Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Anemia defisiensi Fe merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju maupun
berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi,
akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini
disebabkan oleh tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi
dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan diakibatkan oleh
perdarahan .
Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia mederita
anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara-negara sedang berkembang.
Prevalensi anemia adalah sekitar 8- 44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki-laki usia
85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa prevalensi anemia
pada laki-laki adalah 27-40% dan wanita adalah 16-21%. Sebagai penyebab tersering
anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh
anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin B12,
defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada lansia
penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit lebih
mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama. (WHO, 2015)

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah ini adalah agar penulis mampu memahami konsep
penyakit anemia defisiensi Fe serta mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan anemia defisiensi Fe sesuai dengan standar keperawatan profesional. Tujuan khusus dari
penulisan karya ilmiah ini, agar penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pasien anemia defisiensi Fe.
b. Mengumpulkan data dan menganalisa data pada pasien anemia defisiensi Fe.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien anemia defisiensi Fe.
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien anemia defisiensi Fe.
e. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien anemia defisiensi Fe.

1
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien anemia defisiensi Fe.

C. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yaitu metode yang memberikan
gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun tehnik – tehnik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dengan cara:

1. Wawancara

Penulisan mengadakan wawancara dengan pasien dan keluargauntuk mendapatkan data


subjektif pasien.

2. Studi dokumentasi

Data – data yang didapatkan dari rekam medis pasien di ruangan seperti catatan
keperawatan dan catatan dokter.

3. Studi kepustakaan

Penulis mendapatkan literatur dan tinjauan teori mengenai konsep dasar penyakit anemia dan
konsep dasar keperawatan.

4. Observasi

Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dan mengamati perubahan –
perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal – hal penting termasuk
pemeriksaan fisik.

5. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, dan
lain – lain.

2
2. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba apakah ada benjolan atau
tidak.

3. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan
refleks hummer.

4. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan denganmenggunakan stetoskop.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan terbatas pada pemberian asuhan keperawatanpada Tn.


A dengan diagnosa medis anemia di ruang perawatan umum Rumah Sakit B Jakarta , yang
meliputi tahap pengkajian,keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan head to toe, aktivitas sehari – hari,
data penunjang, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Anemia adalah kondisi medis seseorang yang menunjukan dirinya kekurangan sel darah merah
(eritrosit) & rendahnya haemoglobin (Hb) dalam darah yang menyebabkan kekurangan oksigan
dalam darah. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl
pada wanita yang tidak hamil (Cunningham, 2012).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah rentang
nilai yang berlaku untuk orang sehat ( Behrman E richard , IKA nelson ; 1680 )

Anemia adalah berkurangnya hingga dibawa nilai normal jumlah SDM , kualitas hemoglobin
dan volume packed red blood cell (hematoktrit) per 100 ml darah . ( syilvia A price 2006 )

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hematocrit dibawa normal anemia bukan merupakan penyakit , melainkan pencerminan keadaan
suatu penyakit (gangguan ) fungsi tubuh secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan . anemia tidak
merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari ( smeltzer c Suzanne , buku ajar keperawatan medical bedah brunner dan suddarth ;
935).

B. Penyebab Anemia (Etiologi Anemia)


Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya ;

a. Anemia pasca perdarahan


Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan , operasi dan persalinan
dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan .
b. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah .
c. Anemia hemolitik

4
Terjadi penghancuran ( hemolysis ) eritrosit yang berlebihan karena ;
1. Factor intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia ) , sferositas
, defisiensi enzim eritrosit ( G – 6PD , piruvatkinase , glutation reduktase)
2. Factor ekstrasel
Karena intoksikasi , infeksi (malaria ) imunologis ( inkompatibilitas golongan darah ,
reaksi hemolitik pada tranfusi darah )
d. Anemia aplastic
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang )

C. Patoflodiagram
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsung atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi ,
pajanan toksik , invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui . sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis ( destruksi ) hal ini dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan letahanan sel darah merah yang menyababkan destruksi
sel darah merah.

Lisis sel darah merah ( disolusi ) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendoteil , terutama dalam hati dan limpa hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah setiap kenaikan destruksi sel darah merah ( hemolysis ) segera di
reflesikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normal ≤ 1 mg / dl , kadar diatas 1,
5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera ) apabila sel darah merah mengalami pengahancuran
dalam sirkulasi ( pada kelainan hemplitik ) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (
hemoglobinemia ) apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (
protein pengikat untuk hemoglobin bebas ) untuk mengikat semuanya , hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin ( hemoglobinuria ) .

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat di peroleh dengan
dsar : 1 hitung retikulosit dalam sirkulasi darah : 2 derajat proliferasi sel darah merah muda

5
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya , seperti yang terlihat dalam biopsy : da nada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia .

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak anak. Bayi cukup
bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik , memiliki cukup persediaan zat besi
sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan, sesudah itu
zar besi harus tersedia dalam makanan untukmemenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari
makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi . hal ini paling sering terjadi karena
pengenalan makanan padat yang terlalu dini ( sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannnya susu
formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padar kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga
tidak memeliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan .

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik pada bayi hal
ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang
tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran
cerna setiap hari dapat menyababkan anemia defisiensi zar besi pada remaja putri anemia zat besi
juga dapat terjadi karena menstuasi yang berlebihan.

Anemia aplastic diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang . gangguan berupa berkurangnya
sel darah dalam darah sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu , dua atau ketiga system hemopoetik (eritropoetik ,
granulopoetik dan trombopoetik)

Aplasia yang hanya mengenal system entripoetik disebut eritroblastopenia (anemia hipoplastik )
; yang mengenai system granulopoetik disebut agranulosistosis (penyakit Schultz) dan yang
mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik purpura (ATP) bila
mengenai ketiga tiga system disevut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastic.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik . asam folat merupakan bahan
esensial untuk sintesi DNA ( desoxyribonucleicacid) dan RNA ( ribonucleidacid ) yang penting
sekali untuk metabolism inti sel dan pematangan sel

6
Anemia

Viskositas darah menurun

Resistensi aliran darah perifer

Penurunan transport O2 ke jaringan

Hipoksia , pucat , lemah

Beban jantung meningkat

Payah jantung

7
D. Manifestasi klinis

Karena system organ dapat terkena , maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis
yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemi , usia, mekanisme kompensasi, tingkat
aktivitasnya , keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia. Secara umum gejala
anemia adalah :

1. Hb menurun (,10 g/dL ) , trombositosis / trombositopenia , pansitopenia


2. Penurunan BB , kelemahan
3. Takikardia , TD menurun , pengisian kapiler lambat , extremitas dingin , palpitasi , kulit
pucat .
4. Mudah lelah ; sering istirahat , nafas pendek , proses menghisap yang buruk (bayi )
5. Sakit kepala , pusing , kunang kunang , peka rangsang .

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia ;

a. Anemia karena perdarahan


Perdarahan akut ; akibat kehilangan darah yang cepat , terjadi reflex kardiovaskuler yang
fisiologis berypa kontaxi arteriola , pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ
tubuh yang kurang vital ( anggota gerak , ginjal ) . gejala yang timbul tergantung dari
cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan
kompensasi . kehilangan darah sebanyak 12-15 % akan memperlihatkan gejala pucat
transpirasi, takikardia , TD rendah tau norml . kehilangan darah sebanyak 15-20% akan
mengakibatkan TD menurun dan dapat terjadi renjatan (shock ) yang masih reversible
kehilangan lebih dari 20% akan menimbulkan renjatan yang irreversible dengan angka
kematian yang tinggi .
Perdarahan kronik , leukositosis (15.000-20.000/mm³ ) nilai hemoglobin , eritrosit dan
hematoktritmerendah akibat hemodelusi .
b. Anemia defisiensi
Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda paling sering , pagofagia (keinginan untuk makan bahan yang
tidak biasa seperti es atau tanah ) bila Hb menurun sampai 5 g/dL iritabilitas dan anorexia

8
. takikardia dan bising sistolik pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan
mukosa yang progresif seperti lidah yang halus , keilosis , terdapat tanda tanda mal
nutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim tergantung besi memainkan peran penting
dalam reaksi neurokimiawi disusun saraf pusat sehingga DB dapat mempengaruhi fungsi
neurologist dan inteltual . temuan laboratorium Hb 6-10 g g/dL trombositosis (600.000-
1000.000) (Behrman E Richard , IKA Nelson ; 1692

Anemia defisiensi asam float


Gejala dan tanda pada anemia defesiensi asam float sama dengan anemia defesiensi
vitamin b₁₂ yaitu anemia megaloblastik dan perubahan megaloblastik pada mukosa
mungkin dapat ditemukan gejala gejala neurologis , seperti gangguan kepribadian dan
hilangnya daya ingat . gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B₁₂
serum normal dan asam folat serum rendah , biasanya kurang dari 3 ng / ml yang dapat
memastikan diagnosis adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150 ng / ml (
Mansjoer arif , kapita selekta kedokteran ; 550 )

c. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai berat ( mengancam jiwa ) terdapat keluhan
fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung kongestif dan angina. Biasanya ditemukan
icterus dan spleno megali . apabila pasien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau
leukemia limfosik kronik , gambaran klinis penyakit tersebut dapat terlihat . pemeriksaan
laboratorium ditemukan kadar Hb yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT< 10% )
retikulositosis dan sferositosis biasanya dapat terlihat pada asupan darah tepi ada kasus
hemolysis berat, penekanaan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan SDM yang
terpecah pecah ( mansjoer arif , kapita selekta kodketran ; 552 )

9
Anemia hemolitik karna kekurangan enzim

Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik neonates berat sampai ringan,
hemolysis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa
polikromatofilia dan mikrositosi ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit
manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim , defesiensi
enzim glutation reduktase kadang kadang disertai trombopenia dan leukopenia dan sering
disertai kelainan neurologis . defesiensi piruvatkinase khasnya ada peninggian kadar 2,3
difosfogliserat (2,3 DPG ). Defesiensi triose phosphate –isomerase (TPI) gejala
menyerupai sferositosis , tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotic dan hapusan darah
tepi tidak ditemukan sferosit ( buku ilmiah kesehetan anak UI ; 442 ) .

Sferositosis herediter
Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit hemotikik pada bayi baru lahir dan
tampak dengan anemia dan hiperbilirubin yang cukup berat . keparahan penyakit pada
bayi dan anak berfariasi .beberapa penderita tetap tidak bergejala sampai dewasa ,
sedangkan lainnya mungkin mengalami anemia berat yang pucat icterus ,lesu ,dan
intolernsi aktifitas.bukti emolisis meliputi retukolusitosis dan hiper bilirubinemia kadar
HB biasanya 6-10 g/dL .angka relikulosiktosis sering meningkt sampai 6-20% dengan
nilai rerata 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran macam-macam dan terdiri dari
retikulosit polikromatofilik dan sferosis .(Behrman E Richard ika nelson ;1698)

Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpah dan hempar yang membesar.pada anak yang
biasanya disertai dengan keadaan gizi yang jelek dan muk memperlihatkan fasies
mongoloid jumlah retikulosit dalam darah meningkat temuan laboratorium pada
talasemia b HbF>90% tidak ada Hb A.pada talasemia –a anemianya biasanya tidak
sampai memperlukan tranfusi darah mudah terjadi emolisi akud pada serangan infeksi
berat,kadr HB 7-10 g / dL ,sediaan hapus darah tepi memperhatikan tanda tanda

10
hipokromia yang nyata dengan anisositosis dan piokilositosis (buku ilmu kesehatan anak
UI:449)

d.anemia aplastic

awitan anemia aplastic biasanya has dan bertahan biasanya ditandai oleh kelemahan
,pucat ,sesak napas pada saat latihan .temuan laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia sel
darah merh normositik dan normokromik artinya ukuran dan warnanya normal perdarah
abnormal akibat trombosititopenia (smeltzer C Suzanne , Buku ajar keperawatan medical –bedah
Brunner suddarth 2005)

E. pemeriksaan penunjang

pemeriksan diagnostic

1. Jumlah darah lengkap JDL ) ; HB &HT menurun


-jumlah eritrosit : menurun (AP) , menurun berat (aplastic ) , MCV & MCH menurun , &
mikrositik dengan eritrosit hiporomik (DB) , peningkatakan (AP) , pansiitopenia
(aplastic)
- jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP ) , meningkat (hemolysis)
-pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna & bentuk ( dapat mengindikasikan tipe
khusu anemia )
- LED : : peningkatan menunjukan adanya reaksi inflamasi
-massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia
-tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB)
-SDP : jumlah sel total sama dengan SDM ( diferensial mungkin meningkat ( hemolitik )
atau menurun (aplastic )

2. Jumlah trombosit : menurun (aplastic ) , meningkat (DB) , normal / tinggi ( hemolitik)


3. Hb elektroforesis : mengindektifikasi tipe struktur Hb
4. Bilirubin serum ( tidak terkonjugasi ) : meningkat ( AP, hemolitik )
5. Folat serum dan vit B12 : membantu mendiagnosa anemia
11
6. Besi serum : taka da ( DB , tinggi ( hemolitik )
7. TIBC serum : menurun (DB)
8. Masa perdarahan : memenjang (aplastic )
9. LDH serum : mungkin meningkat (AP)
10. Tes schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP )
11. Guaiac : mungkin postif untuk darah pada urin , feses da nisi gaster , menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
12. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidrokolorik bebas ( AP )
13. Aspirasi sum sum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah , ukuran , bentuk , membedakan tipe anemia
14. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI .

F. Penatalaksanaan

a. Anemia karena pendarahan

Pengobatan terbaik adalah tranfusi darah. Pada pendarahan kronik diberikan tranfusi packed cell.
Mengatasi renjatan dan penyebab pendarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan
intarvena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Buku kuliah ilmu kesehatan Anak UI:431)

b. Anemia defisiensi

Anemia defisiensi besi (DB)

Respon regular DB trehadap sejumlah besi cukup mempunyai arti diagnostik,pemberian oral
garam ferro sederhana (sulfat,glukonat,fumarat) merupakan terapi yang murah dan memuaskan,
Preparat besi parenteral (dekstran besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila
perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan
komsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 mL/ 24jam. Jumlah makanan ini mempunyai
pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang tercegah (Behrman E Richard,IKA Nelson;1692)

12
Anemia defisiensi asam folat

Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pila dengan


pemberian/suplementasi asam folat oral 1mg per hari (Mansjoer arif, kapita selekta kedokteran;
553)

c. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik autoimun

Terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/Kg BB/hari. Jika anemia

Mengancam hidup, tranfunsi harus di berikan hati-hati. Apabila prednison tidak efektif dalam
mengulangi kelainan ini,atau penyakit ini mengalami kekambuhan dalam periode taperingoff
dari prednison makan dianjurkan untuk dilakukan spenektomi apabila keduannya tidak
menolong. Maka dilakakukanterapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosuperesif.
Immunoglobulin dosis tinggi dalam intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari)mungkin
mempunyai efektifitas tinggi dalam mengontrol hemotisis. Namun efekpengobatan ini hanya
digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila pengobatan dengan prednisone merupakan kontra
(Mansjoer arif,kapita selekta kedokteran ;552)

Anemia hemolitik karna kekurangan enzim

Pencegahan hemolisi adalah cara terapi yang paling penting. Tranfusi tukar mungkin terindikasi
untuk hiperbillirubinemia pada neonatus. Tranfusi eritrosit terpapar diperlukan anemia berat atau
krisi aplastik. Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan tranfusi yang sering,
splenektomi harus dikerjakan setelah umur 5-6 tahun (behrman E Richard,IKA Nelson;1713)

Sferositosis herediter

Anemia dan hiperbillirubinemia yang cukup berat memerlukan fototerapi atau tranfunsi tukar.
Karna sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruh oleh limfa,maka splenektomi melenyapkan
hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini. Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih banyak,

13
meningkatkan fragilitas osmotik,tetapi anemia,retikulositosis dan hiperbillirubinemia membaik.
(behrman E Richard,IKA Nelson;1700)

Thalasemia

Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Tranfusi darah diberikan bila
kadar Hb telah rendah (kurang dari 6%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah.
Untuk mengeluarkan besi dari jangan tubuh diberikan Iron chelating agent, yaitu desferal secara
intramuskuler atau intravena. Splenetomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2tahun,
sebelum didapatkan tanda hiperplenisme atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tapak,
maka splenektomi tidak banyak digunakan lagi. Sesudah splenektomi biasannya frekuensi
tranfusi darah menjadi jarang di berikan pada pula bermacam-macam vitamin, tetapi preparat
yang mengandung besi meruakan insikasi kontra (Buku ilmia ilmu kesehatan Anak UI;449)

10. Anemia aplasitk

Dua metode penanganan yang pada saat ini sering dilakukan:

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persedian jaringan hemotopoesti


yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi dapat berasil.diperlukan kemampuan
menyesuaikan sel donor dengan resipien serta mencegah komplikasi selama masa penyembuhan.
Dengan penggunaan imunosupresan clyclosporine.

Terapi imunosupresif dengan ATG ( globulin antitimosit ) diberikan untuk menghentikan fungsi
imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum tulang Mengalami
penyembuhan .ATG diberikan setiap hari melalui kateter vena sertai selama 7 sampai 10 hari .
Pasien yang berespon dapat lambat sampai 6 bulan setelah penanganan . Pasien yang mengalami
anemia berat dan ditangani secara awal selama penyakit mempunyai kesempatan terbaik
berespon terhadap ATG (smeltzer C sulzanne . Buku ajar keperawatan medical - bedah brunner
dan suddarth 939

14
G. Komplikasi

A. perkembangan otot buruk


B. daya konsentrasi menurun
C. hasil uji perkembangan menurun
D. kemampuan mengolah informasi yang di dengar menurun
E. sepsis
F. sensifitas terhadap antigen donor yang bereaksi-silang menyebabkan berdasarkan yang
tidak di kendalikan
G. Cangkokan vc penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sum sum tulang)
H. kegagalan cangkok sumsum
I. leikimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi

15
H. Asuhan keperawatan

A.identitas klien dan keluarga

Nama,umur,TTL,nama ayah/ibu . Pekerjaan ayah/ibu agama ,pendidikan ,kelemahan,alamat

B.keluhan utama

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat kelelahan ,kelemahan ,pusing

C.riwatat kehamilan dan persalinan

Prental : ibu selama hamil pernah menderita penyakit berat,pemeriksaan kehamilan berapa kali
,kebiasaan pemakaian obat dalam jangka waktu lama

Intranasil:usia kehamilan cukup , proses persalinan dan berapa panjang dan berat badan waktu
lahit

Postnatal:keadaan bayi setelah masa neonatorum ,ada trauma post partum akibat tindakan
misalnya forcep vakum dan pemberian asi

D.riwayat kesehatan dahulu

-adanya menderita penyakut anemia sebelumnya riwayat imunitas

-adanya riwayat trauma

-adanya riwayat demam tinggi

-adanya riwayat penyakit ispa

-keadaan kesehatan saat ini klien pucat , kelelahan , sesak nafas , sampai adanya gejala gelisah ,
diaforesis

7.pemeriksaan tingkat perkembangan

Bergantung pada usia terdiri dari motorik kasar ,halus,kognitof, dan bahagia

8.data psikologis

Akibat dampak hospitalisasi , anak menjadi cengeng terlihat cemas atau takut.orang tua:reaksi
orang tua terhadap penyakit anaknya sangat bervariasi.psikologis orang tua yang harus
diperhatikan :

-keseriusan ancaman terhadap anaknya

16
-pengalaman sebeluk penyakit dan hospitalisasi

-prosedur medis yang harus dilakukan

-adanya supoort sistem

-kemampuaan koping orang tua

-agama, kepercayaan ,adar

-pola komukasi dalam keluarga

I. Diagnosa keperawatan
a. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit

b. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel (doenges E Marilynn, rencana asuhan keperawatan ;
573 )

c. perubuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna / absorbs nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal ( doenges E
Marilynn , rencana asuhan keperawatan ; 575 )

d. intolenransi aktifitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan ( Donna


L Wong , pedoman klinis keperawatan ; 536 )

e. ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / transfuse ( Donna L Wong , pedoman


klinis keperawatan pediatric ; 536 )

f. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder tidak adekuat mis , penurunan
hemoglobin , penurunan granulosit ( doenges E Marilynn , rencana asuhan keperawatan ; 578 )

17
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal . Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai
normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah.

B. SARAN

Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu selayaknya kita
menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit.Dengan cara pola hidup yang sehat dapat
mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan
terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.

18

Anda mungkin juga menyukai