PENDAHULUAN
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit
semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan
diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah
Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara
berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir
ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama
di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 2003: 573).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai macam
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada
membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer arief, 2001:
580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya
penanganan yang tepat dan serius. Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO).
1.2 TUJUAN
Pada Karya Tulis ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai organ, pankreas memiliki dua fungsi yang penting, yaitu fungsi eksokrin yang
memegang peranan penting dalam fungsi pencernaan, dan fungsi endokrin yang menghasilkan
hormon insulin, glukagon, somastatin dan pankreatik polipeptida. Fungsi endokrin adalah
untuk mengatur berbagai aspek metabolisme bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat,
lemak dan protein. Komponen endokrin pankreas terdiri dari kurang lebih 0,7 sampai 1 juta sel
endokrin yang dikenal sebagai pulau-pulau langerhans. Sel pulau dapat dibedakan sebagai :
1. Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glukagon
2. Sel beta (lebih kurang 80 % dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin
dari proinsulin. Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal
dengan 86 asam amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan
4 asam amino dan dengan rantai asam amino dari ke-33 sampai ke-63 yang
menjadi peptida penghubung (connecting peptide)
3. Sel D (lebih kurang 3-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
4. Sel PP yang menghasilkan pankreatik polipeptida.
5. Pada awalnya, diduga bahwa sekresi insulin seluruhnya diatur oleh konsentrasi
gula darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator automik.
Insulin adalah peptida dengan BM kira-kira 6000. polipeptida ini terdiri dari 51 asam
amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfida yaitu antara A-7 dengan B-7
dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih terdapat jembatan disulfida antara asam amino ke-6
dan ke-11 pada rantai A.
Sekresi insulin umumnya dipacu oleh asupan glukosa dan disfosforisasi dalam sel beta
pankreas. Karena insulin adalah protein, degradasi pada saluran cerna jika diberikan peroral.
Karena itu perparat insulin umumnya diberikan secara suntikan subkutan. Gejala hipoglikemia
merupakan reaksi samping insulin yang paling serius dan umum dari kelebihan dosis insulin,
reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi. Manfaat insulin :
Insulin bekerja dengan jalan terikat dengan reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel target. Terdapat dua jenis mekanisme kerja insulin. Pertama, melibatkan proses
fosforilase yang berasal dari aktifitas tirosin kinase yang menyebabkan beberapa protein
intrasel seperti glucose transporter-4, transferin, reseptor low-density lipoprotein (LDL), dan
reseptor insulin-like growth factor II (IGF-II), akan bergerak kepermukaan sel. Bergeraknya
reseptor-reseptor ini kepermukaan sel akan memfasilitasi transport berbagai bahan nutrisi ke
jaringan yang menjadi target dari hormon insulin. Kedua, melibatkan proses hidrolisis dari
glikolipid membran oleh aktifitas fosfolipase C. Dalam proses ini dilibatkan second
messenger seperti IP3, DAG atau glukosamin yang menyebabkan respon intrasel dengan jalan
mengaktifkan protein kinase.
2.2 PENGERTIAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat
kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang
secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu
hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia.
Anderson Price, 1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan,
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan
insulin (Barbara Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro
vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
2.4 ETIOLOGI
b. Faktor-faktor imunologi
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana Mirza, 2009).
b. Obesitas
d. Penyakit Lain
e. Usia
2.5 PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan
makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur
karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40%
diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat
telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a. Glukosa darah
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap
glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole
blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15%
dibanding glukosa plasma atau serum.
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
a. J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b. J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
c. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=
berat badan normal) dengan rumus:
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah:
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
3. Penyuluhan
4. Obat
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1. Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
factor antara lain:
a. lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan,
dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan
setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
2. Pemijatan (Masage)
3. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi
insulin.
a. Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini
berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b. Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat
perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u –
10 maka efek insulin dipercepat.
2.9 KOMPLIKASI
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b.Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d.Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di
atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali
pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika
keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga
digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil
pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat
untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan
menddapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl,
kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi
glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
(Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau
2. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram pada TTGO Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari
yang lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat.
Asuhan Keperawatan Pada An.R dengan Diabetes Melitus di ruang
KASUS :
An. R berusia 10 tahun dirawat di IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP M. Djamil Padang dengan
keluhan masuk badan terasa lemah, penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 bulan terakhir. Klien
mempunyai riwayat Diabetes dari keluarganya. Penuturan keluarga akhir-akhir ini klien sering
BAK, bila malam hingga 10 kali, sering lapar dan haus namun badan klien semakin kurus
bukan semakin gemuk. Sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah
sakit. Pada pemeriksaan didapatkan TD=170/100 mmhg, Nadi=80x/menit, RR=20x/menit,
T=37,20C. Gula Darah sewaktu saat masuk 425 mg/dl.
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : An. R
Umur : 10 tahun
Pekerjaan : pelajar
No. RM : 0063xx
Nama : Nn. Y
Umur : 54 tahun
B. Keluhan Utama
Klien merasa badannya lemah, dan mengalami penurunan berat badan 8 kg dalam
1 bulan terakhir.
Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2013 melalui IGD
dengan keluhan badan lemas dan sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri.
Keluhan disertai dengan sering BAK terutama pada malam hari, sering lapar dan
haus, namun badan klien semakin kurus bukan semakin gemuk. Dilakukan
pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil GDS = 425 g/dl.
Oleh dokter yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat. Kemudian klien
dipindahkan ke ruang Interne Pria. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12
Januari 2013, klien masih terlihat lemah.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : CM
2. TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit.
S : 37,20C
3. TB : 100 Cm
BB : 32Kg
4. Kepala : Simetris.
5. Rambut : Hitam, lurus dan tidak tampak ketombe di kulit kepala.
6. Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor.
7. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada benjolan.
8. Mulut : Mukosa bibir sedikit kering.
9. Gigi : Caries (-)
10. Leher :Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran
vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
11. Jantung :
Perkusi : sonor
13. Abdomen :
Perkusi : Timpani
Auskultasi : 12x/menit.
Nilai Normal
MCV : 83 fL MCV : 81 – 99 fL
Sebelum sakit : klien mengatakan tidak bisa menjaga pola makan dan sering
sekali minum mnuman yang manis secara berlebihan. Klien belum tahu
mengenai penyakit diabetes militus. Jika saki klien selalu memeriksakan
kesehatannya ke rumah sakit atau kelinik terdekat.
Saat sakit : klien mengatakan sangat cemas akan penyakitnya, klien mengatakan
ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti biasanya.klien
menuruti diet yang diberikan di rumah sakit Pada saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 12 Januari 2013 pada pukul 10.00, Saat ini, klien mendapatkan
terapi infus RL 20 tts/mnt.
Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit klien biasa makan 3 kali sehari
dengan menu nasi lauk pauk sayuran, buah, dan klien menyukai semua jenis
makanan. Klien tidak mempunyai alergi pada pada makanan. Klien minum
kurang lebih 8-9 elas perhari dengan minuman yang bervariasi seperti ; air putih,
the manis, susu, dan minuman manis. Berat badan klien 40 kg.
Saat sakit : klien makan 3 kali sehari dari rumah sakit dengan makanan diet
diabetes tipe 2, dan tidak dihabiskan setengah porsi. Minum 11-12 gelas perhari
dengan minuman yang disediakan oleh keluarga dan rumah sakit dengan jenis
minuman teh tawar dan air putih. Berat badan 32 kg.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien bisa
BAB 1 kali perhari setiap pagi hari dengan karakteristik feses lunak berbentuk,
warna kuning, bau khas. Klien biasa BAK 6-7 kali sehari dengan karakteristik
urin, warna kekuningan.
Saat sakit : BAB 1 kali sehari dengan karakteristik lunak berbentuk, bau khas.
BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik urine kuning jernih dan berbau khas.
Sebelum sakit : klien beraktivitas secara mandiri dan tanpa dibantu orang lain.
Saat sakit : klien merasa Lelah setelah beraktivitas dan melakukan aktivitas
dibantu keluarga dan perawat seperti ; makan, minum, pergi ke kamar mandi,
dan beraktivitas di tempat tidur.
Sebelum sakit : klien biasa tidur kurang lebih 8 jam perhari. Klien mengatakan
tidak mempunyai kebiasaan pengantar tidur dan tidak pernah mengkonsumsi
obat tidur.
Saat sakit : klien mengatakan saat sakit klien tidur 4-5 jam atau lebih perhari,
karena klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.
Gambaran diri : Klien mengatakan klien bisa meneerima dengan keadaan fisik
tubuhnya saat ini.
Ideal diri :Klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarganya.
Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang anak. Hubungan klien
dengan orang terdekat tidak mengalami masalah. Setelah dirawat di umah sakit
klien akan menjaga kondisinya saat ini dan akan selalu memeriksakan ke dokter.
1 Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Status Gizi : Asupan Makanan Monitor gizi
Tubuh b.dPenurunan Insulin Dan Cairan Klien diharapkan Aktivitas yang dilakukan
mampu untuk : :
Data Subjektif :
1. klien sering merasa lapar dan haus 1. Mempertahankan berat 1. Amati
2. klien mengatakan berat badannya badan kecenderungan
menurun selama 1 bulan terakhir 2. Mempertahankan masa pengurangandan
Data Objektif : tubuh dan berat badan dan penambahan
1. Berat badan klien sebelum sakit dalam batas normal BB
76 kg setelah sakit 68 kg 3. Memiliki nilai 2. Monitor jenis dan
2. Mukosa bibir kering laboratorium dalam batas jumlah latihan
3. Klien makan 3x/hari, normal yang dilaksanakan
menghabiskan 3/4 porsimakanan 4. Melaporkan tingkat energi 3. Monitor respon
dan mengkonsumsi buah- yang adekuat emosional klien
buahan ketika ditempatka
pada suatu keadaan
yang ada makanan
4. Monitor
lingkungan tempat
makanan
5. Monitor mual dan
muntah
6. Monitor tingkat
energi, rasa tidak
enak
badan,kelatihan
dan kelemahan
7. Monitor masukan
kalori dari bahan
makanan
8. Manajemen
Nutrisi
1. Monitor
guladarah
sesuaiindikasi.
2. Monitor tanda
dan gejala
poliuri,
polidipsi,
polifagia.
Keletihan,
pandangankabur
atausakit kepala
3. Monitor TTV
sesuai indikasi
4. Batasi latihan
ketika gula
darah besar dari
250mg/dl
khusus nya
adanya keton
dalam urin
5. Monitor status
cairan intake
output sesuai
kebutuhan
2 Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Keseimbangan Elektrolit dan Manajemen Asam-Basa
Osmotik asam-Basa, Klien diharapkan
Aktivitas yang dilakukan
mampu untuk menormalkan :
Data Subjektif : :
1. Klien mengatakan sering a. Albumin serum
1. Monitor status
merasa haus b. pH serum
hemodinamik
2. Klien mengaku sering BAK, c. Kreatinin serum
termasuk CVP
bila malam hari hingga 10 d. Bikarbonat serum
(tekanan vena
kali e. pH Urine
sentral), MAP
3. Klien mengatakan berat f. Keseimbangan Cairan
(tekanan arteri rata
badannya menurun selama 1
Klien diharapkan mampu untuk rata), PAP
bulan terakhir
menormalkan : (tekanan arteri
Data Objektif :
paru)
a. Klien minum sekitar 2500 cc 1. Tanda-tanda dehidrasi
2. Dapatkan hasil
sehari tidak ada
labor untuk
b. Klien terlihat kurang tidur, karena 2. Mukosa mulut dan bibir
menganalisa
sering BAK, terutama pada malam lembab
keseimbangna
hari 3. Balan cairan seimbang
asam basa seperti
c. Berat badan klien sebelum sakit 76 4. Hidrasi
ABG, urin dan
kg setelah sakit 68 kg Klien diharapkan mampu level serum
d. Mukosa bibir kering menormalkan : 3. Pantau
e. TD : 170/100 mmHg
1. Hidrasi kulit ketidakseimbangan
N : 80x/menit
2. Kelembaban membran elektrolit yang
RR : 20x/menit
mukosa semakin buruk
S : 37,2o C
3. Haus yang abormal dengan
1. Timbang BB tiap
hari
2. Pertahankan
intake yang akurat
3. Monitor status
hidrasi (seperti
:kelembapan
mukosa
membrane, nadi)
4. Monitor status
hemodinamik
termasuk
CVP,MAP, PAP
5. Monitor hasil lab.
terkait retensi
cairan
(peningkatan
BUN, Ht ↓)
6. Monitor TTV
7. Monitor adanya
indikasi
retensi/overload
cairan (seperti
:edem, asites,
distensi vena
leher)
8. Monitor
perubahan BB
klien sebelum dan
sesudah dianalisa
9. Monitor status
nutrisi
10. Monitor respon
pasien untuk
meresepkan terapi
elektrolit
11. Pemantauan
Cairan
1. Diskusikan dengan
klien hubungan
antara intake
maknan, latihan,
peningkatan berat
badan dan
kehilangan berat
badan
2. Diskusikan dengan
klien kondisi
pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan
3. Diskusikan
hubungan resiko
berat badan normal
dan tidak normal
4. Beri informasi
kepada klien tentang
berat badan yang
ideal
5. Diskusikan bersama
klien metode
tentang intake
makanan sehari-hari
6. Minta informasi dari
klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya
7. Kaji peningkatan
keseimbangan
makanan
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin
(hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang
umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart). Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
4.2 SARAN
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini
sangat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu penderita
penyakit diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam darah dengan
tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari
itu penderita bisa menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga harus harus rajin
dalam olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC