Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL YANG MENDUKUNG KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat

Disusun Oleh:

Naufal Fahlan Alin P1337420617119

Novian Dwi Prayogi P1337420617120

Novikaningrum Wijayanti P1337420617121

Nufrida Nur Hidayah P1337420617122

Nur Azizah F. P1337420617123

Nur Elisa Apriliani P1337420617124

Permana Putra P1337420617125

PROGRAM STUDI S 1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Segala puji syukur kami panjatkan kepada


Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya,
sehingga makalah Pemberdayaan Masyarakat yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat dan Penguatan Masyarakat” ini telah selesai tepat pada waktunya.
Guna untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat
Terimaksih kami ucapkan kepada yang mana telah membantu kami dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Dan juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini. Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme
keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum. Wr.
Wb.

Semarang, Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN .......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
HALAMAN DAFTAR ISI..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak sekali daerah dan budaya yang berbeda-
beda, setiap daerah memiliki budaya masing-masing. Begitu juga setiap
daerah memiliki kearifan budayanya masing-masing. Kearifan lokal adalah
dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan,
pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan
masyarakat pedesaan.Hubungan antara kebudayaan dengan pengetahuan sakit
sangatlah erat sebagai kebiasaan dan keyakinan budaya yang dianut sebagai
pengetahuan kesehatan.
Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan tidak
dapat di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam
mempengaruhi derajat hidup seseorang berdasarkan kondisi fisik ataupun
mental manusia. Kebutuhan kesehatan individu dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan memiliki cara, pola, tindakan, dan perilaku
yang berbeda-beda.
Masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat
kental. Pada bidang pengobatan di adat istiadat suku Jawa masih sering
digunakan dalam berbagai kegiatan kesehatan melalui pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional merupakan suatu tindakan yang dilakukan masyarakat
dalam menciptakan proses kesehatan melalui perawatan, cara, tindakan,
pemakaian obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-
temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku.
Namun pada bidang olahraga tradisonal di era adat istiadat Jawa masih
berkembang, dimana olahraga tradisional merupakan aktivitas untuk melatih
tubuh seseorang baik secara jasmani maupun rohani yang tumbuh dari tradisi
dan kebudayaan setempat. Oleh karena itu penulis dalam penyususunan
makalah ini mengambil tema “Kearifan Lokal yang Mendukung Kesehatan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana olahraga tradisonal dan tarian nasional atau daerah?
2. Bagaimana kebiasaan kerokan di masyarakat?
3. Bagaimana pengembangan nutrisi tradisional yang bermanfaat untuk
kebugaraan?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui olahraga tradisonal dan tarian nasional atau daerah
2. Mengetahui kebiasaan kerokan di masyarakat
3. Mengetahui pengembangan nutrisi tradisional yang bermanfaat untuk
kebugaraan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Olahraga tradisonal dan tarian nasional atau daerah


1. Pengertian
Olahraga tradisional merupakan aktivitas untuk melatih tubuh
seseorang baik secara jasmani maupun rohani yang tumbuh dari tradisi
dan kebudayaan setempat. Masyarakat di Indonesia mengenal berbagai
olahraga tradisional yang diantaranya sudah muncul serta diakui oleh
dunia seperti olahraga pencak silat, Egrang, Bakiak/Terompah, Tarik
Tambang, Balap Karung, Karapan Sapi, Kelereng, Gasing, dan Sumpit.
Namun selain olahraga tradisional tadi, masih ada beberapa olahraga yang
belum dikenal secara umum, dan hanya dikenal pada kalangan terbatas
yaitu didaerah tempat olahraga itu berasal.
2. Macam-macam olahraga tradisional
a Pencak Silat
Pencak Silat merupakan
bagian dari kebudayaan
masyarakat Indonesia yang
sudah berkembang sejak
jaman dahulu kala. Pencak
silat berakar pada budaya
Melayu dan telah dikenal
luas di berbagai Negara
seperti Malaysia, Brunei,
dan Singapura. Pencak silat
di Indonesia tidak hanya satu macam saja. Banyak versi olahraga pencak
silat yang berkembang sesuai dengan nilai budaya masyarakat setempat.
Misalnya pencak silat aliran Cimande yang konon bermula dari kisah
seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dengan
kera, kemudian meniru gerakan kedua hewan tersebut.
Ada pula silat atau silek yang berasal dari ranah Minang, yang
diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan Tanah Datar pada abad
XI. Induk organisasi pencak silat di Indonesia saat ini adalah Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI). Ada pula organisasi yang mewadahi
federasi-federasi pencak silat dari berbagai Negara yang bernama
Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (PERSILAT) yang dibentuk oleh
Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
b Egrang
Egrang atau
jangkungan
adalah tongkat
yang
digunakan
seseorang agar
bisa berdiri
dalam jarak
tertentu di atas
tanah, Egrang
ini yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri, atau tali
pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di
atas ketinggian norma.Egrang ini mampu sebagai sarana hiburan, lomba
egrang juga melatih kekuatan tubuh manusia serta pada zaman dahulu
berfungsi untuk menghindari dari air di daerah dataran banjir atau pantai.
c Bakiak
Bakiak
merupakan
permainan
tradisioal yang
bahannya dibuat
dari kayu
panjang seperti
seluncur es yang
sudah dihaluskan
(diamplas,
red:banjar) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang.
Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang masing-
masing tim berlomba untuk sampai ke finish. Permainan ini menguji
ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta
kejujuran.
Bakiak sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera
Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan
tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang
ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera
Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang.
Sepasang ‘bakiak’ minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan
tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan
kelurahan pada 17 Agustusan.
d Tarik Tambang

Tarik
Tambang
merupakan
salah satu
olahraga
tradisional
atau permainan yang cukup populer pada perayaan 17 Agustus.
Pertandingan tarik tambang melibatkan dua regu, dengan 5 atau lebih
peserta. Dua regu bertanding dari dua sisi berlawanan dan semua peserta
memegang erat sebuah tali tambang. Di tengah-tengah terdapat pembatas
berupa garis. Masing-masing regu berupaya menarik tali tambang sekuat
mungkin agar regu yang berlawanan melewati garis pembatas. Regu yang
tertarik melewati garis pembatas dinyatakan kalah.

e Balap Karung

Balap Karung
adalah olahraga
sekaligus
permainan yang
juga populer
pada saat
peringatan 17
Agustus. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah
badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.
Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat
persaingan yang tidak sehat dan sebagai kegiatan hura-hura, balap karung
tetap banyak ditemui, seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan
makan kerupuk.

f Lompat Batu
Olahraga
lompat batu
adalah
olahraga yang
lahir dari
tradisidan
budaya
masyarakat di
Pulau Nias. Dahulu suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena
terprovokasi dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-
masing desa kemudian membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu
setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan
sebagai sebuah persiapan sebelum berperang.Biasanya sebelum melakukan
tradisi lombat batu dibuka dengan tari-tarian perang khas Nias. Kini tradisi
lompat batu menjadi ritual dan simbol budaya masyarakat Nias. Pemuda
Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan
matang secara fisik sehingga dapat menikah.Atraksi hombo batu tidak
hanya memberikan kebanggaan bagi seorang pemuda Nias, tetapi juga
untuk keluarga mereka. Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam
hombo batu akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor
ternak.

g Galah Asin

Galah asin
dibebera
daerah disebut
juga galasin
atau gobak
sodor.
Olahraga
tradisional Gala asin ini adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia.
Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di
mana masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah
menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir
secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup
harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan
yang telah ditentukan.
h Pacu Jalur
Pacu
Jalurmerupakan
sebuah
perlombaan
mendayung di
sungai dengan
menggunakan
sebuah perahu
panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai
25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m,
dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu. Setiap
tahunnya, sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur
sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten Kuantan
Singingi,Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia.
3. Tarian nasional atau daerah
Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari berbagai suku, adat
dan budaya. Salah satu kebudayaan Indonesia adalah Tari-tarian
Tradisional. Tari daerah atau tradisional adalah salah satu bentuk kesenian
yang memiliki media ungkap ataupun substansi gerak yang berbentuk
ekspresif yang tumbuh dan berkembang dalam suatu daerah atau
komunitas yang menciptakan suatu identitias budaya dari masyarakat
yang bersangkutan. Hampir setiap daerah dan suku bangsa di Indonesia
ini memiliki tarian daerahnya masing-masing seperti Tari Piring yang
berasal dari Sumatera Barat, Tari Tandak dari daerah Riau, Tari
Gambyong dari Jawa Tengah, Tari Saman dari Aceh dan masih banyak
yang lainnya. Kita sebagai warga negara Indonesia wajib melestarikan
dan menjaga kebudayaan tersebut agar dapat diwariskan ke generasi-
generasi berikutnya.

4. Efek samping olahraga tradisional bagi kesehatan

B. Kebiasaan Kerokan di masyarakat


1. Pengertian
Kerokan berasal dari kata bahasa jawa kerokyang berarti garuk dan
kata akhiran –an merupakan kata kerja, maka kerokanadalah menggaruk.
Kerokanmerupakan kegiatan menggaruk bagian punggung, leher, dada,
bahu, perut dan pinggang untuk mengatasi masuk angin, mual, demam,
dan nyeri dengan menggunakan benda tumpul seperti koin, batu giok,
gundu, potongan jahe, potongan bawang, atau benda tumpul lainnya yang
digunakan untuk menggosok bagian tubuh. Kerokan ini juga
menggunakan cairan licin seperti minyak telon, minyak zaitun, minyak
kelapa, atau body lotion yang digunakan agar tidak terjadi iritasi atau
lecet pada kulit yang dikerok.
Kerokan merupakan alternatif tradisional dalam mengatasi masuk
angin yang telah dikenal oleh masyarakat jawa dahulu sejak ratusan tahun
yang lalu dan merambat ke segala nusantara.
2. Efek samping kerokan
Meskipun kerokan dalam dunia ilmiah dapat mengatasi masuk
angin, namun seperti obat pada umumnya kerokan tidak baik dan
menimbulkan efek samping bila dilakukan secara terus menerus tanpa
ada jeda, bisa diumpamakan dengan overdosis obat. Selain itu kerokan
tidak didukung dengan sterilisasi yang baik. Efek samping kerokan
sebagai berikut :
a Mengakibatkan Kontraksi Dini
Seperti yang kita ketahui saat kerokan terjadi infamasi, yang
berbahaya adalah reaksi penolakan terhadap inflamasi tubuh. Saat
terjadi inflamasi, maka mediator anti-inflamasi akan mengeluarkan
suatu zat yang disebut Cytokines yang merupakan sel untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Zat ini akan memicu pelepasan
Prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi pada rahim. Oleh
sebab itu, bagi ibu-ibu hamil dilarang kerokan karena bisa
mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat
Prostaglandin.
b Masuknya Bakteri dan Virus
Saat kerokan, pori-pori kulit akan terbuka lebar oleh karena efek
gesekan kulit dengan benda tumpul maupun karena panas tubuh yang
meningkat. Saat pori-pori kita membesar memudahkan angin masuk
kembali ketubuh dengan membawa bakteri dan virus dari luar
kedalam tubuh. Efeknya tidak akan langsung terasa oleh tubuh, namun
akan muncul efek dikemudian hari. Sebagian besar orang akan merasa
ketagihan saat dikerok dan pasti akan melakukannya lagi saat dia
terserang masuk angin. Semakin sering dikerok dan semakin sering
pula pori-pori kita melebar, maka akan semakin banyak juga virus dan
bakteri yang masuk kedalam tubuh.
c Pembuluh Darah Kecil Pecah
Secara medis, kerokan adalah salah satu metode memperlebar
pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi) menjadi menjadi
semakin melebar (vasaditilasi) . Bila kerokan dilakukan terus-terusan,
bisa berakibat pecahnya pembuluh darah kecil dan halus
3. Kegunaan mengetahui kerokan
Kerokan angin merupakan warisan nenek moyang yang mempengaruhi
masyarakat dengan segala fungsinya di berbagai aspek kehidupan.
Kegunaan mengetahui mengenai kerokan ialah :
a Kesehatan
Kerokan sebagai pertolongan pertama pada seseorang yang
mengalami gejala masuk angin seperti nyeri, demam, mual, dan flu
pada saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk berobat ke
dokter pada saat itu juga, misalnya pada saat perjalanan, berlibur,
bekerja, dan sebagainya, dan orang awam jugadapat melakukan
kerokan karena cara dan tekniknya simpel.Kerokan merupakan
pengobatan dilakukan di tubuh luar manusia, sehingga meminimalisir
dari zat kimia yang berbahaya yang masuk ke dalam tubuh melalui
mulut, dan hidung. Selain itu kerokan sebagai refleksi tubuh, agar
tubuh lebih nyaman dan segar.
b Budaya
Kerokan merupakan budaya asli Indonesia, terutama pada masyarakat
Jawa. Kebudayaan kerokan telah menjamur ke seluruh nusantara
hingga mancanegara selama bertahun-tahun hingga saat ini, bahkan
warga negara asing menuntut ilmu di Indonesia untuk mempelajari
teknik kerokan karena kerokan membawa kebaikan terhadap
kesehatan. Hal itu menunjukan eksistensi budaya kerokan hingga saat
ini.
c Ekonomi
Gejala masuk angin dapat diatasi dengan kerokan tanpa harus
mengeluarkan sejumlah biaya yang banyak untuk berobat ke dokter.
Hal ini menguntungkan bagi penderita yang masuk angin. Selain itu
menjadi lapangan pekerjaan bagi tukang pijat tradisional yang
memiliki skill me-ngerok secara turun temurun dalam mencari nafkah
dan mengurangi angka pengangguran. Juga menjadi lahan wirausaha
bagi mereka dalam menerapkan skill-nya dengan membuka tempat
pijat refleksi di kota besar yang ramai oleh pengunjung domestik
maupun internasional, karena tidak hanya pengunjung domestik yang
menyukai pijat refleksi terutama kerokan , namun pengunjung
internasional lebih menyukai tentunya bisa mematok harga yang
menengah keatas.

C. Pengembangan nutrisi tradisional yang bermanfaat untuk


kebugaraan
1. Pemahaman Masyarakat tentang Nutrisi Tradisional Minum Jamu
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan hasil
alamnya. Masyarakat yang multikultural membuat budaya di satu
daerah dengan daerah lainnya memiliki keanekaragaman. Salah
satunya nutrisi tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara
turun temurun adalah budaya minum jamu. Budaya ini berasal dari
masyarakat suku jawa yang terkenal dengan obat tradisionalnya.
Diracik dari hasil alam Indonesia sendiri, jamu yang semula hanya
tradisi turun temurun kini menjadi tradisi yang telah menjadi kebiasaan
di Indonesia.
Kata jamu telah terbiasa didengar oleh masyarakat Indonesia.
Minum jamu dianggap oleh masyarakat bangsa Indonesia sebagai
obat tradisional. Jamu biasanya terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan
juga dari bagian tubuh hewan. Sebagian masyarakat menyebutnya
dengan pengobatan komplementer/ alternatif (complementary and
alternative medicine).
Di 57 Asia, negara yang banyak menggunakan obat tradisional
adalah Cina, Korea, India, dan termasuk Indonesia. Bahkan dilansir
dari litbang departemen kesehatan Republik Indonesia menyebutkan
bahwa penduduk Indonesia 50% mengkonsumsi jamu sebagai obat
tradisional. Menurut Riset hasil kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2010, menunjukkan bahwa 50% penduduk Indonesia menggunakan
jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan
karena sakit. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai
bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat
Indonesia (Litbang Depkes, 2015).
Hal ini menunjukkan pemahaman sebagian dari masyarakat
Indonesia tentang jamu tersebut. Jamu tersebut diolah dan kemudian
diminum/konsumsi. Seorang ibu hamil biasanya mengonsumsi jamu
karena factor kebiasaan dalam keluarga dan budaya, khususnya
masyarakat suku Jawa (Purnamawati, Dewi & Ariawan, Iwan. 2012).
Selanjutnya Pemerintah Indonesia memfasilitasi pemahaman
masyarakat Indonesia tersebut, dengan tujuan menyediakan bukti
ilmiah terkait mutu, kamanan dan manfaat obat tradisianal
tersebut, dengan mengeluarkan peraturan menteri kesehatan No.
03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Berikut
penjelasannya : “Kemudian untuk tugas tersebut maka telah
ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan No.1334 Tahun 2010
tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu, yang salah satu
tugasnya adalah menyusun pedoman metodologi penelitian jamu”.
(Litbang Depkes, 2015).
Bahan jamu biasanya terbuat dari tumbuh-tumbuhan, misalnya
akar, daun, bunga, kulit pohon dan seterusnya. Jamu dibuat dari bahan-
bahan alami, berupa bagian tumbuhan seperti rimpang (akar-
akaran), daun-daunan, kulit dan batang serta buah. Sebagai suatu
bentuk pengobatan tradisional, jamu memegang peranan penting
dalam pengobatan penduduk negara berkembang. Diperkirakan 70-
80% populasi di negara berkembang memiliki ketergantungan pada
obat tradisional” (Jamu Indonesia, 2015).
Jamu dari akar-akaran antara lain: kunyit, jahe, lengkuas,
temulawak, dan lain-lain. Sedangkan dari daun-daun adalah daun
salam, daun sirih, dan lain-lain. Pengolahan jamu ini, biasanya diambil
secara langsung dari alam kemudian diolah tanpa bahan kimia
sintetis. Hal ini juga yang membedakan antara obat tradisonal berupa
jamu/tanaman herbal dengan obat modern. Pengolahan jamu diambil
secara langsung dari alam, kemudian diolah dengan cara di rebus,
diambil airnya, kemudian diminum. Seiring dengan perkembangan
jaman, pengolahan jamu ini berubah, jamu dioleh dalam bentuk
pil. kapsul, kaplet, maupun cair.
Pada umumnya masyarakat tetap konsumsi minum jamu
karena mereka percaya pada khasiatnya. Masyarakat tetap gemar
mengonsumsi jamu gendong, baik dari anak-anak sampai orang tua,
karena jamu gendong masih dipercaya khasiatnya dan aman
dikonsumsi. Oleh sebab itu, kebudayaan minum jamu tetap
dilestarikan dalam rangka untuk melestarikan warisan budaya dan
keragaman hayati lokal (Ayu, Rahmy Wulandari & Azrianingsih,
Rodiyati, 2014).
2. Kebiasaan Masyarakat dalam Mengkonsumsi Jamu
Berbagai jenis jamu antara lain adalah jamu gendong, disebut
jamu gendong karena penjual jamu menjajakan jamu tersebut dengan
digendong. Salah satu jenis jamu yang sangat dikenal oleh masyarakat
Indonesia adalah jamu gendong. Disebut jamu gendong karena
umumnya dijajakan dengancara digendong. Jamu gendong merupakan
jamu yang terbuat dari dedaunan dan akar-akaran yang direbus dengan
air, disaring, dan dapat diminum selama beberapa waktu tertentu (Ayu,
Rahmy Wulandari & Azrianingsih, Rodiyati, 2014).
Seiring dengan perkembangan zaman, cara menjual jamu
dengan digendong beralih kepada penjualan jamu dengan
bersepeda. Kemudian berkembang lagi dengan berjualan jamu
dengan menggunakan sepeda motor. Namun konsep jamu yang di
jajakan mulai beragam, penjual jamu ada yang menggunakan ramuan
asli, yaitu diambil dari alam kemudian diolah. Namun ada juga
penjual jamu dengan menggunakan produk jamu yang telah dibuat
melalui pabrik. Kemasan jamu dapat berupa antara lain pil, kapsul,
kaplet, cairan atau dibungkus kertas.
Hampir seluruh masyarakat, khususnya di Indonesia mengenal
kata “jamu”. Jamu yang berasal dari bahasa Jawa merupakan obat
tradisional berupa racikan akar-akaran atau tumbuhan. Jamu diartikan
sebagai racikan tumbuhan yang digunakan dalam penyembuhan
tradisional, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan tradisional, serta
racikan tumbuhan untuk makanan dan minuman tradisional. Jamu
pertama kali berkembang di daerah Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta
dan Jawa Timur. Dua daerah itu merupakan cikal bakal perkembangan
obat tradisional di Indonesia. Di daerah-daerah lain di Indonesia,
pengobatan menggunakan obat tradisional juga sudah banyak
dimanfaatkan dengan nama atau istilah yang berbeda, namun
perkembangannya sebagai industri tidak secepat dan sebaik yang ada
di pulau Jawa.
Secara umum, dapat dilihat bahwa minum jamu sudah menjadi
budaya bagi orang Jawa, khususnya Jawa Tengah. Hal ini ditandai
dengan peranan jamu yang sangat beragam bagi kehidupan masyarakat
Jawa, mulai dari proses kelahiran, masa remaja, dewasa, bahkan
sampai masa tua. Mereka minum jamu dengan maksud menjaga
kesehatan, kekuatan, maupun kecantikan. Sebagai unsur budaya, dapat
dikatakan bahwa jamu telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu,
seiring dengan berkembangnya peradaban masyarakat Jawa.
Jamu yang beredar di pasar dapat diklasifikasikan menjadi 6
(enam) kelompok besar, yaitu jamu kuat, jamu untuk kewanitaan, jamu
perawatan tubuh/kecantikan, jamu tolak angin, jamu pegel linu, dan
jamu lainnya seperti penjelasan berikut:.
1. Jamu kuat/sehat lelaki adalah jamu yang berfungsi untuk menjaga
kesehatan tubuh dan meningkatkan vitalitas pria.
2. Jamu untuk kewanitaan adalah jamu yang penggunaanya
ditujukan untuk daerah kewanitaan, meliputi jamu haid, jamu
untuk keputihan, dan jamu rapet wangi. Dalam kelompok ini
termasuk di dalamnya jamu habis bersalin.
3. Jamu perawatan tubuh/kecantikan adalah jamu yang berfungsi
untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan segar juga merawat dan
menjaga kulit wajah agar tetap sehat, halus, bersih, lembut dan
segar. Dalam kelompok ini juga termasuk jamu yang berguna
untuk melangsingkan tubuh dan jamu untuk menghilangkan
jerawat.
4. Jamu tolak angin adalah jamu yang berfungsi untuk
menyembuhkan gejala masuk angin seperti perut kembung, mual,
pusing, lesu, dan badan panas dingin.
5. Jamu pegel linu adalah jamu yang berfungsi untuk
menghilangkan gejala sakit-sakit pada badan, rasa sakit pada
persendian.
6. Jamu lainnya. Yang temasuk dalam kelompok ini adalah berbagai
jenis jamu yang tidak masuk dalam kelompok di atas, misal jamu
untuk pengobatan (batuk, asma, kencing batu, maag, rematik,
darah tinggi) dan jamu non pengobatan (tambah darah,
memperlancar asi, penenang, dll).
Pada masyarakat Jawa Tengah dapat dilihat dari gambar-gambar
relief di candi-candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, serta candi
Penataran berupa gambar-gambar pohon kamboja, maja, maja keling,
buni, dan lain-lain. Di antara pohon itu, ada yang merupakan bahan
obat, kosmetik, atau bahan jamu yang sampai sekarang masih
digunakan. Mengingat keterbatasan kemampuan baca tulis masyarakat
Jawa pada masa itu, kebanyakan resep jamu diturunkan kepada
generasi berikutnya dengan dituangkan dalam sekar-sekar atau
tembang-tembang yang dapat kita baca dalam buku “Serat Centini”.
Buku yang berisi tentang resep racikan jamu pertama kali muncul pada
1831, yaitu “Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi”. Naskah aslinya
masih tersimpan di Sonopoestoko Kraton Susuhunan Surakarta. Pada
masa pemerintahan aku Sultan Hamengkubuwono X juga ditulis buku
mengenai resep jamu, yaitu “Primbon Jampi Jawi” yang saat ini sudah
ditulis dengan huruf latin.
Terlepas dari rasanya yang terkadang kurang familiar di lidah,
jamu sebenarnya merupakan salah satu cara pengobatan alternative
yang paling digemari oleh penduduk Indonesia. Selain karena
dipercaya memiliki efek samping minimal, harganya pun juga murah
dan terjangkau, sehingga jamu menjadi pilihan dan merakyat di
Indonesia. Namun hati-hati, kebanyakan jamu yang beredar di pasaran
belum melalui tahap-tahap penelitian ilmiah.
Produk jamu tradisional atau alami yang banyak dijual dan
beredar di pasaran yang berbentuk pil atau bubuk, sering dituding
berbahaya bagi kesehatan ginjal. Minum jamu akan berbahaya bagi
kesehatan ginjal jika diminum melebihi dosisnya dan atau tanpa
disertai dengan banyak-banyak minum air (air putih lebih baik), karena
ginjal itu tugasnya membuang air, sisa cairan dan metabolit di
dalamnya dengan menyaring darah yang tersuplai ke ginjal. Jika tidak
disertai dengan kebiasaan banyak minum, bisa dibayangkan darah
yang dialirkan ke ginjal untuk disaring dan dibuang itu berkonsentrasi
yang cukup pekat, ditambah lagi dengan adanya senyawa metabolit
jamu. Organ ginjal bisa cepat rusak kalau harus menyaring cairan
konsentrat terus menerus. Dan akan lebih berbahaya lagi, kalau
ternyata jamu yang dibeli dan dikonsumsi itu ternyata mengandung
senyawa obat sintetis (dikhawatirkan reaksi antara jamu dan obat
sintetis ternyata saling bertolak belakang). Bisa-bisa terjadi reaksi
komplikasi. Juga pemakaian jamu yang dalam jangka waktu lama bisa
berdampak penumpukan senyawa metabolitnya di organ-organ,
misalnya di hati, saluran pencernaan ataupun ginjal.
Sementara itu, Pakar farmasi dari Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS), Dra Nurul Mutma’inah, Msi. Apt, menyatakan,
konsumen harus waspada bila ada jamu tradisional yang sesudah
diminum langsung cespleng, menyembuhkan, atau sangat manjur. Ada
bahaya bagi kesehatan di balik kemanjuran sesaat itu. Lebih lanjut ia
mengatakan, sebetulnya jamu tradisional jarang yang bisa
menyembuhkan suatu keluhan penyakit secara cepat. Lain halnya
dengan bahan kimia obat, efeknya bisa cepat muncul. Maka perlu
dicurigai jika setelah minum jamu, efeknya cepat sekali. Kita perlu
curiga, di dalam jamu itu terdapat campuran bahan kimia obat. Efek
samping dari minum jamu tradisional yang dicampur bahan kimia
obat, menurut Dekan Fakultas Farmasi UMS ini, bisa berakibat jangka
pendek atau jangka panjang. Jangka pendek, biasanya muncul keluhan
iritasi lambung atau lambung berasa perih, sedangkan efek jangka
panjang, bisa menimbulkan gangguan ginjal dan sebagainya.
Namun tidak semua efek baik yang didapat dari jamu jenis ini.
Sebagai jamu yang dicampur dengan obat, tentunya efek samping obat
yang bersangkutan juga dapat timbul. Bedanya dengan meminum obat
biasa, meminum jamu jenis ini dapat menimbulkan efek samping yang
lebih buruk karena dosis dan campuran bahan di dalamnya belum tentu
sesuai karena tidak berdasarkan penelitian. Selain itu, jamu selalu tidak
pernah diindikasikan oleh resep dokter, sehingga terkadang di ragukan
keamanannya.
3. Keuntungan dan kekurangan mengkonsumsi jamu
Manfaat mengkonsumsi jamu tradisional: Jamu tradisional tidak
menghalangi kemampuannya dalam penyembuhan penyakit.
Sebaliknya justru dapat meningkatkan penyembuhan biologis sehingga
proses pemulihan akan dipercepat dan tubuh mampu mempertahankan
lingkungan internal yang ideal.
Kelebihan dari jamu tradisional:
 Biaya yang lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan yang
dibeli dari farmasi.
 Jamu dapat dibeli tanpa resep dokter dan banyak tersedia di
toko kesehatan.
 Lebih efektif dibandingkan dengan obat-obatan allopathic
untuk penyakit tertentu.
 Dapat mengobati penyakit jantung, kolesterol dan sebagai obat
kuat juga.
Kekurangan dari jamu tradisional:
 Tidak ada jaminan kualitas untuk produk jamu tradisional.
 Untuk penyakit tertentu mungkin memiliki efek samping
negatif. Efek samping ini mungkin tidak akan terungkap
segera, tapi akan terlilhat setelah beberapa bulan atau bahkan
bertahun-tahun.
 Mengandung berbagai bahan dan tumbuhan yang tentunya
anda harus menyesuaikan diri dengan bahan-bahan tradisional
tersebut agar idak alergi.
 Memakan waktu yang cukup lama, maka anda harus memiliki
kesebaran yang ekstra.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Macam-macam kearifan arif yang mendung kesehatan diantaranya yang yaitu
pertama olahraga tradisonal dan tarian nasional atau daerah. Olahraga
tradisional merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang baik secara
jasmani maupun rohani yang tumbuh dari tradisi dan kebudayaan setempat.
Kedua, kebiasaan kerokan di masyarakat. Kerokan berasal dari kata bahasa
jawa kerokyang berarti garuk dan kata akhiran –an merupakan kata kerja,
maka kerokan adalah menggaruk. Meskipun kerokan dalam dunia ilmiah
dapat mengatasi masuk angin, namun seperti obat pada umumnya kerokan
tidak baik dan menimbulkan efek samping bila dilakukan secara terus
menerus tanpa ada jeda, bisa diumpamakan dengan overdosis obat.
Pengembangan nutrisi tradisional yang bermanfaat untuk kebugaraan tentang
kebiasaan minum jamu. Minum jamu dianggap oleh masyarakat bangsa
Indonesia sebagai obat tradisional. Namun jika mengkonsumsi secara
berlebih akan menimbulkan efek samping yang menimbulkan kerusakan pada
organ tubuh terutama pada ginjal.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan kita harus berusaha untuk mengarahkan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Walaupun sudah menjadi kebiasaan
yang sudah mlekat secara turun temurun, tetap kita harus berusaha agar
masyarakat dapat memahami kebiasaannya dalam upaya untuk
meningkatkan kesehatan, sehingga apabila kebiasaannya baik untuk
kesehatan bisa dipertahhankan dan apabila tidak baik bisa diubah
perilakunya.

2. Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya mengetahui dan memahami kebiasannya yang
sudah turun temurun dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan,
Apabila kebiasaannya baik untuk kesehatan, bisa dipertahhankan ataupun
dilestarikan tanpa meninggalkan ciri khas kebudayaannya tersebut.
Namun apabila kebiasaannya tidak baik, masyarakat seharusnyamemiliki
kesadaran untuk bisa mengubah perilakunya walaupun sulit untuk
dihilangkan karena ini demi kesehatan masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Rahmy Wulandari & Azrianingsih, Rodiyati. (2014). Etnobotani Jamu

Gendon Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa

Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Biotropika 2.4

(2014): 198-202.

Deimon. (2013). “Khasiat dan Efek Samping Kerokan Ketika Masuk Angin”

diunduh dari (http://deimon.pun.bz/khasiat-dan-efek-samping-kerokan-

ketika.xhtml), pada 17 Desember 2017 pukul 14.00 WIB.

http://olahraga.biz.id/2017/01/12/10-olahraga-tradisional-asli-indonesia/

Komitmen Minum Jamu, 2015. Diakses tanggal 18 Desember 2017 pukul 20.00

WIB. http://www.litbang.kemkes.go.id/node/650.

Purnamawati, Dewi & Ariawan, Iwan. 2012. Jamu Consumption by Pregnant

Mothers as a Risk Factor of Newborn Asphyxia. Kesmas, Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6, Juni 2012. 267-272,

Diakses tanggal 18 Desember 2017 pukul 19.30 WIB.

http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/viewFile/80/81.

Riset Saintifikasi Jamu, 2015. Diakses tanggal 18 Desember 2017 pukul 21.00

WIB. http://www.litbang.depkes.go.id/riset-jamu.

Soenarto, 2004. Kebudayaan Jawa dan Perspektifnya. Makalah disampaikan

dalam dialog Kebudayaan Nasional kerjasama pusat studi budaya dan

Puslit PKLH lembaga penelitian UNY.

Anda mungkin juga menyukai