Anda di halaman 1dari 9

Nama: Fahmi Nur Ahmadian

Nim: 07171028

TUGAS REVIEW KASUS KEGAGALAN STRUKTUR AKIBAT GEMPA

KAJIAN KERENTANAN BANGUNAN PASCA GEMPA


LOMBOK 5 AGUSTUS 2018

Gambar 1. Struktur Bangunan Masjid Kerandangan

Pada kolom beton yang terkelupas lapisan plesterannya, maka dapat dilakukan uji
Hammer Test pada beton aslinya. Tujuannya adalah untuk memperoleh kuat tekan
beton pada kolom yang ditinjau. Uji Hammer Test dilakukan pada beberapa
kolom yang tampak beton aslinya. Hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut. Hasil
ini cukup rendah mengingat untuk bangunan seperti masjid ini maka kuat tekan
betonnya paling tidak adalah 25 MPa.

Tabel 1. Hasil Kuat Tekan Beton Kolom


No Koordinat Tipe kolom Bentuk Kuat Tekan
kolom Beton (MPa)*

1 B2 K1 Bundar 10,5
2 A2 K1 Bundar 10,5
3 C4 K2 Persegi 6,0
4 B5 K1 Bundar 9,5
*Ekivalen kuat tekan silinder beton
Pada ujung kolom yang rusak, bisa ditemukan tulangan kolomnya. Tulangan ini
diukur diameternya dan dihitung jumlahnya. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar
2. Kolom tipe 1, berbentuk bundar (Gambar 6.a) dengan diameter 30 cm, tulangan
4 x 14 mm dan 4 x 10 mm (tulangan tipe polos). Data selanjutnya adalah:
Luas tulangan 14 mm = 615 mm2
Luas tulangan 10 mm = 314 mm2
Total luas: = 929 mm2
Rasio tulangan = 929 / (3.14 x 0,25 x 300 x 300) = 0,013 (mendekati 0,010;
nilai minimum untuk penulangan kolom)
Tulangan ekivalen: = 8 x 12 mm; Luas = 904 mm2 (untuk analisis)
Sengkang: 8 mm @ 15 cm

Gambar 2. Penampang Kolom dan Tulangannya (Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan)

Kolom tipe 2, berbentuk persegi (Gambar 6.b) dengan sisi 30 cm, tulangan 4 x 14
mm dan 4 x 10 mm (tulangan tipe polos). Data selanjutnya adalah:
Luas tulangan 14 mm = 615 mm2
Luas tulangan 10 mm = 314 mm2
Total luas: = 929 mm2
Rasio tulangan = 929 / (300 x 300) = 0,01 (nilai minimum untuk penulangan
kolom)
Tulangan ekivalen: = 8 x 12 mm; Luas = 904 mm2 (untuk analisis)
Sengkang: 8 mm @ 15 cm

Untuk balok dan pelat beton, karena posisi yang tinggi dan tidak memungkinkan
untuk diukur langsung, maka digunakan atuan-aturan baku untuk ukuran balok.
Dari data balok tersebut tampak bahwa ada bagian balok 50 cm x 25 cm yang
ditumpu oleh kolom sebesar 30 cm x 30 cm. Hal ini berpotensi terjadinya
fenomena strong beam weak column, yang berpotensi terjadinya keruntuhan
apabila kapasitas kolomnya terlamapui.
Balok untuk bentang 6 meter:
Tinggi: h = 6 m / 12 = 50 cm
Lebar: b = h / 2 = 25 cm
Balok untuk bentang 4 meter:
Tinggi: h = 4 m / 12 35 cm
Lebar: b = h / 2 15 cm
Pelat Lantai Atap dan Dome:
t = 12 cm

Gambar 3. Deformasi yang Besar Saat Terjadi Gempa Menyebabkan Kerusakan pada
Komponen Non Struktural yang Dapat Membahayakan
Gambar 4. Pola Kerusakan yang Terjadi pada Bangunan adalah Rusaknya Kolom-
Kolom
BANGUNAN TAHAN GEMPA
1. Fa-bo

Bangunan unik ini merupakan sebuah kantor dan laboratorium Komatsu Seiren,
firma tekstil Jepang yang berlokasi di Perfektur Ishikawa. Bangunan tiga lantai
ini dilingkupi dengan lapisan luar 1031 batang karbon fiber yang terpasang dari
atap ke tanahnya di berbagai arahnya. Batang yang kuat dan fleksibel ini dapat
melindungi bangunan dari goncangan gempa bumi. Di dalam lapisan batang
tersebut terdapat layar lain yang terdiri dari 2778 batang yang menambahkan
kestabilan pada bangunannya.
Ketika gempa bumi terjadi, bangunan akan bergoyang dari sisi ke sisi.
Batangnya tentu akan merenggang lalu menarik kembali bangunan ke asalnya
untuk mencegah bangunan bergoncang. Sebelum memasang batangan tersebut,
Kengo Kuma and Associates sebagai perancang bangunan menambahkan
kekuatan dinding bangunan dengan jangkar di strukturnya sehingga mencegah
bangunan dapat menahan tegangan tarik dan mencegah tanah naik.

2. Tokyo Skytree

Tower pemancar sinyal televisi dan radio ini juga difungsikan sebagai tower
observasi. Berlokasi di Sumida, Tokyo, bangunan ini memiliki ketinggian 634
meter. Tower ini pun menjadi bangunan dengan struktur tertinggi setelah Burj
Khalifa.
Bangunan ini memiliki dasar denah berbentuk segitiga yang berubah menjadi
lingkaran ke atasnya. Denah bentuk segitiga memang dianggap kokoh dan dapat
menjaga kestabilan bangunan dan lingkaran yang berada pada bagian atasnya
dapat mengantisipasi hembusan angin pada ketinggian dari berbagai arah.
Sama dengan bangunan Mori Tower, Tokyo Skytree ini juga menggunakan oil
damper yang berlokasi di ketinggian 125 meter dari bawah kolom pusatnya.
Kolom pusat atau tengah ini berfungsi sebagai penyeimbang sehingga rangka
luar bangunannya dapat ikut bergerak ketika gempa terjadi. Sedangkan sistem
peredam getar akan menjaga gravitasi tower agar selalu seimbang pada bagian
atasnya dengan bagian bawah. Selain adanya kolom ini, pondasi bangunan ini
juga didesain tahan gempa dengan empat tiang pancang dan beton bertulang
dikedalaman 50 meter dibawah tanah sehingga memiliki dasar yang kuat.
TEKONOLOGI UNTUK BANGUNAN TAHAN GEMPA

1. Pendulum power

Solusi lain yang bisa digunakan pada sebuah bangunan, terutama pencakar langit
agar tahan gempa, adalah dengan menerapkan prinsip kekuatan pendulum
(Pendulum Power). Prinsip ini akan menggunakan kabel baja yang mendukung
massa serta cairan peredam di antara massa dan bangunan. Apabila gempa bumi
terjadi, pendulum akan bergerak ke arah yang berlawanan dan menghamburkan
getaran gempa. Teknologi pendulum ini didesain untuk melawan resonansi dan
meminimalkan respons dinamis dari struktur bangunan.

2. Replaceable Fuses (Sekring)


Siapa menyangka, konsep sekring pada listik juga bisa diadaptasi untuk menahan
gempa pada sebuah bangunan. Peneliti dari Stanford University dan University of
Illinois melakukan sebuah eksperimen soal prinsip sekring tersebut. Mereka
menggunakan kabel vertikal yang mampu menjangkau bagian atas setiap gedung
dan membatasi goyangan gempa. Bukan itu saja, kabel vertikal itu memiliki
kemampuan untuk menarik kembali struktur bangunan hingga tegak ketika
goncangan sudah mulai berhenti. Besi dari sekring tersebut rupanya mampu
menyerap energi seismik sebagai batuan bangunan dan dapat diganti relatif cepat.

Anda mungkin juga menyukai