aktivitas alat
-Menyatakan merasa
lemah
1.5 Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi, Menentukan skala nyeri
distensi abdomen, after pains, distensi kandung dan intensitas nyeri,
kemih. monitor tekanan darah, nadi
dan pernafasan setiap 4 jam.
Meganjurkan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi dan nafas dalam
serta teknik distraksi (untuk
nyeri ringan dan sedang).
Menggunakan Teknik
komunikasi trapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri
Mengecheck intruksi
dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Memberikan obat analgetik
sesuai Anjuran Dokter
2. Resiko infeksi berhubungan dengan
trauma Mencuci tangan setiap
jaringan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
Mempertahankan teknik
isolasi
Memonitor kerentanan
terhadap infeksi
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hambatan Membantu klien untuk
mobilitas fisik mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Membantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
Membantu untuk
mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda,
kruk
1.6 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after
pains, distensi kandung kemih
a. Klien Dapat mengenal faktor penyebab, onset nyeri , tindakan pencegahan dan penanganan nyeri
b. Klien dapat melaporkan nyeri, Frekuensi nyeri
c. Klien tidak gelisah, tidak ada perubahan respirasi, nadi dan tekanan darah
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005
: 689 ).
Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas. Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada
traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 °C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
Bonny D & M (2006) 40 hari Pasca Persalinan, Masalah dan solusinya, Jakarta: Puspa Swara
FIK UI (2002) Materi Kuliah: Pemeriksaan Postnatal & Komplikasi post partum
Huliana, M (2003) Perawatan ibu pasca melahirkan, Jakarta: Puspa Sehat
Pusdiknas. WHO, JHPIEGO, 2003, Asuhan kebidanan postpartum, Jakarta Pusdiknas
Bobak dkk. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta EGC 2004
Vivian N. (2014) buku asuhan kebidanan pada ibu nifas, Jakarta: salemba medika