Anda di halaman 1dari 24

STUDY GUIDE

Semester VI
BLOK CLINICAL DENTAL SKILL V
15 Pebruari – 4 April 2016

School of Dentistry
Faculty of Medicine Udayana University
2015
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

~ KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI ~

DOMAIN
III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik

KOMPETENSI UTAMA

9.3 Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar dalam melaksanakan perawatan
gigi dan mulut
10.1 Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit / kelainan gigi dan mulut
melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
11.1 Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang
didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien.
11.2 Menentukan rujukan yang sesuai
12.1 Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati

KOMPETENSI PENUNJANG

9.3.1 Membuat rekam medik secara akurat dan komprehensif (C1, P3, A4 )
9.3.2 Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal dengan baik (C3,P3,A4).
9.3.3 Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi berdasarkan catatan medik
yang tertulis pada rekam medik (C3,P3,A4).
10.1.8 Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang memerlukan tindakan rehabilitatif
(C2, P3, A4).
10.1.9 Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan gangguan fungsi mastikasi dan
kondisi yang memerlukan perawatan (C4,P4,A4).
10.1.10 Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial (C4,P4,A4).
10.1.11 Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien dengan adanya kelainan
oromaksilofasial (C2,P3,A2).
10.1.14 Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga mulut dalam segala
usia guna menetapkan prognosis (C2,P3,A2).
10.1.15 Memastikan kelainan kongenital dan herediter dalam rongga mulut (C3,P4,A3).
11.1.1 Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut (C4,P3,A2).
11.1.2 Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang
berkaitan dengan pelaksanaan perawatan (C3,P3,A3).
11.1.4 Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik pasien
(C3,P3,A3).
11.1.5 Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional
berdasarkan diagnosis (C3,P3,A3).
11.1.8 Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat
(C4,P3,A3).
11.2.1 Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang lain terkait dengan penyakit/
kelainan pasien (C3,P3,A3).
11.2.2 Mampu melakukan rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang
terkait (C3,P3,A3).
12.1.3 Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain)
untuk prosedur restorasi dan bedah (C4,P4,A4).

1
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

PLANNERS TEAM

NO. NAMA NOMOR HP KET.

1. drg. Cinthia Hutomo, Sp.Ort 085857373714 Ketua

2. drg.Putu Lestari Sudirman, M.Biomed 081239885740 Sekretaris

3. drg. Cinthia Hutomo, Sp.Ort 085857373714 DEU

4 drg. I Gst. Ayu Ari Widiastuti 081916124396

5 drg. Nyoman Sidi Wisesa 081933109818

6 Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes. 08179787972

7 drg. I Gst. Agung Dyah Ambarawati 081805598066

8 drg. I G A Sri Pradnyani 082147123898

9 dr. I Gst. Agung Utara Hartawan, Sp. An. 08123868126

drg. Luh Wyn. Ayu Rahaswanti, Sp.


10 0818322169
KGA.

11 drg. Steffano Aditya Handoko, MPH. 085715857393

12 drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp. Ort. 085868935557

13 drg. Stefanus Agung Triwibowo, Sp. BM. 08122966758

14 drg. Mia Ayustina Prasetya, Sp. KGA. 081750553626

15 drg. Desak Ari Susanti, M.Kes. 08179767114


16 drg. Ni Kd Fiora Rena P, M.Biomed 081805333658

2
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

FACILITATORS

NO. NAMA NOMOR HP

1. drg. Hartiningsih Saidi 081237456931

2. drg.I G A Sri Pradnyani 082147123898

3. drg. Desak Ari Susanti, M.Kes 08179767114

4. drg. Dyah Ambarawati 081805598066

5. drg. Ni Kd Fiora Rena P, M.Biomed 081805333658

STUDENT PROJECT TOPICS


1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan :

 Topik Student Project akan diundi dan pembimbing penyusunan makalah langsung
dilakukan oleh pembimbing SGD masing-masing kelompok.

 Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen dari bidang
bersangkutan.

3
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

TIME TABLE CLINICAL DENTAL SKILL V

DAY/ PERSON IN
TIME ACTIVITY VENUE
DATE CHARGE
drg. Ari
I
08.00 - 09.00 Introduction ( 1 ) R. Kul lt 3 widiastuti
09.00 - 10.00 Farmakologi obat anasthesi ( 2 ) skill lab Dr. dr. Jawi
Mon 10.00 - 11.00 Farmakologi vasokonstriktor ( 3 ) Dr. dr. Jawi
15-Feb-
16 11.00 - 12.00 Break
12.00 - 13.00 IL
13.00 - 15.00 SP

II 08.00 - 09.00 Indikasi dan Kontraindikasi drg. Lestari


R. Kul lt 3
Anasthesi Lokal ( 4 )
skill lab
Tues 09.00 - 10.00 Armamentarium Anasthesi ( 5 ) drg. Sidi
16-Feb- R. SGD
16 10.00 - 11.00 SGD 2 gedung fasilitator
11.00 - 12.00 SGD 3 FK
12.00 - 13.00 Break
13.00 - 14.00 IL
14.00 - 15.00 SP
III 08.00 - 09.00 IL
09.00 - 10.00 Penatalaksanaan Anasthesi Topikal drg. Ayu
Wed (6)
17-Feb-
R. Kul lt 3
16 10.00 - 11.00 Penatalaksanaan Anasthesi Pada drg.Dyah
skill lab
Maksila ( 7 )
11.00 - 12.00 Penatalaksanaan Anasthesi Pada drg. Gung Sri
Mandibula ( 8 )
12.00 - 13.00 Break
13.00 - 15.00 SP
IV 08.00 - 09.00 IL
09.00 - 10.00 Plenary 2 R. Kul lt 3
Dr. dr. Jawi
Thu 10.00 - 11.00 Plenary 3 skill lab
18-Feb-
Break
16 11.00 - 12.00
R. Kul lt 3
Quiz Grup I (4,5,6,7,8)
12.00 - 14.00 skill lab pengurus blok
14.00 - 15.00 SP
R. SGD
V SGD Grup I
08.00 - 10.00 gedung FK Fasilitator
10.00 - 11.00 IL
Mon 11.00 - 12.00 Break
22-Feb- 12.00 - 14.00 Plenary Grup I (4,5,6,7,8) R. Kul lt 3 team lecture

4
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

16 skill lab
14.00 - 15.00 SP
VI 08.00 - 09.00 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal
Pada Pasien Dengan Masalah
Wed Sistemik ( 9 ) dr. Utara
24-Feb- R. Kul lt 3
09.00 - 10.00
16 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal skill lab
Pada Pasien Penderita Alergi ( 10 )
10.00 - 11.00 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal drg. Ayu
Pada Pasien Anak ( 11 )
11.00 - 12.00 Break
12.00 - 13.00 IL
13.00 - 15.00 SP
VII 08.00 - 10.00 Kegagalan dan Komplikasi R. Kul lt 3 drg. Lestari
Anasthesi Lokal ( 12 ) skill lab
R. SGD
Fri 10.00 - 12.00 SGD Grup II
gedung FK fasilitator
26-Feb-
16 12.00 - 13.00 Break
13.00 - 15.00 SP
R. Kul lt 3
VIII Quiz Grup II (1,9,10,11,12)
08.00 - 10.00 skill lab pengurus blok
10.00 - 11.00 IL
Mon 11.00 - 12.00 Break
29-Feb- R. Kul lt 3
Plenary Grup II (1,9,10,11,12)
16 12.00 - 14.00 skill lab team lecture
14.00 - 15.00 SP
IX 08.00 - 10.00 Armamentarium Bedah Mulut (13 ) drg. Sidi
R. Kul lt 3
10.00 - 12.00 Penatalaksanaan Pencabutan Gigi ( drg. Ika
skill lab
Wed Simple /Close Method )( 14 )
2-Mar-
16 12.00 - 13.00 Break
13.00 - 14.00 IL
14.00 - 15.00 SP
X 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
09.00 - 11.00
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi ( skill lab drg. Cinthia
Fri Kompleks /Open Method ) ( 15 )
4-Mar- R. SGD
11.00 - 13.00 SGD Grup III dan IV
16 gedung FK Fasilitator
13.00 - 14.00 Break
14.00 - 15.00 SP
XI 08.00 - 09.00 Penatalaksanaan Gigi Impaksi (16)
09.00 - 10.00 Penatalaksanaan Kelaianan
Mon Kelenjar Liur (17A) R. Kul lt 3
drg. Stefanus
7-Mar- skill lab
Penatalaksanaan Insisi Abses( 17B )
16 10.00 - 11.00

5
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

11.00 - 12.00 Break


R. Kul lt 3
Quiz Grup III dan IV
12.00 - 14.00 skill lab pengurus blok
14.00 - 15.00 SP
XII 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
09.00 - 11.00 Quiz Grup V dan VI
skill lab pengurus blok
Fri 11.00 - 12.00 Break
11- R. Kul lt 3
Plenary Grup III dan IV
Mar-16 12.00 - 14.00 skill lab pengurus blok
14.00 - 15.00 SP
XIII 08.00 - 09.00 IL
R. SGD
SGD Grup V dan VI
09.00 - 11.00 gedung FK Fasilitator
Mon 11.00 - 12.00 Break
14- R. Kul lt 3
Plenary Grup V dan VI
Mar-16 12.00 - 14.00 skill lab team lecture
14.00 - 15.00 SP
XIV 08.00 - 09.00 IL
09.00 - 11.00 Penatalaksanaan Bedah
Wed Preprosthetik ( 18 )
16- R. Kul lt 3
11.00 - 12.00 drg. Fano
Mar-16 Penatalaksanaan Bedah Persiapan skill lab
Osseo-Integrated Dental Implant (
19 )
12.00 - 13.00 Break
13.00 - 15.00 SP
XV 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
Quiz Grup VII dan VIII
09.00 - 11.00 skill lab pengurus blok
Fri 11.00 - 12.00 Break
18- R.SGD
SGD Grup VII dan VIII
Mar-16 12.00 - 14.00 gedung FK fasilitator
14.00 - 15.00 SP
XVI 08.00 - 09.00 IL
09.00 - 10.00 Tehnik Suturing / Hecting ( 20 ) drg. Cinthia
Mon 10.00 - 11.00 R. Kul lt 3 drg. Desak
21- Penatalaksanaan Pasien Post - Op ( skill lab
Mar-16 21 )
11.00 - 12.00 Break
R. Kul lt 3
Penary Grup VII dan VIII
12.00 - 14.00 skill lab team lecture
14.00 - 15.00 SP
XVII 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
Quiz Grup IX
09.00 - 11.00 skill lab pengurus blok

6
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

Tues 11.00 - 12.00 Break


22- R. Kul lt 3
SGD Grup IX
Mar-16 12.00 - 14.00 skill lab pengurus blok
14.00 - 15.00 SP
XVIII 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
Pengisian Status Bedah Mulut dan
09.00 - 11.00 skill lab drg. Fiora
Inform consent
Wed
23-
Mar-16 11.00 - 12.00 Break
R. Kul lt 3
Plenary Grup IX
12.00 - 14.00 skill lab team lecture
14.00 - 15.00 SP
XIX 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
Kapita Selekta
09.00 - 11.00 skill lab team lecture
Mon 11.00 - 12.00 Break
28- R. Kul lt 3
Mar-16 12.00 - 13.00 Kapita Selekta skill lab team lecture
13.00 - 15.00 SP
XX 08.00 - 09.00 IL
09.00 - 10.00 SP 1
Wed 10.00 - 11.00 Sp 2 R. Kul lt 3
Penguji
30- skill lab
Mar-16 11.00 - 12.00 SP 3
12.00 - 13.00 Break
13.00 - 14.00 SP 4 R. Kul lt 3
Penguji
14.00 - 15.00 SP 5 skill lab
Mon
ruang CBT
4-Apr- ASSESSMENT pengurus blok
lt 4 FK
16 dan team CBT

7
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

ABSTRACTS

Lecture 1
Introduction
drg. I G A Ari Widiastuti
Ruang lingkup riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium pada
pasien yang dirawat bedah dentoalveolar berbeda dari pasien yang bedah biasa. Seorang
dokter gigi harus bisa mencari riwayat kesehatan yang dapat mempengaruhi perawatan gigi
yang akan dilakukan. Dokter gigi dididik dalam ilmu-ilmu dasar dan praklinis ilmu
kedokteran, khususnya yang berkaitan dengan area maksilofasial. Keahlian khusus ini dalam
topik medis yang berkaitan dengan anamnesa langsung sehingga seorang dokter gigi mampu
bekerja dalam tim. Tanggung jawab ini yang menunjukkan bahwa seorang dokter gigi
mampu mengenali dan memberikan perawatan yang tepat untuk kondisi rongga mulut
patologis. Tujuannya agar membantu menegakkan diagnosa dan membuat rencana
perawatan. Untuk menjaga keahlian ini, seorang dokter gigi harus mengetahui perkembangan
baru dalam kedokteran, menjadi waspada ketika merawat pasien dan siap berkomunikasi luas
namun memberikan evaluasi singkat dari kesehatan mulut pasien bagi praktisi kesehatan
lainnya.

Lecture 2 dan 3
Farmakologi Obat Anastesi dan Farmakologi vasokontriktor

Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes.

Menghilangkan atau mengurangi rasa sakit sangat bermanfaat dalam melakukan .


tindakan medis terutama bagi dokter gigi. Obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan
rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran disebut anestesi lokal atau anestetik local. Anestesi
local atau regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya, mengingat berbagai
keuntungannya yaitu antara lain relatif lebih murah, pengaruh sistemik yang minimal,
menghasilkan analgesi yang adekuat dan kemampuan mencegah respon stress secara lebih
sempurna. Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
golongan ester dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan
tempat metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-
kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di
hati. Perbedaan ini juga berkaitan dengan besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana
golongan ester turunan dari p-amino-benzoic acid memiliki frekwensi kecenderungan alergi
lebih besar. Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester adalah
prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain. Mekanisme kerja obat
anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan menghambat
pengiriman ion natrium melalui celah ion natrium pada membrane saraf. Kegagalan
permeabilitas celah ion natrium untuk meningkatkan perlambatan kecepatan depolarisasi
sehingga ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak disebarkan. Obat
anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat transmembran atau ambang batas potensial.
Farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Komplikasi
obat anestesi lokal yaitu efek samping lokal pada tempat suntikan dapat timbul hematom dan

8
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

abses sedangkan efek samping sistemik antara lain neurologis pada Susunan Saraf Pusat,
respirasi, kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal dan hematologi Beberapa interaksi obat
anestesi lokal antara lain pemberian bersamaan dapat meningkatkan potensi masing-masing
obat. penurunan metabolisme dari anestesi lokal serta meningkatkan potensi intoksikasi.

Penggunaan anestesi Lokal


Metode Penggunaan Jenis lokal anestesi
Anestesi Hidung, mukosa mulut, cabang bronkus Lidokain, tetrakain,
(dalam bentuk spray, kornea mata, saluran benzokain
Superficial kencing. (tidak efektif untuk kulit)
Anestesi Di injeksikan secara langsung ke jaringan Sebagian besar
agar sampai ke cabang – cabang syaraf.
Infiltrasi Untuk operasi yang sederhana. Lokal anestesi bisa
digunakan
Anestesi Lokal anestesi di injeksikan langsung secara Sebagian besar
intravena kedalam pembuluh darah. Untuk lidokain & prilokain
Regional operasi limb

Intravena
Nerve- block Lokal anestesi di injeksikan dekat dengan Sebagian besar
cabang syaraf agar dapat menghilangkan
Anestesi sensasi yang ada. Lokal anestesi bisa
digunakan
Digunakan pada operasi dan kedokteran gigi
Spinal Untuk operasi perut, kaki, atau operasi – Sebagian besar
operasi yng tidak dapat menggunakan lidokain
Anestesi General anestesi
Epidural Untuk menghilangkan sakit pada ibu – ibu Sebagian besar
yang akan melahirkan lidokain &
Anestesi bupivakain

Learning Task

Seorang dokter gigi akan melakukan tindakan di tempat praktek. Dokter gigi tersebut
memberian obat anestesi prokain yang dikombinasi dengan adrenalin.

1. Dikusikan mekanime kerja adrenalin dalam memperpanjang efek anestesi local.


2. Jelaskan efek samping dan kontraindikasi dari kombinasi tersebut.
3. Apakah perbedaan lidokain dengan prokain sehingga lidokain dapat menimbulkan
efek anesthesia yang lebih panjang?

9
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

Lecture 4 :
Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi Lokal

drg. Putu Lestari Sudirman, M.Biomed


Pada dunia kedokteran gigi kerap dijumpai tindakan – tindakan yang membutuhkan
anastesi lokal untuk membebaskan rasa nyeri akibat tindakan yang akan dilakukan. Dalam
pengerjaannya wajib diketahui indikasi dan kontra indikasinya. Indikasi dari tindakan
anastesi lokal adalah segala tindakan yang akan mengakibatkan rasa nyeri pada pasien dan
tidak memiliki kondisi – kondisi yang dapat menjadikan kondisi pasien lebih buruk.
Pada prakteknya tentu setiap dokter gigi wajib mengetahui kondisi – kondisi yang
dapat mengakibatkan penurunan kondisi pasien dan ketidak mampuan kerja dari obat anastesi
lokal yang akan dipergunakan dalam anasthesi tersebut.
Learning Task :
1. Seorang pasien laki – laki, umur 20 thn. mengeluh kesakitan pada rahang bawah kiri,
tampak kondisi ekstra oral ada pembengkakan pada pipi kiri bawah, warna
kemerahan. pada intra oral tampak buccal fold terjadi peninggian, gigi 48 tampak
tertutup sebagian oleh gusi, jika ditekan dengan ujung kaca mulut tampak ada pus
yang keluar dari sulcus. pada hasil foto panoramik tampak gigi 48 miring dan tidak
cukup tempat untuk erupsi. Pasien mengeluh kesakitan dan minta agar giginya segera
dicabut, karena sudah kesakitan sejak 3 hari yang lalu.
a. Apakan rencana perawatan untuk pasien tersebut?
b. Dalam tindakan tersebut apakah indikasi dilakukan anasthesi lokal?, alasannya?
c. Teknik anasthesi tepat dilakukan?

2. Seorang pasien wanita umur 65 thn. datang untuk membuat gigi palsu karena
kesulitan mengunyah, pada kondisi intra oral tampak OH pasien buruk dan banyak
gigi yang sudah hilang dan sisa akar terutama pada gigi – gigi posterior. Kondisi
umum diperoleh : tensi 170/80 mmHg, Pada anamnesa pasien mengatakan tidak ada
kelainan sistemik yang menyertai dan sudah pernah melakukan pencabutan gigi
sebelumnya.
a. Apakah pasien indikasi untuk dilakukan anasthesi lokal?, utarakan alasannya.
b. Apa yang harus anda lakukan untuk merawat pasien tersebut pada kunjungan
pertama ini?
c. Apakah rencana selanjutnya yang akan kalian kerjakan dalam penatalaksanaan
pasien tersebut?
d. Apakah pemilihan teknik anastesi yang kalian lakukan untuk gigi RB posterior?,
mengapa?
e. Pemilihan obat anastesi apa sebaiknya dipergunakan dalam anastesi pasien ini?,
alasannya?

10
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

Lecture 5 :
Armamentarium Anastesi

drg. I Nym. Sidi Wisesa


Armamentarium anastesi dalam kedokteran gigi terdiri syringe, cartridges dan
needles. Penggunaan bagian-bagian di atas dapat dibagi menjadi beberapa sub bagian.
Syringe dikenal ada 2 macam : syringe dan citojet. Syringe di kedokteran gigi digunakan
untuk blok anastesi dan infiltrasi, sedangkan untuk citojet berfungsi untuk anastesi infiltrasi
atau intraligamen. Cartridges ini terbuat dari bahan kaca dan tercetak nama, komposisi dan
vasokonstriksi dari anestesi lokal, expired date. Needles dibagi menjadi 3 bagian tergantung
ukurannya, ukuran needles terdiri dari 12mm, 25mm dan 36mm. Penggunaan armamentarium
anastesi oleh operator disesuai dengan diagnosa yang ditentukan.

Lecture 6 :
Penatalaksanaan Anastesi Topikal

drg. Luh Wyn. Ayu Rahaswanti, Sp.KA

Di bidang Kedokteran Gigi, aplikasi anestesi topikal biasanya dilakukan sebelum


tindakan injeksi anestesi lokal untuk meminimalkan rasa nyeri akibat insersi jarum injeksi.
Selain itu, anestesi topikal juga dilakukan sebelum pencabutan geligi desidui yang goyang
derajat 3, karena geligi desidui tersebut telah mengalami resorbsi akar oleh geligi permanen
pengganti.
Selain digunakan sebelum tindakan pencabutan gigi, anestesi topikal juga dapat
digunakan untuk meminimalkan rasa nyeri akibat terjadinya cedera ringan pada gingiva dan
mukosa rongga mulut, dan mengurangi reflek muntah pada pasien sensitif saat dilakukan foto
rontgen periapikal atau pencetakan gigi.
Penatalaksanaan aplikasi bahan anestesi topikal di mukosa rongga mulut tergantung
dari bentuk sediaan yang digunakan. Namun, biasanya selalu didahului dengan pengeringan
daerah yang akan dianestesi, karena adanya saliva akan menghambat atau mengurangi efek
dari bahan anestesi yang diaplikasikan di daerah tersebut.

Lecture 7 :
Penatalaksanaan Anasthesi pada Maksila
drg. I G A Dyah Ambarawati

Istilah anastesi di perkenalkan pertama kali oleh O. W. Holmes yang artinya tidak ada
rasa sakit. Anastesi di bagi menjadi 2 kelompok yaitu anastesi lokal dan anastesi umum.
Anastesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran dan anastesi
umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anastesi lokal di definisikan
sebagai suatu tindakkan yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh

11
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

secara sementara yang disebabkan adanya depresi eksitasi di ujung saraf atau menghambat
proses konduksi pada saraf perifer.
Teknik anastesi infiltrasi adalah metode untuk kontrol nyeri atau untuk anastesi dengan cara
mendepositkan larutan anastesi di dekat serabut terminal saraf dan akan terinfiltrasi
disepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan dan menimbulkan efek anastesi dari
daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.
Teknik blok anastesi adalah teknk yang digunakan dengan tujuan satu kali suntikan dapat
mencakup area kerja yang luas, sehingga dapat menpersingkat waktu dan memberi
kenyamanan pada pasien yang disesuaikan denyan nervus pada rahang atas.

Lecture 8 :
Penatalaksanaan Anasthesi Pada Rahang Bawah

drg. I G A Sri Pradnyani

Anastesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan
terbatas yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut
saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi nervus perifer. Aestesi lokal memastikan,
untuk satu hal, bahwa tindakan invasif pada gigi menjadi pengalaman yang nyaman dan tanpa
rasa sakit untuk pasien. Hal ini memungkinkan dokter gigi melakukan perawatan dengan
tenang dan terkonsentrasi .
Penggunaan anestesi lokal dalam kedokteran gigi untuk orang dewasa dan anak-
anak membutuhkan pengetahuan mendalam tentang anatomi, farmakologi dan di mana
anestesi harus diberikan. Selain itu dokter gigi dituntut memiliki pengetahuan tentang
komplikasi local dan sistemik dan penggunaan anastesi lokal pada pasien berisiko.
Istilah injeksi supraperiosteal digunakan untuk menunjukkan tempat di dalam
jaringan, dimana anastetikum dideponir dalam hubungannya dengan periosteum.
Anastetikum yang dideponir di atas periosteum setinggi apeks gigi akan mengalir ke dalam
periosteum dan tulang melalui proses difusi, berpenetrasi ke dalam serabut saraf yang masuk
ke apeks gigi. Teknik ini juga disebut “infiltrasi”.
Istilah “injeksi blok” berarti bahwa anastetikum dideponir pada suatu titik diantara
otak dan daerah yang akan diterapi, yang akan menembus batang saraf atau seraut saraf pada
titik tempat anastetikum dideponir sehingga memblok sensasi yang dating dari distal.
Tulang korteks bukal pada premolar dan molar rahang bawahmenghambat difusi
cairan anestesi ke apikal gigi, sehingga hanya terpusat di tulang rahang. Pada pasien dewasa
dibutuhkan anastesi mandibula blok untuk anestesi yang efektif. Di daerah caninus dan
incicivus rahang bawah, tulang korteks lebih tipis dan akar gigi terletak di sisi bukal rahang.
Di sini, anestesi infiltrasi efektif bila dilakukan.
Nervus mentalis meninggalkan rahang melalui foramen mentalis dan menginervasi
mukosa bukal dan gingiva, bibir bawah dan kulit dagu . Oleh karena itu , anaesthesi n.
mentalis tidak akan menganaesthesi gigi pada orang dewasa.
Sisi lingual mandibula dipersarafi oleh nervus lingualis. Saraf ini dapat dianastesi
baik oleh blok anestesi ataupun infiltrasi. Dokter gigi harus menghindari menusuk dasar
mulut terlalu sering karena hal ini meningkatkan risiko hematoma dan transportasi bakteri
melalui jarum suntik. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dasar mulut.

12
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

Blok anestesi nervus bukalis mungkin dilakukan. Saraf ini berjalan di daerah lingual
melintasi sisi depan ramus mandibula di atas occlusal plane. Kemudian n. bukalis berjalan
caudo-ventral menginervasi mukosa bukal dan gingiva di daerah M3 hingga P2 rahang bawah.
Karena ketinggian di mana n. bukalis melintasi mandibula bervariasi, anestesi infiltrasi di
daerah bukal untuk masing-masinggigi juga merupakan teknik yang sangat baik untuk
anaesthesi gingiva dan mukosa.

Lecture 9 :
Penatalaksanaan Anasthesi Lokal pada Pasien dengan Masalah Sistemk

dr. I Gst Agung Utara Hartawan, Sp. An.


Tujuan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami farmakologi obat anestesi lokal dan obat
vasokonstriktor.
2. Mahasiswa memahami perubahan yang terjadi pada pasien dengan penyakit
sistemik.
3. Mahasiswa memahami penggunaan obat anestesi lokal pada pasien dengan
penyakit sistemik.
4. Mahasiswa memahami penggunaan obat anestesi lokal dengan vasokonstriktor
pada pasien dengan penyakit sistemik.

Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan


secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Lidokain disintesa sebagai anestesi lokal
amida oleh Lofgren pada tahun 1943. Lidokain menimbulkan hambatan hantaran yang lebih
cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak
Sekitar 70% (55-95%). Lidokain dalam plasma terikat protein, hampir semuanya dengan alfa
1 – acid glycoprotein. Distribusi berlangsung cepat, volume distribusi adalah 1 liter per
kilogram; volume ini menurun pada pasien gagal jantung. Tidak ada lidokain yang diekskresi
secara utuh dalam urin. Penyakit hepar yang berat atau perfusi yang menurun ke hepar yang
dapat terjadi selama anestesi, menurunkan kecepatan metabolisme lidokain. Bersihan
lidokain mendekati kecepatan aliran darah di hepar, sehingga perubahan aliran darah hepar
akan mengubah kecepatan metabolisme. Bersihan lidokain dapat menurun bila infus
berlangsung lama. Lidocaine dimetabolisme dengan cepat oleh hati, dan metabolit dan obat
tidak berubah diekskresikan oleh ginjal. Karena tingkat yang cepat di mana lidokain
dimetabolisme, setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi hati dapat mengubah kinetika
lidokain. Waktu paruh dapat diperpanjang dua kali lipat atau lebih pada pasien dengan
disfungsi hati. Disfungsi ginjal tidak mempengaruhi kinetika lidokain tetapi dapat
meningkatkan akumulasi metabolit.
Penggunaan vasokonstriktor ( epinephrine 1 :200.000 ) menimbulkan vasokotriksi
pada tempat injeksi sehingga jumlah obat yang diabsobsi ke sirkulasi menurun sedangkan
pengambilan oleh sel saraf akan meningkat sehingga meningkatkan kualitas dan durasi dari
blok saraf serta mengurangi efek samping ( semakin banyak yang diabsorbsi semakin besar
resiko keracunan obat ). Disamping itu epinephrine juga dapat memperpanjang durasi

13
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

analgesia dengan perangsangan reseptor Alpha-2 adrenergik. Penambahan epinephrine pada


lidokain akan memperpanjang durasi dari lidokaine sampai 50%. Sedangkan penambahan
epinephrine pada bupivacaine kuran bermanfaat karena durasinya tergantung pada ikatannya
dengan protein ( protein binding ). Sifat dari obat itu sendiri juga berpengaruh terhadap
absorsi obat tersebut. Lidokaine yang memiliki efek vasodilatasi akan lebih cepat diabsorbsi
sehingga durasinya lebih pendek.
Selain menghalangi hantaran sistem saraf tepi, lidokain juga mempunyai efek penting
pada sistem saraf pusat, ganglia otonom, sambungan saraf otot dan semua jenis serabut otot.
Efek obat lidokain terhadap tubuh manusia berupa:

Sistem saraf pusat


Semua obat anestesi lokal merangsang sistem saraf pusat menyebabkan kegelisahan
dan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik. Secara umum, makin kuat suatu
anestetik, makin mudah menimbulkan kejang. Perangsangan ini akan diikuti depresi, dan
kematian biasanya terjadi karena kelumpuhan nafas.

Sistem kardiovaskular
Pengaruh utama lidokain pada otot jantung ialah menyebabkan penurunan
eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi. Lidokain juga menyebabkan
vasodilatasi arteriol. Efek terhadap kardiovaskular biasanya baru terlihat sesudah dicapai
kadar obat sistemik yang tinggi, dan sesudah menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.

Otot polos
In vitro maupun in vivo, lidokain berefek spasmolitik dan tidak berhubungan dengan
efek anestetik. Efek spasmolitik ini mungkin disebabkan oleh depresi langsung pada otot
polos, depresi pada reseptor sensorik, sehingga menyebabkan hilangnya tonus refleks
setempat.
Learning Task
1. Laki-laki, 50 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan sakit pada gigi
belakang bawah kanan, setelah dievaluasi didapatkan gigi impaksi pada gigi 48 dan
anda rencanakan untuk odontektomi. Dari anamnesa, anda dapatkan pasien dengan
riwayat penyakit jantung yang diderita sejak 2 tahun yang lalu dan saat ini masih
mengkonsumsi obat pengencer darah.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan obat pengencer darah dengan tindakan odontektemi?
2. Perempuan, 50 tahun, datang ke tempat praktek dengan keluhan sakit pada gigi
belakang kanan atas. Setelah dilakukan evaluasi dan rawat harus dilakukan ekstraksi
pada gigi. Pasien dengan riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu dan tidak
teratur minum obat.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan diabetes mellitus dengan obat anestesi local dan tindakan
ekstraksi?
3. Perempuan, 30 tahun datang ke tempat praktek dengan keluhan sakit gigi. Setelah
anda evaluasi, anda dapatkan pasien dengan periodontitis pada gigi 46 dan setelah

14
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

anda rawat harus dilakukan ekstraksi. Dari anamnesa didapatkan saat ini pasien
mengandung anak kedua dengan usia kehamilan 20-21 minggu.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan kehamilan dengan obat anestesi local?
d. Obat apa yang harus dihindari pada wanita hamil?

Lecture 10 :
Komplikasi obat anestesi lokal dan pencegahannya
dr. I G A Utara Hartawan, Sp.An.

Tujuan :
1. Mahasiswa memahami reaksi alergi dari obat anestesi lokal.
2. Mahasiswa memahami toksisitas sistemik dari obat anestesi lokal.
3. Mahasiswa memahami penanganan toksisitas sistemik obat anestesi lokal.

Efek samping anestetik lokal terjadi akibat adanya reaksi alergi dan toksisitas sistemik
akibat dari kelebihan konsentrasi obat pada plasma dan konsentrasi obat pada jaringan.
Terjadinya kejang pada anestesia regional sekitar 1-4 pasien per 1.000 pasien yang
mendapatkan terapi anestetik lokal, bupivacaine merupakan obat yang paling sering
dihubungkan dengan kejadian ini.
Kejadian reaksi alergi adalah jarang meskipun seringnya penggunaan obat anestetik
lokal. Diperkirakan efek samping akibat obat anestetik lokal (kurang dari 1 %) adalah
mekanisme alergi. Reaksi alergi lebih sering terjadi pada penggunaan anestetik lokal ester
yang menghasilkan metabolit paraaminobenzoic acid. Reaksi alergi akibat penggunaan
anestetik lokal juga dapat disebabkan oleh methylparaben atau zat yang serupa yang sering
digunakan sebagai pengawet untuk sediaan anestetik lokal. Struktur dari bahan pengawet ini
mirip dengan paraaminobenzoic acid.
Injeksi obat anestetik lokal secara langsung ke dalam intravaskular adalah penyebab
tersering terjadinya konsentrasi obat berlebihan di dalam plasma. Besarnya absorpsi sistemik
tergantung pada (1) dosis yang dimasukkan ke dalam jaringan, (2) vaskularisasi di daerah
injeksi, (3) kandungan epinephrine dalam larutan, dan (4) sifat fisio-kimia dan obat.
Penambahan 5 ug epinephrine pada setiap larutan obat anestetik lokal (contoh; larutan 1 :
200.000) akan mengurangi absorpsi sebanyak sepertiganya. Toksisitas sistemik oleh obat
anestetik lokal akan melibatkan sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular.

LEARNING TASK
Pasien laki-laki, 36 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan sakit gigi. Setelah
anda evaluasi dan rawat, anda memutuskan harus dilakukan ekstraksi. Pasien mempunyai
berat badan 85 kg dan tinggi badang 155 cm. pasien mempunyai banyak alergi obat tetapi
lupa dengan nama obat.
1. Hal-hal apa yang anda harus perhatikan jika pasien mempunyai kecurigaan alergi
terhadap obat anestesi local yang anda gunakan? Dan jika terjadi syok anafilaktik, apa
yang anda harus kerjakan?

15
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

2. Jika anda perlu menggunakan obat anestesi local lidokain, toksisitas apa saja yang
mungkin terjadi pada pasien tersebut diatas?
3. Bagaimana manajemen pasien dengan toksisitas obat anestesi local?
4. Bagaimana mekanisme kejadian alergi obat anestesi local?

Lecture 11 :
Penatalaksanaan Anasthesi Lokal pada Pasien Anak

drg. Luh Wyn Ayu Rahaswanti, Sp.KGA.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pasien anak akan mengalami rasa takut bila akan
dianestesi. Dokter gigi harus mengadapi kondisi tersebut dengan berbagai cara disesuaikan
dengan kondisi psikologis masing-masing anak dan memilih metode penatalaksanan anestesi
local yang sesuai tanpa rasa nyeri, sehingga pasien anak bersedia menjalani tindakan anestesi.
Kunci dari keberhasilan dari penatalaksanaan anestesi lokal adalah memperlakukan pasien
anak dengan empati.
Pasien anak cenderung membutuhkan perasaan aman dan dukungan oleh orang-orang
yang dikenal saat menjalani tindakan perawatan oleh dokter gigi terutama pada saat
kunjungan pertama ke dokter gigi. Pasien anak harus diberi penjelasan dengan bahasa atau
istilah yang mudah dimengerti oleh anak-anak mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan dan rasa yang akan akan dialami oleh pasien anak yang bersangkutan. Teknik
penatalaksanaan prosedur anestesi lokal juga dipilih yang menimbulkan rasa nyeri paling
minimal sehingga pasien anak yang bersangkutan merasa lebih nyaman saat prosedur tersebut
dilaksanakan.

Lecture 12 :
Kegagalan dan Komplikasi Anasthesi Lokal
drg. Putu Lestari Sudirman, M.Biomed.

Dalam bidang kedokteran gigi sering dipergunakan anastesi lokal sebagai prosedur
penanganan pasien dengan kasus – kasus tertentu. Pada tindakan ini kerap dijumpai
kegagalan – kegagalan yang secara garis besarnya dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu : faktor
pasien dan faktor operator.
Faktor pasien dapat dijabarkan menjadi beberapa hal yang terkait dengan, variasi
anatomi, patofisiologis dan psikologis, sedangkan pada faktor operator sendiri dapat
dijabarkan menjadi kesalahan memilih teknik, kesalahan pelaksanaan teknik, kerusakan pada
alat/armamentarium yang dipergunakan.
Pada topik ini dilakukan pembbahasan mengenai faktor – faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan anastesi lokal, manifestasi yang kerap dijumpai dan cara menanggulangi.
Learning Task :

16
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

1. Seorang pasien dengan rencana pencabutan setelah dilakukan anastesi mandibulla


blok, merasakan kesemutan pada pipi dan lidahnya setelah dilakukan test dengan
sonde pada sulkus gingival yang mengelilingi gigi tersebut, pasien menyatakan tidak
sakit, namun setelah dilakukan proses elevasi pasien menyatakan rasa sakit yang tidak
tertahankan pada bagian lingual.
a. Apa kemungkinan penyebab kegagalan dari anastesi tersebut ? alasannya?
b. Tindakan apa yang dilakukan dalam kasus ini?.
2. Pasien laki – laki 34 thn. mengalami kecelakaan tunggal dini hari, datang ke UGD
RSPTN dengan kondisi mulut berbau alkohol, gigi 11 dan 12 avulsi dan gingiva
dibagian labialnya tampak robek, setelah dikonsulkan ke poliklinik gigi direncanakan
perawatan replantasi pada 11,12 dan rekonstruksi gingiva dibagian anterior setelah
dilakukan anastesi, pasien masih tetap merasakan kesakitan, dilakukan penambahan
obat anastesi sampai sebanyak 2 ampul, namun pasien tetap merasakan kesakitan.
a. Anamnesa anda untuk kasus ini?
b. Apa kira – kira penyebab terjadinya kegagalan pada kasus ini?, alasan?
c. Bagaimana cara menanggulanginya?

Self assessment :
1. Teknik – teknik anastesi lokal
2. Persarafan pada rahang atas dan rahang bawah

Lecture 13 :
Armamentarium Bedah Mulut

drg. Mia Ayustina Prasetya, Sp.KGA.


Tindakan bedah mulut minor seperti pencabutan gigi, insisi, menjahit jaringan
maupun beragam tindakan lainhya merupakan tindakan yang kompleks, tidak hanya
memerlukan dasar pengetahuan yang handal namun juga ketrampilan memilih alat apa saja
yang digunakan. Setiap mahasiswa dokter gigi harus mengetahui instumen apa saja yang
harus digunakan agar ketika berhadapan langsung tidak merasa asing lagi.

Dalam perkuliahan ini akan dibahas pengenalan instumen bedah mulut minor dan
kegunaannya. Beberapa contoh instrument yang akan dipelajari :

- Instumen untuk memotong


Scalpel.

17
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

- Instrumen untuk menggengam


Needle holder

Lecture 14 :
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi (Simple/Close Method)
drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp. Ort.

Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi utuh atau akar gigi, tanpa rasa
sakit dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan
dapat sembuh dengan sempurna.

Indikasi untuk pencabutan gigi antara lain karena karies, nekrosis pulpa, penyakit
periodontal, alasan ortodontik, gigi malposisi, fraktur mahkota atau akar gigi, gigi impaksi,
gigi supernumerary, gigi dengan lesi patologis, gigi yang terlibat dalam fraktur rahang,
pasien radioterapi, indikasi preprosthetic dan presurgical dan faktor ekonomi. Kontraindikasi
pencabutan meliputi faktor sistemik dan lokal.

18
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

Evaluasi klinis dan radiografi diperlukan sebelum dilakukan pencabutan gigi untuk
mengetahui kemungkinan kesulitan dalam pencabutan. Instrumen utama yang digunakan
dalam pencabutan gigi adalah forceps/tang dan elevator, dengan teknik-teknik tertentu yang
harus diperhatikan untuk tiap gigi yang akan dicabut. Pasca pencabutan gigi perlu
diperhatikan cara perawatan soket dan pemberian instruksi pasca pencabutan pada pasien.

Lecture 15 :
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi (Kompleks/Open Method)
drg. L. Cinthia Hutomo, Sp.KGA

Pencabutan gigi geligi yang telah erupsi biasanya dilakukan dengan tehnik close
method, tetapi kadang-kadang tehnik ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Pencabutan gigi
melalui operasi atau open method merupakan tehnik yang digunakan untuk pengambilan akar
gigi baik yang berupa sisa akar maupun fraktur gigi yang terjadi selama proses pencabutan
yang tidak dapat di ambil dengan menggunakan tehnik biasa untuk berbagai alasan. Selain itu
tehnik open method juga digunakan pada proses pencabutan banyak gigi, dimana setelah
pencabutan biasanya dilakukan flap untuk rekonturing dan penghalusan tulang.
Pada kuliah ini akan mempelajari mengenai pencabutan gigi melalui operasi yang
meliputi prinsip-prinsip desain flap, development, management serta suturing pada
pencabutan terbuka gigi geligi akar tunggal dan agar ganda, sehingga meningkatkan
pengetahuan mahasiswa terutama pada saat menangani pasien dengan fraktur akar gigi yang
sering kali terjadi ketika proses pencabutan.

Lecture 16 :
Penatalaksanaan Pengambilan Gigi Impaksi

drg. Stefanus Agung Triwibowo, Sp.BM.

Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang dalam
waktu tertentu. Etiologi gigi impaksi antara lain, letak gigi geligi di sebelahnya, kepadatan
tulang dan ketebalan jaringan lunak di atasnya serta abnormalitas genetika, dan etiologi yang
paling sering adalah panjang lengkung rahang yang lebih pendek dibandingkan dengan
panjang total panjang lengkung gigi. Karena gigi impaksi tidak akan erupsi maka gigi
tersebut akan tinggal di dalam rahang pasien seumur hidup kecuali dilakukan pengambilan
melalui tindakan operasi. Gigi yang paling sering impaksi adalah M3 Ra dan RB diikuti oleh
C Ra dan P2 RB, hal ini disebabkan karena gigi M3 dan C RA merupakan gigi yang erupsi
pada urutan terakhir. Demikian juga dengan P2 RB yang erupsi setelah M1 RB sehingga
sering terjadi kekurangan ruang.

Secara umum, semua gigi impaksi idealnya diambil kecuali tindakan operasi
merupakan kontraindikasi. Tindakan pencabutan harus segera dilakukan sesegera mungkin
setelah dokter gigi mendiagnosa bahwa pada pasien terdapat gigi impaksi. Pengambilan gigi
impaksi akan semakin sulit dengan bertambahnya umur karena kepadatan tulang. Apabila

19
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

gigi impaksi dibiarkan sampai timbul masalah maka pasien akan berpotensi kehilangan
jaringan lunak, gigi dan tulang disekitar gigi impaksi lebih banyak lagi.

Topik ini akan membahas mengenai penatalaksanaan gigi impaksi meliputi prediksi
tingkat kesulitan dan persiapan tehnik operasi sehingga mahasiswa paham dan dapat
mempersiapkan tehnik operasi yang sesuai kondisi gigi impaksi.

Lecture 17 :

Penatalaksanaan Kelenjar Liur Minor dan Insisi Abses

drg. Stefanus Agung Triwibowo, Sp.BM.

A. PENATALAKSANAAN KELAINAN KELENJAR LIUR MINOR


Para dokter gigi sering kali dihadapkan pada kewajiban untuk memeriksa dan
merawat kelainan kelenjar liur. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan yang memadai di
bidang embriologi, anatomi dan patofisiologi untuk dapat merawat pasien-pasien dengan
kelainan tersebut. Topik ini akan membahas mengenai penataksanaan kelainan kelenjar liur
termasuk sialolithiasis dan penyumbatan kelenjar seperti mucocelle dan ranula, infeksi
kelenjar liur dan kronis, kelainan kelenjar liur karena trauma.

B. PENATALAKSANAAN INFEKSI ODONTOGEN


Penanganan infeksi odontogen merupakan salah satu tindakan tersulit di dalam bidang
kedokteran gigi. Infeksi odontogen ditimbulkan oleh gigi dan memiliki flora khusus. Karies,
penyakit periodontal dan pulpitis merupakan infeksi awal yang dapat menyebar ke area di
atas gigi yaitu prosessus alveolaris dan ke jaringan – jaringan wajah, rongga mulut, kepala
dan leher yang lebih dalam. Tingkat keparahan dari infeksi tersebut dari ringan terlokalisir
sehingga hanya diperlukan penanganan minimal sampai parah yaitu yang terjadi pada deep
facial space dan dapat menyebabkan kematian. Meskipun sebagian besar infeksi odontogenik
dapat diatasi dengan prosedur operasi minor dan pengobatan antibiotik, para dokter gigi tetap
harus waspada bahwa terkadang infeksi odontogen dapat menjadi parah dalam waktu dekat
dan menyebabkan kematian. Topik ini akan membahas tehnik penanganan infeksi odontogen
khususnya yang sudah menyebar ke jaringan lunak dan deep facial space yang meliputi
prosedur intra oral dan ekstra oral drainage serta kuretase.

Lecture 18 :
Penatalaksanaan Bedah Prostetik
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH.

Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar
dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk

20
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

pembuatan prothesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik. (Stephens,
1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi
tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan
hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mecoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan
geligi tiruan. (Panchal et al, 2001).
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya
pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan rehabilitasi sistem
pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang
objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi
tiruan.
Karakteristik jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal dan
dimensi vertical.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik.
4. Tidak ada tonjolan tulan atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.
Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk (Mattew et al, 2001) :
1. mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan).
2. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang.
3. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien.
4. Memperbaiki estetis wajah.
5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari pemasangan
protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung
protesa.
6. Memulihkan daerah yang mendukung protesa pada pasien dimana terdapat kehilangan
tulang alveolar yang banyak.
Secara umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik :
1. Bedah jaringan lunak yang mengalami hyperplasia.
2. Vestibuloplasty.
3. Tahapan pembentukan tulang.

Kata kunci : Bedah preprostetik, vestibuloplasty, frenektomi, alveolektomi, oral tori, torus
palatinus, torus mandibularis.

Lecture 19 :

Penatalaksanaan Bedah Persiapan Osseo Integrated Dental Implant


drg. Steffano Aditya Handoko, MPH.

Implan adalah perangkat medis yang diproduksi untuk menggantikan struktur biologis
hilang, mendukung struktur biologis yang rusak, atau meningkatkan struktur biologi yang

21
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

ada. Implan gigi adalah "akar" gigi, biasanya terbuat dari titanium, yang digunakan dalam
kedokteran gigi untuk mendukung restorasi yang menyerupai gigi atau sekelompok gigi
untuk mengganti gigi yang hilang. Implan gigi dapat digunakan untuk mendukung sejumlah
prostesis gigi, termasuk mahkota, jembatan implan didukung atau gigi palsu. Implan juga
dapat digunakan sebagai penjangkaran untuk pergerakan gigi ortodontik.

Kata kunci : Implan dental.

Lecture 20 :
Tehnik Suturing/Hecting
drg. L. Cinthia Hutomo, Sp.KGA.

Penyembuhan luka merupakan rangkaian beberapa proses yang meliputi inflamasi,


proliferasi sel, deposisi matriks dan remodeling jaringan yang terkoordinasi dengan sangat
baik. Sutures memiliki peranan penting pada proses penyembuhan luka setelah operasi. Oleh
sebab itu, pemilihan bahan suture terutama yang akan digunakan di dalam rongga mulut
harus dilakukan secara hati-hati, karena rongga mulut berbeda dengan bagian tubuh yang
lain. Pada rongga mulut terdapat saliva, spesifik mikroba, vaskularisasi yang tinggi juga
fungsinya yang berhubungan dengan bicara, pengunyahan dan menelan.
Tujuan utama dari dental suturing adalah memfiksasi surgical flaps sehingga proses
penyembuhan dapat berjalan secara optimal. Apabila dilakukan dengan tepat, surgical
sutures mampu memegang tepi flap pada posisi yang benar sampai proses penyembuhan luka
selesai dan jaringan kembali dapat menerima tekanan fungsional secara normal. Ketika
dilakukan tehnik sutures yang tepat dengan pemilihan jenis benang dan diameter yang sesuai
maka akan terjadi tekanan pada tepi luka, hal ini memicu terjadinya proses penyembuhan
primer. Posisi flap yang akurat sangat mempengaruhi kenyamanan pasien, hemostasis dan
mencegah kerusakan tulang. Apabila posisi tepi luka tidak baik akan menyebabkan
hemostasis yang tidak adekwat sehingga darah dan serum akan menumpuk di bawah flap,
kondisi ini akan memisahkan flap dengan tulang dibawahnya sehingga menghambat proses
penyembuhan.
Mempelajari bagaimana cara menjahit luka dan laserasi memerlukan pengertian yang
menyeluruh mengenai teori perawatan luka dan prinsip-prinsip dasar suturing. Oleh karena
itu, dengan mempelajari hal ini akan meningkatkan pengetahuan kita mengenai perawatan
luka pada pasien .

Lecture 21:
Penatalaksanaan Pasien Post Op

drg. Desak Ari Susanti, M.Kes.

Tindakan pembedahan di dalam rongga mulut diperlukan untuk kasus - kasus tertentu
seperti impaksi, pencabutan dengan kasus kompleks, kista dan lain sebagainya. Pasien sering
merasa takut dan khawatir saat harus diambil tindakan operasi, pertama khawatir akan apa

22
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016

yang terjadi saat proses operasi, dan yang kedua khawatir akan apa yang terjadi setelah
operasi nantinya. Oleh karena itu diperlukan suatu penjelasan terhadap pasien sehingga
kekhawatiran pasien terhadap tindakan bedah teratasi. Disamping itu penatalaksanaan
setelah tindakan pembedahan juga perlu diketahui untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti perdarahan, trismus maupun rasa sakit yang berkepanjangan.

23

Anda mungkin juga menyukai