Semester VI
BLOK CLINICAL DENTAL SKILL V
15 Pebruari – 4 April 2016
School of Dentistry
Faculty of Medicine Udayana University
2015
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
DOMAIN
III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
KOMPETENSI UTAMA
9.3 Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar dalam melaksanakan perawatan
gigi dan mulut
10.1 Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit / kelainan gigi dan mulut
melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
11.1 Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang
didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien.
11.2 Menentukan rujukan yang sesuai
12.1 Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati
KOMPETENSI PENUNJANG
9.3.1 Membuat rekam medik secara akurat dan komprehensif (C1, P3, A4 )
9.3.2 Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal dengan baik (C3,P3,A4).
9.3.3 Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi berdasarkan catatan medik
yang tertulis pada rekam medik (C3,P3,A4).
10.1.8 Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang memerlukan tindakan rehabilitatif
(C2, P3, A4).
10.1.9 Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan gangguan fungsi mastikasi dan
kondisi yang memerlukan perawatan (C4,P4,A4).
10.1.10 Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial (C4,P4,A4).
10.1.11 Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien dengan adanya kelainan
oromaksilofasial (C2,P3,A2).
10.1.14 Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga mulut dalam segala
usia guna menetapkan prognosis (C2,P3,A2).
10.1.15 Memastikan kelainan kongenital dan herediter dalam rongga mulut (C3,P4,A3).
11.1.1 Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut (C4,P3,A2).
11.1.2 Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang
berkaitan dengan pelaksanaan perawatan (C3,P3,A3).
11.1.4 Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik pasien
(C3,P3,A3).
11.1.5 Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional
berdasarkan diagnosis (C3,P3,A3).
11.1.8 Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat
(C4,P3,A3).
11.2.1 Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang lain terkait dengan penyakit/
kelainan pasien (C3,P3,A3).
11.2.2 Mampu melakukan rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang
terkait (C3,P3,A3).
12.1.3 Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain)
untuk prosedur restorasi dan bedah (C4,P4,A4).
1
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
PLANNERS TEAM
2
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
FACILITATORS
Keterangan :
Topik Student Project akan diundi dan pembimbing penyusunan makalah langsung
dilakukan oleh pembimbing SGD masing-masing kelompok.
Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen dari bidang
bersangkutan.
3
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
DAY/ PERSON IN
TIME ACTIVITY VENUE
DATE CHARGE
drg. Ari
I
08.00 - 09.00 Introduction ( 1 ) R. Kul lt 3 widiastuti
09.00 - 10.00 Farmakologi obat anasthesi ( 2 ) skill lab Dr. dr. Jawi
Mon 10.00 - 11.00 Farmakologi vasokonstriktor ( 3 ) Dr. dr. Jawi
15-Feb-
16 11.00 - 12.00 Break
12.00 - 13.00 IL
13.00 - 15.00 SP
4
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
16 skill lab
14.00 - 15.00 SP
VI 08.00 - 09.00 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal
Pada Pasien Dengan Masalah
Wed Sistemik ( 9 ) dr. Utara
24-Feb- R. Kul lt 3
09.00 - 10.00
16 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal skill lab
Pada Pasien Penderita Alergi ( 10 )
10.00 - 11.00 Penatalaksanaan Anasthesi Lokal drg. Ayu
Pada Pasien Anak ( 11 )
11.00 - 12.00 Break
12.00 - 13.00 IL
13.00 - 15.00 SP
VII 08.00 - 10.00 Kegagalan dan Komplikasi R. Kul lt 3 drg. Lestari
Anasthesi Lokal ( 12 ) skill lab
R. SGD
Fri 10.00 - 12.00 SGD Grup II
gedung FK fasilitator
26-Feb-
16 12.00 - 13.00 Break
13.00 - 15.00 SP
R. Kul lt 3
VIII Quiz Grup II (1,9,10,11,12)
08.00 - 10.00 skill lab pengurus blok
10.00 - 11.00 IL
Mon 11.00 - 12.00 Break
29-Feb- R. Kul lt 3
Plenary Grup II (1,9,10,11,12)
16 12.00 - 14.00 skill lab team lecture
14.00 - 15.00 SP
IX 08.00 - 10.00 Armamentarium Bedah Mulut (13 ) drg. Sidi
R. Kul lt 3
10.00 - 12.00 Penatalaksanaan Pencabutan Gigi ( drg. Ika
skill lab
Wed Simple /Close Method )( 14 )
2-Mar-
16 12.00 - 13.00 Break
13.00 - 14.00 IL
14.00 - 15.00 SP
X 08.00 - 09.00 IL
R. Kul lt 3
09.00 - 11.00
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi ( skill lab drg. Cinthia
Fri Kompleks /Open Method ) ( 15 )
4-Mar- R. SGD
11.00 - 13.00 SGD Grup III dan IV
16 gedung FK Fasilitator
13.00 - 14.00 Break
14.00 - 15.00 SP
XI 08.00 - 09.00 Penatalaksanaan Gigi Impaksi (16)
09.00 - 10.00 Penatalaksanaan Kelaianan
Mon Kelenjar Liur (17A) R. Kul lt 3
drg. Stefanus
7-Mar- skill lab
Penatalaksanaan Insisi Abses( 17B )
16 10.00 - 11.00
5
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
6
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
7
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
ABSTRACTS
Lecture 1
Introduction
drg. I G A Ari Widiastuti
Ruang lingkup riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium pada
pasien yang dirawat bedah dentoalveolar berbeda dari pasien yang bedah biasa. Seorang
dokter gigi harus bisa mencari riwayat kesehatan yang dapat mempengaruhi perawatan gigi
yang akan dilakukan. Dokter gigi dididik dalam ilmu-ilmu dasar dan praklinis ilmu
kedokteran, khususnya yang berkaitan dengan area maksilofasial. Keahlian khusus ini dalam
topik medis yang berkaitan dengan anamnesa langsung sehingga seorang dokter gigi mampu
bekerja dalam tim. Tanggung jawab ini yang menunjukkan bahwa seorang dokter gigi
mampu mengenali dan memberikan perawatan yang tepat untuk kondisi rongga mulut
patologis. Tujuannya agar membantu menegakkan diagnosa dan membuat rencana
perawatan. Untuk menjaga keahlian ini, seorang dokter gigi harus mengetahui perkembangan
baru dalam kedokteran, menjadi waspada ketika merawat pasien dan siap berkomunikasi luas
namun memberikan evaluasi singkat dari kesehatan mulut pasien bagi praktisi kesehatan
lainnya.
Lecture 2 dan 3
Farmakologi Obat Anastesi dan Farmakologi vasokontriktor
8
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
abses sedangkan efek samping sistemik antara lain neurologis pada Susunan Saraf Pusat,
respirasi, kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal dan hematologi Beberapa interaksi obat
anestesi lokal antara lain pemberian bersamaan dapat meningkatkan potensi masing-masing
obat. penurunan metabolisme dari anestesi lokal serta meningkatkan potensi intoksikasi.
Intravena
Nerve- block Lokal anestesi di injeksikan dekat dengan Sebagian besar
cabang syaraf agar dapat menghilangkan
Anestesi sensasi yang ada. Lokal anestesi bisa
digunakan
Digunakan pada operasi dan kedokteran gigi
Spinal Untuk operasi perut, kaki, atau operasi – Sebagian besar
operasi yng tidak dapat menggunakan lidokain
Anestesi General anestesi
Epidural Untuk menghilangkan sakit pada ibu – ibu Sebagian besar
yang akan melahirkan lidokain &
Anestesi bupivakain
Learning Task
Seorang dokter gigi akan melakukan tindakan di tempat praktek. Dokter gigi tersebut
memberian obat anestesi prokain yang dikombinasi dengan adrenalin.
9
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Lecture 4 :
Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi Lokal
2. Seorang pasien wanita umur 65 thn. datang untuk membuat gigi palsu karena
kesulitan mengunyah, pada kondisi intra oral tampak OH pasien buruk dan banyak
gigi yang sudah hilang dan sisa akar terutama pada gigi – gigi posterior. Kondisi
umum diperoleh : tensi 170/80 mmHg, Pada anamnesa pasien mengatakan tidak ada
kelainan sistemik yang menyertai dan sudah pernah melakukan pencabutan gigi
sebelumnya.
a. Apakah pasien indikasi untuk dilakukan anasthesi lokal?, utarakan alasannya.
b. Apa yang harus anda lakukan untuk merawat pasien tersebut pada kunjungan
pertama ini?
c. Apakah rencana selanjutnya yang akan kalian kerjakan dalam penatalaksanaan
pasien tersebut?
d. Apakah pemilihan teknik anastesi yang kalian lakukan untuk gigi RB posterior?,
mengapa?
e. Pemilihan obat anastesi apa sebaiknya dipergunakan dalam anastesi pasien ini?,
alasannya?
10
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Lecture 5 :
Armamentarium Anastesi
Lecture 6 :
Penatalaksanaan Anastesi Topikal
Lecture 7 :
Penatalaksanaan Anasthesi pada Maksila
drg. I G A Dyah Ambarawati
Istilah anastesi di perkenalkan pertama kali oleh O. W. Holmes yang artinya tidak ada
rasa sakit. Anastesi di bagi menjadi 2 kelompok yaitu anastesi lokal dan anastesi umum.
Anastesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran dan anastesi
umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anastesi lokal di definisikan
sebagai suatu tindakkan yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh
11
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
secara sementara yang disebabkan adanya depresi eksitasi di ujung saraf atau menghambat
proses konduksi pada saraf perifer.
Teknik anastesi infiltrasi adalah metode untuk kontrol nyeri atau untuk anastesi dengan cara
mendepositkan larutan anastesi di dekat serabut terminal saraf dan akan terinfiltrasi
disepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan dan menimbulkan efek anastesi dari
daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.
Teknik blok anastesi adalah teknk yang digunakan dengan tujuan satu kali suntikan dapat
mencakup area kerja yang luas, sehingga dapat menpersingkat waktu dan memberi
kenyamanan pada pasien yang disesuaikan denyan nervus pada rahang atas.
Lecture 8 :
Penatalaksanaan Anasthesi Pada Rahang Bawah
Anastesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan
terbatas yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut
saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi nervus perifer. Aestesi lokal memastikan,
untuk satu hal, bahwa tindakan invasif pada gigi menjadi pengalaman yang nyaman dan tanpa
rasa sakit untuk pasien. Hal ini memungkinkan dokter gigi melakukan perawatan dengan
tenang dan terkonsentrasi .
Penggunaan anestesi lokal dalam kedokteran gigi untuk orang dewasa dan anak-
anak membutuhkan pengetahuan mendalam tentang anatomi, farmakologi dan di mana
anestesi harus diberikan. Selain itu dokter gigi dituntut memiliki pengetahuan tentang
komplikasi local dan sistemik dan penggunaan anastesi lokal pada pasien berisiko.
Istilah injeksi supraperiosteal digunakan untuk menunjukkan tempat di dalam
jaringan, dimana anastetikum dideponir dalam hubungannya dengan periosteum.
Anastetikum yang dideponir di atas periosteum setinggi apeks gigi akan mengalir ke dalam
periosteum dan tulang melalui proses difusi, berpenetrasi ke dalam serabut saraf yang masuk
ke apeks gigi. Teknik ini juga disebut “infiltrasi”.
Istilah “injeksi blok” berarti bahwa anastetikum dideponir pada suatu titik diantara
otak dan daerah yang akan diterapi, yang akan menembus batang saraf atau seraut saraf pada
titik tempat anastetikum dideponir sehingga memblok sensasi yang dating dari distal.
Tulang korteks bukal pada premolar dan molar rahang bawahmenghambat difusi
cairan anestesi ke apikal gigi, sehingga hanya terpusat di tulang rahang. Pada pasien dewasa
dibutuhkan anastesi mandibula blok untuk anestesi yang efektif. Di daerah caninus dan
incicivus rahang bawah, tulang korteks lebih tipis dan akar gigi terletak di sisi bukal rahang.
Di sini, anestesi infiltrasi efektif bila dilakukan.
Nervus mentalis meninggalkan rahang melalui foramen mentalis dan menginervasi
mukosa bukal dan gingiva, bibir bawah dan kulit dagu . Oleh karena itu , anaesthesi n.
mentalis tidak akan menganaesthesi gigi pada orang dewasa.
Sisi lingual mandibula dipersarafi oleh nervus lingualis. Saraf ini dapat dianastesi
baik oleh blok anestesi ataupun infiltrasi. Dokter gigi harus menghindari menusuk dasar
mulut terlalu sering karena hal ini meningkatkan risiko hematoma dan transportasi bakteri
melalui jarum suntik. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dasar mulut.
12
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Blok anestesi nervus bukalis mungkin dilakukan. Saraf ini berjalan di daerah lingual
melintasi sisi depan ramus mandibula di atas occlusal plane. Kemudian n. bukalis berjalan
caudo-ventral menginervasi mukosa bukal dan gingiva di daerah M3 hingga P2 rahang bawah.
Karena ketinggian di mana n. bukalis melintasi mandibula bervariasi, anestesi infiltrasi di
daerah bukal untuk masing-masinggigi juga merupakan teknik yang sangat baik untuk
anaesthesi gingiva dan mukosa.
Lecture 9 :
Penatalaksanaan Anasthesi Lokal pada Pasien dengan Masalah Sistemk
13
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Sistem kardiovaskular
Pengaruh utama lidokain pada otot jantung ialah menyebabkan penurunan
eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi. Lidokain juga menyebabkan
vasodilatasi arteriol. Efek terhadap kardiovaskular biasanya baru terlihat sesudah dicapai
kadar obat sistemik yang tinggi, dan sesudah menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.
Otot polos
In vitro maupun in vivo, lidokain berefek spasmolitik dan tidak berhubungan dengan
efek anestetik. Efek spasmolitik ini mungkin disebabkan oleh depresi langsung pada otot
polos, depresi pada reseptor sensorik, sehingga menyebabkan hilangnya tonus refleks
setempat.
Learning Task
1. Laki-laki, 50 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan sakit pada gigi
belakang bawah kanan, setelah dievaluasi didapatkan gigi impaksi pada gigi 48 dan
anda rencanakan untuk odontektomi. Dari anamnesa, anda dapatkan pasien dengan
riwayat penyakit jantung yang diderita sejak 2 tahun yang lalu dan saat ini masih
mengkonsumsi obat pengencer darah.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan obat pengencer darah dengan tindakan odontektemi?
2. Perempuan, 50 tahun, datang ke tempat praktek dengan keluhan sakit pada gigi
belakang kanan atas. Setelah dilakukan evaluasi dan rawat harus dilakukan ekstraksi
pada gigi. Pasien dengan riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu dan tidak
teratur minum obat.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan diabetes mellitus dengan obat anestesi local dan tindakan
ekstraksi?
3. Perempuan, 30 tahun datang ke tempat praktek dengan keluhan sakit gigi. Setelah
anda evaluasi, anda dapatkan pasien dengan periodontitis pada gigi 46 dan setelah
14
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
anda rawat harus dilakukan ekstraksi. Dari anamnesa didapatkan saat ini pasien
mengandung anak kedua dengan usia kehamilan 20-21 minggu.
a. Lakukan analisis pada pasien tersebut diatas.
b. Bagaimana dengan penggunaan obat anestesi local pada pasien diatas?
c. Bagaimana hubungan kehamilan dengan obat anestesi local?
d. Obat apa yang harus dihindari pada wanita hamil?
Lecture 10 :
Komplikasi obat anestesi lokal dan pencegahannya
dr. I G A Utara Hartawan, Sp.An.
Tujuan :
1. Mahasiswa memahami reaksi alergi dari obat anestesi lokal.
2. Mahasiswa memahami toksisitas sistemik dari obat anestesi lokal.
3. Mahasiswa memahami penanganan toksisitas sistemik obat anestesi lokal.
Efek samping anestetik lokal terjadi akibat adanya reaksi alergi dan toksisitas sistemik
akibat dari kelebihan konsentrasi obat pada plasma dan konsentrasi obat pada jaringan.
Terjadinya kejang pada anestesia regional sekitar 1-4 pasien per 1.000 pasien yang
mendapatkan terapi anestetik lokal, bupivacaine merupakan obat yang paling sering
dihubungkan dengan kejadian ini.
Kejadian reaksi alergi adalah jarang meskipun seringnya penggunaan obat anestetik
lokal. Diperkirakan efek samping akibat obat anestetik lokal (kurang dari 1 %) adalah
mekanisme alergi. Reaksi alergi lebih sering terjadi pada penggunaan anestetik lokal ester
yang menghasilkan metabolit paraaminobenzoic acid. Reaksi alergi akibat penggunaan
anestetik lokal juga dapat disebabkan oleh methylparaben atau zat yang serupa yang sering
digunakan sebagai pengawet untuk sediaan anestetik lokal. Struktur dari bahan pengawet ini
mirip dengan paraaminobenzoic acid.
Injeksi obat anestetik lokal secara langsung ke dalam intravaskular adalah penyebab
tersering terjadinya konsentrasi obat berlebihan di dalam plasma. Besarnya absorpsi sistemik
tergantung pada (1) dosis yang dimasukkan ke dalam jaringan, (2) vaskularisasi di daerah
injeksi, (3) kandungan epinephrine dalam larutan, dan (4) sifat fisio-kimia dan obat.
Penambahan 5 ug epinephrine pada setiap larutan obat anestetik lokal (contoh; larutan 1 :
200.000) akan mengurangi absorpsi sebanyak sepertiganya. Toksisitas sistemik oleh obat
anestetik lokal akan melibatkan sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular.
LEARNING TASK
Pasien laki-laki, 36 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan sakit gigi. Setelah
anda evaluasi dan rawat, anda memutuskan harus dilakukan ekstraksi. Pasien mempunyai
berat badan 85 kg dan tinggi badang 155 cm. pasien mempunyai banyak alergi obat tetapi
lupa dengan nama obat.
1. Hal-hal apa yang anda harus perhatikan jika pasien mempunyai kecurigaan alergi
terhadap obat anestesi local yang anda gunakan? Dan jika terjadi syok anafilaktik, apa
yang anda harus kerjakan?
15
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
2. Jika anda perlu menggunakan obat anestesi local lidokain, toksisitas apa saja yang
mungkin terjadi pada pasien tersebut diatas?
3. Bagaimana manajemen pasien dengan toksisitas obat anestesi local?
4. Bagaimana mekanisme kejadian alergi obat anestesi local?
Lecture 11 :
Penatalaksanaan Anasthesi Lokal pada Pasien Anak
Tidak dapat dipungkiri bahwa pasien anak akan mengalami rasa takut bila akan
dianestesi. Dokter gigi harus mengadapi kondisi tersebut dengan berbagai cara disesuaikan
dengan kondisi psikologis masing-masing anak dan memilih metode penatalaksanan anestesi
local yang sesuai tanpa rasa nyeri, sehingga pasien anak bersedia menjalani tindakan anestesi.
Kunci dari keberhasilan dari penatalaksanaan anestesi lokal adalah memperlakukan pasien
anak dengan empati.
Pasien anak cenderung membutuhkan perasaan aman dan dukungan oleh orang-orang
yang dikenal saat menjalani tindakan perawatan oleh dokter gigi terutama pada saat
kunjungan pertama ke dokter gigi. Pasien anak harus diberi penjelasan dengan bahasa atau
istilah yang mudah dimengerti oleh anak-anak mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan dan rasa yang akan akan dialami oleh pasien anak yang bersangkutan. Teknik
penatalaksanaan prosedur anestesi lokal juga dipilih yang menimbulkan rasa nyeri paling
minimal sehingga pasien anak yang bersangkutan merasa lebih nyaman saat prosedur tersebut
dilaksanakan.
Lecture 12 :
Kegagalan dan Komplikasi Anasthesi Lokal
drg. Putu Lestari Sudirman, M.Biomed.
Dalam bidang kedokteran gigi sering dipergunakan anastesi lokal sebagai prosedur
penanganan pasien dengan kasus – kasus tertentu. Pada tindakan ini kerap dijumpai
kegagalan – kegagalan yang secara garis besarnya dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu : faktor
pasien dan faktor operator.
Faktor pasien dapat dijabarkan menjadi beberapa hal yang terkait dengan, variasi
anatomi, patofisiologis dan psikologis, sedangkan pada faktor operator sendiri dapat
dijabarkan menjadi kesalahan memilih teknik, kesalahan pelaksanaan teknik, kerusakan pada
alat/armamentarium yang dipergunakan.
Pada topik ini dilakukan pembbahasan mengenai faktor – faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan anastesi lokal, manifestasi yang kerap dijumpai dan cara menanggulangi.
Learning Task :
16
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Self assessment :
1. Teknik – teknik anastesi lokal
2. Persarafan pada rahang atas dan rahang bawah
Lecture 13 :
Armamentarium Bedah Mulut
Dalam perkuliahan ini akan dibahas pengenalan instumen bedah mulut minor dan
kegunaannya. Beberapa contoh instrument yang akan dipelajari :
17
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Lecture 14 :
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi (Simple/Close Method)
drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp. Ort.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi utuh atau akar gigi, tanpa rasa
sakit dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan
dapat sembuh dengan sempurna.
Indikasi untuk pencabutan gigi antara lain karena karies, nekrosis pulpa, penyakit
periodontal, alasan ortodontik, gigi malposisi, fraktur mahkota atau akar gigi, gigi impaksi,
gigi supernumerary, gigi dengan lesi patologis, gigi yang terlibat dalam fraktur rahang,
pasien radioterapi, indikasi preprosthetic dan presurgical dan faktor ekonomi. Kontraindikasi
pencabutan meliputi faktor sistemik dan lokal.
18
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
Evaluasi klinis dan radiografi diperlukan sebelum dilakukan pencabutan gigi untuk
mengetahui kemungkinan kesulitan dalam pencabutan. Instrumen utama yang digunakan
dalam pencabutan gigi adalah forceps/tang dan elevator, dengan teknik-teknik tertentu yang
harus diperhatikan untuk tiap gigi yang akan dicabut. Pasca pencabutan gigi perlu
diperhatikan cara perawatan soket dan pemberian instruksi pasca pencabutan pada pasien.
Lecture 15 :
Penatalaksanaan Pencabutan Gigi (Kompleks/Open Method)
drg. L. Cinthia Hutomo, Sp.KGA
Pencabutan gigi geligi yang telah erupsi biasanya dilakukan dengan tehnik close
method, tetapi kadang-kadang tehnik ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Pencabutan gigi
melalui operasi atau open method merupakan tehnik yang digunakan untuk pengambilan akar
gigi baik yang berupa sisa akar maupun fraktur gigi yang terjadi selama proses pencabutan
yang tidak dapat di ambil dengan menggunakan tehnik biasa untuk berbagai alasan. Selain itu
tehnik open method juga digunakan pada proses pencabutan banyak gigi, dimana setelah
pencabutan biasanya dilakukan flap untuk rekonturing dan penghalusan tulang.
Pada kuliah ini akan mempelajari mengenai pencabutan gigi melalui operasi yang
meliputi prinsip-prinsip desain flap, development, management serta suturing pada
pencabutan terbuka gigi geligi akar tunggal dan agar ganda, sehingga meningkatkan
pengetahuan mahasiswa terutama pada saat menangani pasien dengan fraktur akar gigi yang
sering kali terjadi ketika proses pencabutan.
Lecture 16 :
Penatalaksanaan Pengambilan Gigi Impaksi
Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang dalam
waktu tertentu. Etiologi gigi impaksi antara lain, letak gigi geligi di sebelahnya, kepadatan
tulang dan ketebalan jaringan lunak di atasnya serta abnormalitas genetika, dan etiologi yang
paling sering adalah panjang lengkung rahang yang lebih pendek dibandingkan dengan
panjang total panjang lengkung gigi. Karena gigi impaksi tidak akan erupsi maka gigi
tersebut akan tinggal di dalam rahang pasien seumur hidup kecuali dilakukan pengambilan
melalui tindakan operasi. Gigi yang paling sering impaksi adalah M3 Ra dan RB diikuti oleh
C Ra dan P2 RB, hal ini disebabkan karena gigi M3 dan C RA merupakan gigi yang erupsi
pada urutan terakhir. Demikian juga dengan P2 RB yang erupsi setelah M1 RB sehingga
sering terjadi kekurangan ruang.
Secara umum, semua gigi impaksi idealnya diambil kecuali tindakan operasi
merupakan kontraindikasi. Tindakan pencabutan harus segera dilakukan sesegera mungkin
setelah dokter gigi mendiagnosa bahwa pada pasien terdapat gigi impaksi. Pengambilan gigi
impaksi akan semakin sulit dengan bertambahnya umur karena kepadatan tulang. Apabila
19
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
gigi impaksi dibiarkan sampai timbul masalah maka pasien akan berpotensi kehilangan
jaringan lunak, gigi dan tulang disekitar gigi impaksi lebih banyak lagi.
Topik ini akan membahas mengenai penatalaksanaan gigi impaksi meliputi prediksi
tingkat kesulitan dan persiapan tehnik operasi sehingga mahasiswa paham dan dapat
mempersiapkan tehnik operasi yang sesuai kondisi gigi impaksi.
Lecture 17 :
Lecture 18 :
Penatalaksanaan Bedah Prostetik
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH.
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar
dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk
20
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
pembuatan prothesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik. (Stephens,
1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi
tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan
hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mecoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan
geligi tiruan. (Panchal et al, 2001).
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya
pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan rehabilitasi sistem
pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang
objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi
tiruan.
Karakteristik jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal dan
dimensi vertical.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik.
4. Tidak ada tonjolan tulan atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.
Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk (Mattew et al, 2001) :
1. mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan).
2. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang.
3. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien.
4. Memperbaiki estetis wajah.
5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari pemasangan
protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung
protesa.
6. Memulihkan daerah yang mendukung protesa pada pasien dimana terdapat kehilangan
tulang alveolar yang banyak.
Secara umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik :
1. Bedah jaringan lunak yang mengalami hyperplasia.
2. Vestibuloplasty.
3. Tahapan pembentukan tulang.
Kata kunci : Bedah preprostetik, vestibuloplasty, frenektomi, alveolektomi, oral tori, torus
palatinus, torus mandibularis.
Lecture 19 :
Implan adalah perangkat medis yang diproduksi untuk menggantikan struktur biologis
hilang, mendukung struktur biologis yang rusak, atau meningkatkan struktur biologi yang
21
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
ada. Implan gigi adalah "akar" gigi, biasanya terbuat dari titanium, yang digunakan dalam
kedokteran gigi untuk mendukung restorasi yang menyerupai gigi atau sekelompok gigi
untuk mengganti gigi yang hilang. Implan gigi dapat digunakan untuk mendukung sejumlah
prostesis gigi, termasuk mahkota, jembatan implan didukung atau gigi palsu. Implan juga
dapat digunakan sebagai penjangkaran untuk pergerakan gigi ortodontik.
Lecture 20 :
Tehnik Suturing/Hecting
drg. L. Cinthia Hutomo, Sp.KGA.
Lecture 21:
Penatalaksanaan Pasien Post Op
Tindakan pembedahan di dalam rongga mulut diperlukan untuk kasus - kasus tertentu
seperti impaksi, pencabutan dengan kasus kompleks, kista dan lain sebagainya. Pasien sering
merasa takut dan khawatir saat harus diambil tindakan operasi, pertama khawatir akan apa
22
Study Guide Clinical Dental Skill V 2015 - 2016
yang terjadi saat proses operasi, dan yang kedua khawatir akan apa yang terjadi setelah
operasi nantinya. Oleh karena itu diperlukan suatu penjelasan terhadap pasien sehingga
kekhawatiran pasien terhadap tindakan bedah teratasi. Disamping itu penatalaksanaan
setelah tindakan pembedahan juga perlu diketahui untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti perdarahan, trismus maupun rasa sakit yang berkepanjangan.
23