Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

A. Dibeberapa kota besar pencegahan dan pengobatan dalam penanggulangan

HIV/AIDS pada umumnya masih jauh dari harapan penanggulangan

HIV/AIDS, sehingga berdampak pada meningkatnya orang terinfeksi dari

tahun ke tahun, hal ini dapat kita ambil contoh PadaTahun 1990

jumlahkumulatifsecaranasionalkasus aids terjadi 17 kasus,

danmeningkatsampaidengan bulan Juni 2011 secara kumulatif terjadi 26.483

kasus. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi berada pada kelompok umur

20-29 (46,3%) diikuti dengan kelompok umur 30-39 tahun (31,4%) dan

kelompok umur 40-49 tahun (9,7%). (laporan dari 300 kabupaten/kota dan 32

provinsi)http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id SUMBER

KEMENKES RI. Sedangkan kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah lebih dari

dua dekade akan tetapi jumlah orang terinfeksinya terus meningkat. Kondisi

tersebut disebabkan pencegahan dan perawatan di Indonesia belum

terintegrasi dengan baik.

Kota Karawang menjadi tujuan urban karena salah satu pusat industri di

Indonesia, ada sekitar 9.979 perusahaan besar di kabupaten Karawang pada

2016. Sangat potensial untuk penyebaran HIV/AIDS. Menurut data dinas

kesehatan kabupaten Karawang ada sekitar 742 kasus HIV, dan sampai bulan

April 2017 sudah ada 71 kasus baru HIV yang terdata. Sehingga peran Rumah

Sakit sangat penting dalam rangka pencegahan penularan, pengobatan, dan

peningkatan drajat kesehatan bagi para penderita HIV.

1
B. Tujuan
1. TujuanUmum

Menurunkanangkakesakitan HIV / AIDS melaluideteksi dini penderita

HIV/AIDS dan memberikan perlindunganbagipetugasRumahSakit

2. Tujuankhusus

a. Terdeteksinya secara dini penderita HIV/AIDS

b. Melindungi petugas Rumah Sakit supaya tidak terpapar HIV

c. Meningkatkan drajat kesehatan yang baik bagi penderita HIV

C. RuangLingkupPelayanan

a. Pelayanan di Rawat Inap

b. Pelayanandi Rawat Jalan

c. Pelayanandi GawatDarurat

d. Pelayanan kunjungan rumah bagi pasien HIV

D. Batasan Operasional
Pelayanan HIV di Rumah Sakit Dewi Sri ditujukan untuk deteksi dini pasien HIV
dan peningkatan drajat kesehatan penderita HIV, dengan cara memeriksakan
pasien – pasien yang potensial terkena HIV, sesuai dengan kriteria yang sudah
dibuat dan untuk mencegah terpaparnya petugas Rumah Sakit oleh pendertita
HIV, juga menganalisa daerah mana yg potensial penyumbang HIV untuk
diberikan penyuluhan dan edukasi kelompok.
Pasien – pasien yang termasuk kriteria HIV/AIDS dilakukan konseling dan

didorong umtuk melakukan pemeriksaan HIV.

E. LandasanHukum
- PedomanKonselingdanTes HIV
- Surat Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor:
1507/MENKES/SK/X/2005 TentangPedomanPelayananKonseling Dan
Testing HIV/AIDS SecaraSukarela( Voluntary Counselling And Testing)
- PeraturanMentriKesehatan No 21 TentangPenanggulangan HIV AIDS

2
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

KualifikasiSumberDayaManusia

A. Pelayanan HIV / AIDS dilakukan olehtenaga


yangmerangkapdenganpetugasruanganbaikituperawatataupun. Adapun Pelayanan HIV
/AIDS adalah sebagai berikut:
Kualifikasi

No Jenis SDM Pendidikan Pengalaman


Sertifikat Pelatihan
Formal Kerja

1. Ketua  S1  1 Pelatihan HIV


/AIDS
Pelayanan Kedokteran Tahundipela
HIV yanan

2. Konselor  D III Kep  1tahun di  PelatihanKonselo


pelayanan r

3. Sekertaris  DIII Kep  1tahunbekerj  Pelatihan HIV /


adipelayanan AIDS

4. Anggota  DIII Kep  1tahunbekerj  Pelatihan HIV /


 DIII Analis adipelayanan AIDS

3
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan jaga untuk pelayanan HIV /AIDS karena masih merangkap dengan
pekerjaan inti, maka pelayanan mengatur pengaturan jagaanya adalah sebagai
berikut:

JadwalDinas Jenis Tenaga Jumlah Keterangan

DinasPagi KetuaPelayanan 1
HIV

Konselor 1

Sekertaris 1

Anggota 2

C. Pengaturanjaga
Dipelayanan HIV /AIDS
karenakitamasihmerangkamakauntukpengaturanjagadibuatsesdemikianrupasehing
gapelayanan HIV tidakdibentrokdenganpelayanan yang lain. Pelayanan HIV /
AID dibukapadawaktupagidari jam 08.00 – 16.00 Wib

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Ruangan

KURSI

K L
MEJA E
U

R M

S A

I R

B. StandarFasilitas

1. Papan Nama /Petunjuk

Papanpetunjuklokasidipasangsecarajelassehinggamemudahkanaksespa

sienkelayanankonselingdan test HIV. Demikian juga

didepanruangkonselingdipasangpapanbertuliskanpelayanankonselingd

anjadwallayanan

2. RuangTunggu

Ruangtunggu yang nyamanhendaknyadidalamruangkonseling,

adapunruangkonselingtersedia :

a. MateriKIE , foster, lifleat, brosurtentangpengetahuan HIV /AIDS

b. Informasiprosedurtentangkonseling

c. Kotak saran

d. Tempatsampah

e. Bukucatatan a/ buku register

5
f. Mejadankursi yang cukupnyaman

g. Kalender

3. Jam kerjalayanan

Jam kerjalayanankonselingdan test HIV terintegrasidalam jam

kerjapelayanan di rawatjalan, Di RumahSakitDewi Sri

kareanmasihketerbatasansumberdayamanusianyamakakonselingdan

test HIV / AIDS tidakdilakukansetiapharikerja, olehkarenaitu jam

kerjakonselingdan test HIV dibukasetiaphariSenin, selasa,

kamisdanjumat

6
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Pelayanan di IGD
1. Kriteria pasien dengan kewaspadaan HIV di IGD
 Dalam anamnese terdapat penurunan berat badan 10 persen dalam 1 bulan
 Pasien dengan diare lebih dari 1 bulan
 Demam berkepenjangan lebih dari 1 bulan
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Infeksi menular Sex
 Kandidiasis orofaringeal
 Pasien dengan prilaku potensial tertular sex, seperti: Sex bebas, Sesama
jenis, dan lain2
2. Tata laksana pasien di IGD
 Bila ada pasien dengan luka terbuka petugas RS menggunakan APD
lengkap
1. Apron
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Kaca mata google
5. Tutup kepala
 Bila pasien dengan tanda dan gejala kewaspadaan HIV
1. Wawancara prilaku terpapar HIV ( sex tidak dengan pasangan, Napja)
2. Sarankan untuk konseling
3. Sarankan untuk pemeriksaan HIV
 Alur pelayanan di IGD
1. Dokter membuat pengantar pemeriksaan laboratorium HIV
2. Pasien dikonsulkonsulkan ke konselor
3. Setelah mendapat penjelasan pasien ke bagian laboratorium untuk
diambil darah
4. Petugas laboratorium menjelaskan cara pemeriksaan dan cara
pengambilan hasil
5. Hasil pemeriksaan di berikan ke konselor

7
6. Setelah dibacakan bersama pasien, konselor mengembalikan pasien ke
dokter pengirim

B. Pelayanan di Rawat Jalan


1. Kriteria Pasien di Rawat Jalan
 Dalam anamnese terdapat penurunan berat badan 10 persen dalam 1 bulan
 Pasien dengan diare lebih dari 1 bulan
 Batuk menetap 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multi segmental dan herpes zoster berulang
 Kandidiasis oropharingeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limpadenopati generalisata
 Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita
 Demam berkepenjangan lebih dari 1 bulan
 Infeksi menular Sex
 Infeksi jamur di mulut atau di mukosa lain
 Pasien dengan prilaku potensial tertular sex, seperti: Sex bebas, Sesama
jenis, dan lain2

2. Tata laksana pasien di Rawat Jalan


 Bila ada pasien dengan luka terbuka petugas RS menggunakan APD
lengkap
1. Apron
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Kaca mata google
5. Tutup kepala
 Bila pasien dengan tanda dan gejala kewaspadaan HIV
1. Wawancara prilaku terpapar HIV ( sex tidak dengan pasangan, Napja)
2. Sarankan untuk konseling
3. Sarankan untuk pemeriksaan HIV

8
 Alur pelayanan di Rawat Jalan
1. Dokter membuat pengantar pemeriksaan laboratorium HIV
2. Dokter menerangkan HIV dan pentingnya pemeriksaan HIV
3. Setelah mendapat penjelasan pasien ke bagian laboratorium untuk
diambil darah
4. Petugas laboratorium menjelaskan cara pemeriksaan dan cara
pengambilan hasil
5. Hasil pemeriksaan di berikan ke Dokter pemeriksa
6. Setelah dibacakan bersama pasien, dokter menyarankan untuk
konseling.

C. Pelayanan di Rawat Inap


1. Kriteria Pasien di Rawat Inap
 Dalam anamnese terdapat penurunan berat badan 10 persen dalam 1 bulan
 Pasien dengan diare lebih dari 1 bulan
 Batuk menetap 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multi segmental dan herpes zoster berulang
 Kandidiasis oropharingeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limpadenopati generalisata
 Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita
 Demam berkepenjangan lebih dari 1 bulan
 Infeksi menular Sex
 Infeksi jamur di mulut atau di mukosa lain
 Pasien dengan prilaku potensial tertular sex, seperti: Sex bebas, Sesama
jenis, dan lain2
2. Tata laksana pasien di Rawat Inap
 Bila melakukan tindakan inpasive
1. Perlakukan semua pasien seperti pasien HIV
2. Gunakan sarung tangan setiap melakukan tindakan inpasive

 Alur pelayanan di Rawat Inap


1. Dokter membuat pengantar pemeriksaan laboratorium HIV

9
2. Dokter menerangkan HIV dan pentingnya pemeriksaan HIV
3. Pasien menandatangani di lembar persetujuan
4. Perawat menghubungi bagian Laboratorium
5. Petugas laboratorium mengambil darah dan memberikan penjelasan
kapan hasil pemeriksaan selesai
6. Hasil pemeriksaan di berikan ke Dokter pemeriksa
7. Setelah dibacakan bersama pasien, dokter menyarankan untuk
konseling.

D. Pelayanan di Rawat Inap


Perlakukan semua pasien pembedahan sebagai pasien HIV

E. Alur bila terjadi pajanan (tertusuk jarum atau darah dari pasien HIV)
Prosedur penatalaksanaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda tajam:

1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik.
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
mengalir
2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata
c. Segera pergi ke IGD untuk penanganan selanjutnya.
2. Laporan dan Pendokumentasian
a. Laporan meliputi : Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian
yang mana terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, feses) dan
jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit)

Tentukan status pasien sumber pajanan (pasien dengan riwayat sakit apa)
F. Mengurangi penderita HIV dan meningkatkan drajat kesehatan pasien HIV
dengan cara:
1. Menganalisa asal pasien yang masuk kriteria HIV selama 1 tahun
2. Menentukan daerah yang potensial penyumbang HIV dilihat dari pasien-
pasien yang masuk kriteria HIV

10
3. Bersama Tim PKRS mengadakan penyuluhan tentang pengetahuan dasar
HIV (tanda, gejala dan cara penularan), juga mengadakan edukasi dan
dukungan bagi penderita HIV
G. Alur Konseling test HIV
1. Pasien di Rawat inap, Rawat jalan, IGD, kamar bersalin dan kamar bedah yang dengan
tanda dan gejala HIV harus dilakukan informed consent oleh dokter untuk dilakukan
scrining dan ditulis dalam lembar inform consent
2 Bila pasien setuju dokter menuliskan permintaan Test HIV di lembar laboratorium.
3 Formulir pemeriksaan laboratorium diberikan ke pasien dengan amplop tertutup
4 Petugas laboratorium yang menerima permintaan test HIV menjelaskan prosedur
pemeriksaan
5 Hasil pemeriksaan HIV dimasukan dalam amplop tertutup dan diberikan ke DPJP
6 Hasil pemeriksaan HIV dibuka langsung didepan pasien dan diberikan penjelasan
7 dokter DPJP mengintruksikan untuk dilakukan konseling pada konselor HIV
8 Pasien dilakukan konseling pasca test HIV oleh konselor
9 Setelah konseling pasien kembali lagi ke dokter DPJP
a
Bila hasil positif pasien akan dirujuk ke RSUD karawang untuk pemberian ARV

b Bila hasil negatif pasien diobati sesuai penyakitnya

11
BAB V

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan Pasien yang berkaitan dengan pemberian layanan PITC adalah tentang

privacy pasien yang sangat dilindungi. Bahkan tentang privacy in isangat dijaga dan

dilindungi oleh WHO. Adapun keselamatan pasien yang lain adalah identitas klien.

Identitas pasien identik dengan labeling saat pemeriksaan laboratorium. Adanya

kemungkinan- kemungkinan kesalahan yang bisa terjadi di laboratorium adalah fatal

misalkan salah pengambilan sample darah, salah labeling nama, salah hasil test yang

diberikan.

Sehingga pasien di idnetifikasi sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

12
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

Untuk hal keselamatan kerja dalam memberikan pelayanan PITC sangat berkaitan
dengan SDM di layanan PITC yang terdiri dari medis dan paramedis. Misalnya
tertusuk jarum ketika melakukan pemeriksaan laboratorium. Program keselamatan
kerja dilayanan PITC sangat berkaitan dengan program K3RS. Sehingga sangat
dibutuhkan kemampuan staf dalam memahami kebijakan dan prosedur apabila ada
kecelakaan kerja dilayanan PITC . Setiap karyawan wajib mentaati prosedur kerja
yang berhubungan dengan pencegahan kecelakaan kerja seperti patuh menggunakan
alat pelindung diri( APD )

13
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

Peningkatan mutu pelayanan HIV /AIDS menggunakan beberapa metode, yang dapat
dipilih untuk meningkatkan mutu pelayanan HIV yang mampu dilaksanakan di RS
Dewi Sri Karawang. Indikator mutu yang dipakai dalam pelayanan HIV untuk
mengetahui kualitasnya dengan menggunakan anggket kepuasan

14
p

15

Anda mungkin juga menyukai