Anda di halaman 1dari 3

1.

Perdarahan

Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga
merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan, selama
persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan
kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian. Meskipun dapat
dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia uterus (uterine
atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk berkontraksi setelah
melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab lain yang lebih jarang
adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau sebagian jaringan plasenta
tertinggal di rahim. Penyebab trauma termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus.

Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan,
yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan risiko
depresi post-partum.

Perdarahan post partum dapat ditangani dengan pengelolaan yang melibatkan obat-obatan dan
perawatan non obat.

2. Eklampsia

Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat kehamilan
atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi
setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam
pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan komplikasi berat dari kondisi
yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga dikenal sebagai toxemia
kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin),
edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat
diidentifikasi pada masa kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan
pemeriksaan fisik. Deteksi dini dan pengelolaan preeklampsia dapat mencegah
perkembangannya menjadi eklampsia.
3. Sepsis

Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya
terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba dan
ovarium atau ke dalam aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga dikenal
sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A
Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat
melahirkan.

Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:

 Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum


 Nyeri perut bawah
 Keputihan berbau busuk
 Perdarahan dari vagina
 Pusing dan pingsan

Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan,
misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. Sepsis juga dapat disebabkan
oleh infeksi menular seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini dapat dicegah
atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian infeksi yang tinggi
selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama dan sesudah persalinan.

4. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung.
Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi
penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat risiko
tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi
dan/atau ibu.

 Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan menewaskan lebih
dari 1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum pada wilayah Indonesia
bagian timur. Malaria dapat dicegah dengan obat-obatan yang tepat dan perangkat
antinyamuk.
 Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak
tahun 2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia (diperkirakan sekitar 1,75
miliar) terinfeksi basil tuberculosis. Penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan dan
menyebabkan kematian ibu dan/ atau janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-
obatan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
 Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis B (HBV)
adalah penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus hepatitis E
(HEV) adalah yang paling dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E
akut dapat memberikan gejala tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu
sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi
yang lebih baik.
5. Gagal Paru

Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum kedaruratan kebidanan yang
berisiko kematian tinggi. Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru
(pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan (postpartum).
Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan kemampuan untuk
membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan saat persalinan).
Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan) darah yang secara
mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang disebut embolisme paru.

Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan
batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan anti
trombosis dan perawatan kedaruratan.

Anda mungkin juga menyukai