Anda di halaman 1dari 7

Alternatif Konstruksi Soldier Hexagonal Pile

Sebagai Dinding Penahan Tanah


Oleh :
Ir.Djoko Soepriyono, MT, SH, M.Hum *
Ir. Helmy Darjanto MT **

Abstrak : Pada umumnya penyelesaian untuk mengatasi kelongsoran pada talud


sungai banyak digunakan konstruksi sheetpile sebagai dinding penahan
kelongsoran tanah. Di Surabaya dan sekitarnya penggunaan sheetpile dari beton
maupun baja banyak digunakan untuk mengatasi kelongsoran tebing
sungai/saluran. Konstruksi sheetpile yang ditanam berderet/berbaris sesuai
dengan bentuk alinemen tebing saluran. Oleh karenanya konstruksi tersebut
dapat diganti dengan tiang pancang berbentuk segi 6 (hexagonal) yang ditanam
berbaris juga atau disebut konstuksi soldier (hexagonal) pile yang sama-sama
berfungsi sebagai dinding penahan tanah. Penggunaan konstruksi soldier
(hexagonal) pile sebagai dinding penahan tanah mudah dilaksanakan dan kontrol
kualitas juga terjamin karena precast (fabrikasi). Perencanaan dengan
penggunaan konstruksi ini dirancang pada amblesnya dinding penahan tanah
pada perumahan mewah Prambanan Residence, Surabaya Barat.

Kata kunci : sheetpile, kelongsoran, soldier (hexagonal) pile, mudah


dilaksanakan, precast

1. PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pada areal jalan masuk perumahan mewah Prambanan Residence, sebelah
kiri jalan masuk dibatasi saluran utama yang nampaknya dahulu berfungsi
sebagai saluran pembuang irigasi. Saluran ini cukup lebar dan menjadi saluran
utama di perumahan Prambanan Residence dan sekitarnya. Saluran tersebut juga
merupakan drainase perumahan/kota yang terintegrasi.
Oleh karena dirancang sebagai bagian yang terintegrasi dari drainase kota
maka dinding-dinding saluran dibuat rapi dengan teknik plengsengan, dan
dinding penahan tanah dengan fondasi straus (Gambar 1).
Plengsengan
Dinding Penahan
timbunan

Tanah
3.3 m

Muka tanah asli

Tiang Straus φ30,


jarak 4 m dan
dalam 4 m

Gambar 1. Penampang Saluran


Akan tetapi dinding-dinding plengsengan saluran tersebut mengalami
kerusakan/failure atau ambles. Hal ini yang akan dievaluasi mengapa dinding-
dinding plengsengan tersebut mengalami kerusakan yang dikhawatirkan
kerusakan plengsengan akan mengakibatkan keruntuhan dinding penahan tanah
di atasnya.
Dengan kondisi saat ini masih diprediksi hujan turun dengan lebat maka
kondisi itu akan meningkatkan aliran permukaan dan naiknya muka air tanah
yang dapat mengakibatkan gerusan pada permukaan plengsengan yang telah
mengalami ambles sehingga akan memperparah kerusakan plengsengan bahkan
bisa menimbulkan kelongsoran tanggul. Hal ini harus dicegah lebih dini.

1.2. Hexagonal Pile


Hexagonal Pile adalah tiang pancang beton pratekan berbentuk segi enam
yang dibuat secara precast sehingga pengendalian mutunya terjamin. Standar
yang digunakan adalah JIS 3536 atau ASTM Grade 270 dengan mutu beton fc′ = 50
Mpa. Bentuk penampang hexagonal pile dapat dilihat Gambar 2 di bawah ini.

d
D

Gambar 2. Penampang Hexagonal Pile


Dari Gambar 1 notasi d = diameter lubang dan D = diagonal dari
hexagonal. Sedangkan Gambar 3 adalah penampang melintang dari konstruksi
soldier (hexagonal) pile.

Gambar 3. Penampang Soldier Hexagonal Pile

1.3. Dinding Penahan Tanah dan Kestabilan Lereng


Konstruksi dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan
tanah arah lateral. Tekanan arah lateral terjadi jika terjadi perbedaan tinggi
pada permukaan tanah. Untuk ketinggian moderat hingga 6 m terhadap dredge
line penggunaan kantilever masih bisa digunakan.
Kestabilan lereng diperlukan untuk mendapatkan tempat kedudukan
bidang gelincir serta angka keamanan yakni kemampuan geser tanah menahan
gaya gelincir tanah. Jika bidang gelincir dapat diketahui maka kedalaman tiang
yang optimal dapat ditentukan.
Analisa dinding penahan tanah, kestabilan lereng dan tegangan geser
tanah yang terjadi menggunakan prinsip-prinsip dari metode elemen hingga,
kemudian perhitungannya dibantu oleh piranti lunak PLAXIS.
2. DATA dan METODE
2.1. DATA
3.1.1. Tanah
Dari hasil laporan penyelidikan tanah di lokasi tersebut maka 4 meter di
bawah saluran air adalah jenis tanah lempung dengan konsistensi lunak, cu = 20
kN/m2, γsat = 16 kN/m2. Selanjutnya konsistensi tanah meningkat sesuai dengan
kedalamannya.
Kondisi ini adalah tipikal lapisan tanah di sekitar Surabaya Barat,
sayangnya uji kembang susut tanah tidak dilakukan karena kembang susut tanah
juga bisa merusak sarana dan prasarana fisik jalan dan saluran.
Parameter material tanah sebagai input dari PLAXIS dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Parameter Tanah


Jenis Tanah γdry γwet E CU φ υ
kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 degree
Urug 15.00 18.00 3600 5.00 30 0.3
Soft Clay 11.50 13.50 1000 18.00 0 0.3
Medium Clay 15.00 17.00 14000 30.00 0 0.3
Stiff Clay 15.00 17.00 21000 100.00 0 0.3

3.1.2. Tiang
Untuk data tiang, spesifikasi teknis hexagonal pile dimensi 30 cm & 40 cm
dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Spesifikasi Teknis Hexagonal Pile


D Keliling d A I Mult W Keterangan
(cm) cm (cm) (cm2) (cm4) (ton-m) (kg/m)
30 90 0 584 29229 3.1 140 d= diameter lubang
40 120 20 725 78748 8.3 174 A= luas penampang beton
I = momen inersia
Mult= momen ultimit
W= berat tiang per meter

3.1.3. Konstruksi Exsisting


Awalnya ketinggian tanah di sekitarnya maksimal setinggi plengsengan
dari drainase. Oleh karena adanya pembangunan perumahan maka di sisi barat
saluran diurug lagi kemudian diberi dinding penahan tanah dengan diberi strauss
sedalam 4 m dan jarak 4 m.
Ketinggian exsisting dari dinding penahan tanah/timbunan berkisar 3.3 m
dari muka tanah asli (lempung lunak), lihat Gambar 1.

2.2. METODE
Metode yang dilakukan adalah melakukan evaluasi perhitungan konstruksi
exsisting berdsarkan data di atas dan informasi informal bagaimana tahapan dan
kapan konstruksi tersebut dilaksanakan. Setelah itu dilakukan penyelesaian
permasalahan dengan merencanakan konstruksi soldier hexagonal pile.
Sedangkan untuk analisa biaya tidak disertakan karena beberapa
pertimbangan. Logikanya, alternatif ini diajukan tentunya sudah memper-
hitungkan analisa biaya terhadap konstruksi sheetpile sebagai pembanding
(apple to apple).

3. HASIL dan PEMBAHASAN


3.1. HASIL
Analisa perhitungan beserta evaluasinya dilakukan pada kondisi existing
dan bagaimana solusinya untuk mengatasi kerusakan yang terjadi tersebut.
Perhitungan menggunakan metode elemen hingga dan pola keruntuhan yang
dipakai adalah prinsip mohr – coulomb. Untuk menghitung analisa tersebut,
digunakan piranti lunak PLAXIS Ver. 7.2.

3.2.1. Analisa & Evaluasi Existing


Untuk mengevaluasi kerusakan yang terjadi maka dibutuhkan identifikasi
langkah-langkah pelaksanaan (Construction Stages) konstruksi tersebut. Adapun
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Membuat plengsengan (tentunya dg urugannya). Selanjutnya katakan
setelah 360 hari (data informal) dilanjutkan ke langkah ke 2,
2. Membuat dinding penahan tanah (urugan dan fondasi straus). Selanjutnya
katakan setelah 360 hari (data informal) terjadi keruntuhan.
Identifikasi ini sangat dibutuhkan agar pemodelan program PLAXIS bisa
lebih realistis.
Hasil dari program PLAXIS untuk kondisi di atas dapat dilihat pada Gambar
4.

Urug

Soft Clay

Medium Clay

Stiff Clay

a b
Gambar 4. Total Displacement Dari Existing
Dari Gambar 4, kerusakan plengsengan diakibatkan oleh pergerakan
deformasi yang besar hingga mencapai 785 mm. Kondisi ini terlihat jelas pada
Gambar 4 b, yakni warna merah - dominan terjadi pada dinding plengsengan.
Perpindahan sebesar 785 mm ini yang menyebabkan kerusakan pada dinding-
dinding plengsengan. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani maka gerusan
akibat aliran air di saluran akan mempercepat proses kelongsoran.

3.2.2. Analisa Perhitungan Soldier Hexagonal Pile


Untuk mencegah kelongsoran tersebut digunakan dinding penahan tanah
dari beton pratekan yakni tiang pancang hexagonal dengan dimensi 30 cm dan 40
cm yang ditanam berbaris (Soldier Hexagonal Pile). Soldier Hexagonal Pile ini
diletakkan pada sisi sebelah luar dari dinding penahan tanah existing (fondasi
straus), dengan panjang 11.3 ≈ 12 m, lihat Gambar 5.

Soldier Hexagonal
Pile

Gambar 5. Soldier Hexagonal Pile – 30 cm & 40 cm


Langkah pelaksanaan melanjutkan dari langkah existing (3.2.1. Analisa
dan Evaluasi Existing) adalah sebagai berikut :
1. Lihat langkah pelaksanaan 3.2.1,
2. idem,
3. Konsolidasi,
4. Melaksanakan soldier hexagonal pile.
Dari running program PLAXIS menghasilkan total displacement dari soldier
hexagonal pile D = 30 cm dan 40 cm, masing-masing sebesar 83 mm & 52 mm
(Gambar 6).
Dari Gambar 6 (a & b), terlihat jelas bahwa perpindahan yang terjadi
dominan berwarna kuning artinya solusi penggunaan dinding penahan tanah
dengan soldier hexagonal pile bisa dilaksanakan atau mampu mencegah
kelongsosran akibat rusaknya plengsengan. Bentuk deformasi yang lain (mesh)
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gaya dalam momen yang terjadi pada soldier hexagonal pile dapat dilihat
pada Gambar 8.

Gambar 6. a) Total Displacement Dari Soldier Hexagonal Pile – 30 cm


Gambar 6. b) Total Displacement Dari Soldier Hexagonal Pile – 40 cm

D30 cm D40 cm
Gambar 7. Deformed Mesh Dari Soldier Hexagonal Pile – 30 cm & 40 cm

D30 cm D40 cm
Gambar 8. Momen Yang Terjadi Pada Soldier Hexagonal Pile – 30 cm & 40 cm
Sedangkan cek terhadap angka keamanan terhadap kelongsoran dapat
dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

Gambar 9. Angka Keamanan

3.2. PEMBAHASAN
Masing-masing dimensi soldier hexagonal pile menerima momen sebesar
46.7 kNm/m & 54.9 kNm/m sedangkan dalam 1 meter terdapat 4 hexagonal pile
dimensi 30 cm dan 3 hexagonal pile dimensi 40 cm maka cek terhadap kekuatan
momen bahan adalah sebagai berikut :
1. Dimensi 30 cm Mijin bahan = (4 * 3.1) / (SF =2) = 6.2 tonm = 62.0 kNm/m >
46.7 kNm (OK).
2. Dimensi 40 cm Mijin bahan = (3 * 8.3) / (SF =2) = 12.45 tonm = 124.5 kNm/m >
54.9 kNm (OK).
Sehingga kedua dimensi tiang D = 30 cm & 40 cm dengan kedalaman 11. 3
≈ 12 m aman terhadap momen.
Selain kontrol terhadap material. Konstruksi dinding penahan tersebut
perlu juga dicek terhadap kelongsoran. Dari Gambar 9 angka keamanan yang
terjadi 2.4 > 1.5 maka aman terhadap kelongsoran.

4. KESIMPULAN & SARAN


Dari analisa dan evaluasi di atas maka disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan sheetpile dari deretan tiang (soldier pile) hexagonal dimensi 30
cm dan 40 cm dan setinggi 11.3 ≈ 12.0 meter, masing-masing menghasilkan
deformasi sebesar 83 mm & 52 mm. Deformasi ini masih dalam batas aman.
2. Selain itu kontrol terhadap kelongsoran konstruksi dinding penahan tanah,
soldier hexagonal pile, menghasilkan angka keamanan sebesar 2.4 > 1.5 yang
aman terhadap kelongsoran.
Disarankan jika menggunakan soldier hexagonal pile, perlu dibuatkan pile
cap agar terlihat rapi dan menjadi satu unit.

PENULIS
Ir. H. Djoko Soepriyono, MT., SH., MHum Wakil Ketua Umum DPN INKINDO,
Anggota HATTI, Sertifikat G1
Ir. Helmy Darjanto, MT Anggota HATTI, Sertifikat G1

Anda mungkin juga menyukai