Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PERIODE POST PARTUM (MASA NIFAS)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer, 2001, hal.
315).
Nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat-alat kandungan pada keadaan yang normal yang berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari (Sarwono,2002 hal.237).
Periode pasca partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang kadang disebut puerpurium atau trimester
keempat kehamilan.(Bobak, 2005 hal:492)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
1. Passage (jalan Lahir)
Jailan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan entriotus (Lubang Luar Vagina). Meskipun jaringan
lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan.

6
Janin harus menyesuaikan dirinya terhadapap jalan yang relative kaku.
Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum
persalinan dimulai.
2. Passanger (janin dan plasenta)

Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat


interkasi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,
maka dia juga dianggap sebagai bagianb dari passenger yang menyertai
janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada
kehamilan normal.
3. Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontaksi involunter dan


volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
dilmulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi, usaha volenter dimulai
untuk mendorong yang disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.

C. SEBAB – SEBAB MULANYA PERSALINAN


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulanya
kekuatan his. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang
memungkinkan terjadinya persalinan.
1. Teori keterangan
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas
tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi
sehinggapersalinan dapat dimulai. Keadaan eterus yang terus membesar
da menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot eterus.
2. Teori penurunan progesteron

7
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
ternadu penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan 2 buntu.
3. Teori oksitosin internal
Dikeluarkan oleh kelenjar hipotise parst perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone dapat menyebabkan terjadinya Braxton hiks.
4. Teori prostaglandin
Sejak umtur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan.
5. Teori Hipotalamus-ptuitari dan Gladula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus, sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalasmus.
6. Teori berkurangnya nutrisi
Demikian oleh hipokrates untuk pertamakalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

D. PATOFISIOLOGI
Dua hormon yang dominan saat hamil yaitu hormon estrogen dan
progesteron.
1) Hormon estrogen
a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.
b) Meningkatkan penerimaan dan rangsangan dari luar seperti,
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan
rangsangan mekanis.
2) Hormon progesteron.
a) Menurunkan sensitivitas otot rahim.
b) Menyulitkan penerimaan rangsangan.
c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Peningkatan hormone estrogen dan progesterone akan


merangsang pengeluaran prostaglandin sehingga kadar prostaglandin

8
produksinya akan meningkat, kemudian terjadi peregangan dan
pembesaran uterus iskemi otot-otot uterus yang menyebabkan
penekanan pada ganglion servikale. Hal tersebut menyebabkan uterus
berkontraksi sehingga kepala janin masuk ke ruang panggul akhirnya
menyebabkan perineum menonjol dan melebar, anus membuka yang
menyebabkan kontraksi uterus semakin bertambah, akhirnya bayi lahir ,
plasenta lahir dilakukan episiotomy, adapun komplikasi yang mungkin
terjadi selama proses persalinan yaitu pengeluaran darah post partum
dan eklamsi post partum. Manifestasi klinis yaitu nyeri pada area luka,
nyeri saat kencing, retensio urine, pasien takut kencing, mamae
bengkak, putting bengkak, putting susu menonjol, kolustrum tidak
keluar, pasien tidak tahu tentang perawatan luka jahitan, pasien
bingung.

E. KLASIFIKASI
Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermediet yaitu kepulihan menyeluruh alat alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.
Tujuan asuhan keperawatan pada ibu nifas adalah:
1) Memberikan asuhan keperawatan kepada ibu untuk bisa
melakukan perawatan post partum dengan benar.
2) Memberikan asuhan keperawatan kepada ibu untuk bisa
melakukan perawatan bayi baru lahir.
3) Memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat untuk bisa
menerima dengan baik kehadiran bayi dan memberikan motivasi
kepada ibu untuk menjalani perawatan post partum.
F. GEJALA KLINIS

9
1. Perubahan Fisik pada nifas.
Dalam masa nifas ditemukan tiga kejadian penting yaitu, Involusi
Uterus, Lochea dan Laktasi.
a) Involusi Uterus.
Proses involusi uterus adalah proses kembalinya alat-alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir seperti keadaan sebelumnya
hamil yang terjadi setelah bayi dilahirkan. Setelah bayi dilahirkan
uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi akan menjadi
keras sehingga dapat menutupi pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implamasi plasenta dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik (pemecahan protein yang akan
dikeluarkan melalui urine), sehingga alat-alat kandungan akan
perlahan-lahan mengecil dan pada akhir nifas besarnya seperti
semula dengan berat 30 gram. Disamping itu pembuluh-pembuluh
darah yang berada dalam anyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
TABEL
Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus
Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi ahir setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu tidak teraba di atas simpisis 350 gr
6 minggu bertambah kecil 50 gr
8 minggu sebesar normal 30 gr
(Mochtar,1998, hal.115)
b) Lochea.
Lochea adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium
dan sisa dari tempat implantasi plasenta.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

10
sebagai berikut:
1) Lochea rubra (cruenta) : pada hari pertama sampai hari
ketiga berwarna merah dan hitam,berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
2) Lochea sanguinolenta : dimulai pada hari ketiga sampai
hari ketujuh,berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.
3) Lochea serosa : dimulai pada hari ketujuh sampai 14 hari,
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba : setelah hari ke 14 atau setelah 2 minggu,
cairan berwarna putih.
5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis : lochea tidak lancar keluarnya.
c) Laktasi.
Untuk menghadapi masa laktasi dari kehamilan sudah terjadi
perubahan-perubahan pada kedua mamae yaitu proliferasi pada
kelenjar alveoli dan jaringan lemak, kadang-kadang keluar
colostrum hiper vaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam
mamae sehingga vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Setelah
persalinan pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hipofisis hilang dan timbul pengaruh hormon laktogenik
(LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu keluar. Selain
itu proses laktasi terjadi karena reflek yang timbul oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi saat menyusui mengakibatkan
oksitosin disekresikan sehingga air susu dapat dikeluarkkan.
Keluarnya ASI dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Colostrum dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah
bayi lahir, warna kuning-kuningan dan agak kental.
Colostrum kaya akan protein, imunoglubolin yang
mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan anak

11
terhadap penyakit dan lactoperin.
2) ASI masa transisi dihasilkan mulai hari ke 4 – 10.
3) ASI mature dihasilkan mulai hari ke 10 sampai seterusnya.

2. Perubahan Psikososial pada nifas.


a) Periode Taking-in
Masa dimana Ibu bersifat pasif dan bergantung, energi
difokuskan pada perubahan pada tubuhnya, ibu sering mengulang
kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin
diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini
berlangsung 1 sampai 2 hari setelah melahirkan.
b) Periode Taking-hold
Pada masa ini Ibu menaruh perhatian pada kemampuannya
untuk menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan
tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu berusaha untuk terampil
dalam perawatan bayinya yang baru dilahirkan. Periode ini
berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.
c) Periode Letting-go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali kerumah. Ibu
menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi baru lahir, ia
harus beradaptasi terhadap ketergantungan bayinya dan beradaptasi
terhadap penurunan otonomi kemandirian dan interaksi sosial.
G. MANISFESTASI KLINIS
1. Genetalia interna dan ekterna.
1. Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari
dibawah pusat.
2. Serviks agak terbuka seperti corong dan konsistensi lunak.
3. Ligamen, diafragma pelvis meregang.
4. Luka jalan lahir, nyeri pada luka episotomi yang telah
dijahit dan luka pada serviks.
5. Endometrium mengalami perubahan yaitu timbulnya

12
trombosit, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
2. Suhu tubuh pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5oC di keadaan
normal tapi tidak lebih dari 37,5oC.
a. Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit, pada masa-masa
nifas umumnya denyutan lebih labil dibanding suhu tubuh.
b. Hemokosentrasi dapat terjadi pada hari ke-3 sampai hari
ke-15 pasca persalinan.
3. Laktasi
a. Produksi ASI terjadi hari kedua
atau ketiga post partum.
b. Keluar colostrum.
c. Hiperpigmentasi areola mammae.
d. Puting lecet disebabkan cara
menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar.
e. Payudara bengkak disebabkan
oleh pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup
sering menyusui.
f. Mastitis yaitu tampak edema,
kemerahan dan nyeri yang bisa terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan.
g. Abses payudara.
4. Perasaan mules akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari post partum.
5. Lochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
6. Nyeri pada saat miksi karena luka bekas episiotomi.
7. Perasaan takut BAB karena takut jahitan robek.

H. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK

13
1. Pemeriksaan darah lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah
merah (RBC) sel-sel darah putih (WBC) nilai hematokrit (Ht) dan
hemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan pap smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
3. Pemeriksaan urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri
dalam urine seperti streptokokus.

I. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari ibu nifas yaitu:
1) Infeksi nifas
2) Pendarahan post partum
3) Eklamsi post partum
4) Abces payudara
5) Baby bluse

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Mobilisasi
Kini perawatan peurperium lebih aktif dengan
menganjurkan untuk melakukan “ Mobilisasi dini “ (Early
mobilization) Ibu harus cukup istirahat dan 2 jam post partum, ibu
harus terlentang untuk mencegah terjadinya pendarahan post
partum.
Sesudah 2 jam ibu boleh miring kanan miring kiri, untuk mencegah
adanya trombosit. Pada hari kedua, bila perlu lakukan latihan
senam nifas dan ibu diperbolehkan pulang.

2) Pemberian cairan

14
Pemberian cairan dapat dilakukan sendiri mungkin untuk
mencegah terjadinya hipertermi, dehidrasi dan komplikasi pada
organ-organ lainnya. Tetapi untuk perdarahan aktif pada waktu
persalinan, pemberian cairan per infus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan dan bila perdarahannya
banyak maka siapkan untuk tranfusi.
3) Pemeriksaan fisik
1. Observasi kontraksi uterus, fundus uteri dan perdarahan.
2. Sarankan ibu agar tidak menggunakan pembebat perut segera
pada masa nifas karena akan mempersulit bagi petugas
kesehatan untuk mekonium tonus dan posisi uterus.
4) Kebersihan diri
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2. Mengajarkan cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut 3 kali sehari.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan alat kelamin.
5. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
5) Istirahat
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebih.
2. Sarankan ibu untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.

15
6) Latihan
1. Tidur terlentang dengan lengan disamping menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam atau angkat dagu ke
dada.
2. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul.
7) Gizi
1. Mengkonsumsi tambahan : 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 2-3 liter (± 2000-3000cc) air setiap hari.
4. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya 40 hari pasca bersalin.
5. Minum kapsul vitamin A (200-600 unit) agar bisa mendapatkan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
8) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri, bila kandung kemih
penuh dan tidak miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.
9) Defekasi harus ada dalam 3-4 hari post partum, bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat peoral atau perektal.
10) Perawatan payudara (mammae).
1. Menjaga payudara tetep bersih dan kering terutama putting
susu.
2. Mengajarkan pada ibu teknik massage payudara untuk
memperlancar keluarnya ASI.
3. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
11) Senggama.
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti.
2. Menunda hubungan suami isteri sampai masa waktu tertentu
(40 hari atau 6 minggu setelah persalinan).

16
3. Dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa
rasa nyeri.
12) KB.
Penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Pada
umumnya sebagian besar metode KB dimulai 2 minggu setelah
melahirkan.
13) Laktasi.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipotise. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih
banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih
sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang
tidak ada bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk
menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya. Ibu dan
bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar (rooming in) atau pada
tempat yang terpisah.
Keuntungan rooming in:
a) Mudah dalam menyusui bayi.
b) Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi.
c) Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. (Doenges,2000;Carpenito,2001). Hal-hal yang perlu dikaji
yaitu :
1) Identitas pasien dan penanggung.
2) Keluhan utama : pada pasien post partum keluhan utama yang
biasa muncul nyeri pada alat kelaminnya karena luka bekas

17
episiotomi.
3) Riwayat menstruasi : hal yang biasa dikaji adalah umur menarche,
siklus haid, keadaan darah, seperti warna, bau, kosistensi, disertai
disminorhoe atau tidak, haid pertama, haid terakhir (HPHT) dan
tafsiran partus.
4) Riwayat perkawinan : hal yang dikaji perkawinan yang ke berapa,
usia menikah dan lamanya kawin.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
a) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas terdahulu
Hal yang perlu dikaji adalah jumlah kehamilan, jumlah
kelahiran, umur kehamilan terakhir, tempat bersalin, jalannya
persalinan, berat badan bayi saat lahir, umur anak, jenis kelamin
apakah anak hidup atau mati dan bagaimana keadaan ibu dan
anak.
b) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas sekarang
Hal yang perlu dikaji pemeriksaan rutin selama kehamilan
berapa kali,imunisasi TT berapa kali,apakah pernah melakukan
pemeriksaan USG,selama hamil apakah pernah mengkonsumsi
obat-obatan selain yang diberikan oleh bidan atau dokter serta
minum-minumam keras dan jamu-jamuan dan yang terakhir
proses jalannya persalinan.
6) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Kaji apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang digunakan, rencana menggunakan alat
kontrasepsi apa dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kaji pada pasien penyakit apa yang pernah diderita yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
8) Riwayat penyakit keluarga,yang dikaji adalah apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti riwayat penyakit TBC,
jantung, hipertensi, AIDS, diabetes militus, asma, penyakit

18
hubungan seksual (seperti shipilis,gonorhoe) dan apakah dalam
keluarga ada riwayat gemeli.
9) Data biologis
a). Bernafas : Ada keluhan/kesulitan dalam bernafas
baik saat menghirup atau
menghembuskan nafas terutama
pasca pembedahan.
b). Makan dan minum
Makan : Makan lebih dari jumlah biasanya
karena untuk memenuhi nutrisi bagi
bayi saat menyusui.
Minum : Minum lebih dari 8 gelas per hari
untuk memenuhi kebutuhan cairan
karena menyusui.
c). Eleminasi
BAK : Kaji adanya keluhan rasa perih saat
berkemih karena adanya luka
episiotomi.
BAB : Biasanya ibu takut BAB karena takut
jahitan luka robek.
d). Istirahat : Bagaimana kebiasaan dan masalah
apa yang dapat mengganggu istirahat
dan tidur pasien.
e). Gerak dan aktivitas : Setelah persalinan biasanya hati- hati
dalam bergerak karena nyeri pada
luka jahitan akan bertambah saat
bergerak.
f). Kebersihan diri : Kebiasaan menjaga kebersihan diri
terutama payudara dan vulva.
g). Berpakaian : Kebiasaan mengganti pakaian.
h). Pengaturan suhu tubuh

19
10) Data psikologis
a) Rasa nyaman : Biasanya ibu setelah persalinan
mengeluh nyeri pada luka jahitan dan
merasa mulas pada perutnya karena
kontraksi uterus.
b) Rasa aman : Biasanya ibu setelah persalinan
mengeluh takut dan cemas karena
kelahiran anaknya, bertanya-tanya
tentang keadaanya.
11) Data sosial
a) Sosial : Mencakup hubungan pasien
dengan
keluarga, perawat, dan tenaga medis
lainnya.
b) Bermain dan rekreasi : Kaji tentang kebiasaan pengisian
waktu luang.
c) Prestasi : Kaji hal-hal yang membanggakan
dari pasien yang ada hubungannya
dengan kondisinya.
d) Pengetahuan : Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang perawatan post partum,
seperti perawatan payudara, cara
cebok yang benar, memandikan bayi,
merawat tali pusat dan cara
menyusui yang benar.
12) Data spiritual
Kaji tingkat keyakinan pasien terhadap Tuhan dan agama yang
dianutnya.
13) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum pasien : suhu, nadi, tekanan darah, respirasi,
berat badan, tinggi badan.
b) Pemeriksaan muka: adanya cloasma gravidarum.
c) Pemeriksaan mata: konjungtiva pucat atau tidak.
d) Pemeriksaan mulut: bibir kering,kebiruan
e) Pemeriksaan buah dada: bentuk simetris tidak, keadaan puting

20
susu, hiperpigmentasi areola lecet atau luka, pembengkakan
buah dada, kebersihan, keluar colostrum, produksi ASI.
f) Pemeriksaan abdomen : Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi
uterus, relaksasi otot perut, distensi kandung kemih.
g) Pemeriksaan genetalia dan anus : pengeluaran seperti lochea
seperti warna, jumlah, kosistensi, bau, kebersihan, luka,
episiotomi dan heamoroid.
14) Pemeriksaan penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien
seperti data laboratorium.
15) Data bayi
Yang dicantumkan pada data bayi adalah tanggal dan waktu bayi
lahir,APGAR Score, berat badan lahir, panjang badan, kelainan-
kelainan yang terdapat pada bayi, termasuk therapy yang didapat
oleh bayi.

B. DIAGNOSA
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan Agen cidera biologis
dilakukanya tindakan episiotomi..
2) Ketidak cukupan air susu ibu berhubungan dengan Latching on
tidak efektif dan suplai ASI tidak adekuat.
3) Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder

21
terhadap episiotomi dan pengeluaran lochea.
5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan atau pergantian tidak adekuat peningkatan keluaran urine
dan kehilangan kasat mata meningkat, misalnya perdarahan.
6) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan kurang pengetahuan,ketidakefektifan dan tidak tersedia
model peran.
7) Kurang pengetahuan mengenai perawatan post partum dan
perawatan bayi berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan post partum,kesalahan interpretasi,dan tidak mengenal
sumber-sumber.
8) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, transisi atau kontak personal.

C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Dignosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri (akut) Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam Pain Management
Agen cidera fisik diharapakan nyeri pasien  Lakukan pengkajaian
terjadinya kontraksi berkurang dengan nyeri secara
NOC :

22
uterus  Pain level komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol nyeri
karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri,
frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan
factor presipitasi.
tekhnik nonfarmakologi  Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri  Gunakan teknik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
 Mampu menganali nyeri
pasien
(skala, intensitas, frekuensi  Evaluasi bersama
dan tanda nyeri) pasien dan tim
 Menyatakan rasa nyaman
kesehatan laintentang
setelah nyeri berkurang.
ketidakefektifan
control nyeri masa
lampau
 Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan ,
pencahayaan dan
kebisingan
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi relaksasi
napas dalam,
hypnosis, distraksi
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jikada keluhan

23
dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil

2 Ketidak cukupan air


susu ibu berhubungan
dengan Latching on
tidak efektif dan suplai
ASI tidak adekuat.

3 Ganguan eliminasi
urine berhubungan
dengan trauma
mekanis.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama ..x 24 jam Infection Control
masuknya organisme diharapakan tidak menunjukkan  Bersihkan lingkungan
sekunder terhadap tanda – tanda infeksi dengan setelah dipakai pasien
episiotomi dan NOC : lain
 Pertahankan teknik
pengeluaran lochea  Knowladge : Infection control
isolasi
Kriteria Hasil
 Batasi pengunjung
 Klien bebas dari tanda dan
bila perlu
gejala infeksi Instrusikan pada
 Mendeskripsikan proses
pengunjung untuk
penularan penyakit, factor
mencuci tangan saat
yang mempengaruhi
berkunjung dan setelah
penularan serta
berkunjung
penatalaksanannya
meninggalkan pasien
 Menunjukan kemamouan Gunakan sabun anti
untuk mencegah timbulnya mikrobia untuk cuci
infeksi tangan
 Jumlah leukosit dalam batas

24
normal  Cuci tangan setiap
 Menunjukan perilaku hidup
sebelum dan sesudah
sehat
tindakan keperawatan
 Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptic
selama pemasangan
alat
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
 Monitor hitung
granulosit dan WBC
 Monitor kerentanan
terhadap unfeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
yang beresiko
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inpeksi kondisi
luka/insisi bedah
 Instrusikam
pasienuntuk minum
antibiotic sesuai resep
 Ajarkan pasien dan

25
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
5 Resiko kekurangan Setelah dilakukan asuhan NIC:
volume cairan keperawatan selama ...x... jam Fluid Manajemen:
berhubungan dengan diharapkan volume cairan  Anjurkan keluarga
penurunan masukan seimbang untuk menimbang
atau pergantian tidak Kriteria hasil: popok/pembalut
adekuat peningkatan NOC: jika diperlukan
 Pertahankan
keluaran urine dan  Mempertahankan
kehilangan kasat mata catatan intake dan
urine output sesuai dengan
meningkat, misalnya output
usia dan BB
 Monitor vital sign
perdarahan.  Tanda-tanda vital
 Monitor status
normal
hidrasi
 Tidak ada tanda-
 Dorong keluarga
tanda dehidrasi, elastisitas
untuk membantu
tugor baik, membran mukosa
klien makan dan
lembab, tidak ada rasa haus
minum
berlebihan  Kolaborasi
 Intake oral dan
pemberian cairan
intravena adekuat.
intravena
 Hyvopolemi
management:
 Monitor hasil lab
yang sesuai
dengan retesi caira
(BUN, Hct,
osmolaritas rine,
albumin)
 Monitor suhu
tubuh 15 menit-1

26
jam
 Monitor status
nutrisi
 Berikan cairan
oral
 Monitor intake
dan output urine
tiap 8 jam
6 Resiko tinggi terhadap
perubahan menjadi
orang tua berhubungan
dengan kurang
pengetahuan,ketidakefe
ktifan dan tidak
tersedia model peran.

7 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan TEACHING:


mengenai perawatan keperawatan selama .....x24 jam Pengetahuan proses
post partum dan psien mengetahui tentang proses penyakit
perawatan bayi penyakit dengan indikator pasien  Berikan penilaian
berhubungan dengan dapat : tentang tingkat
kurang informasi pengetahuan
tentang perawatan post  Familiar dengan nama pasien tentang
partum,kesalahan penyakit proses penyakit
interpretasi,dan tidak  Mendeskripsikan proses yang spesifik
mengenal sumber- penyakit
sumber.  Mendeskripsikan faktor  Jelaskan
penyebab patofisiologi dari
 Mendeskripsikan faktor penyakit dan
resiko bagaiman hal ini
 Mendeskripsikan efek berhubungan
penyakit dengan anatomi

27
 Mendeskripsikan tanda dan fisiologi
dan gejala
 Mendeskripsikan  Gambarkan tanda
perjalanan penyakit dan gejala yang
 Mendeskripsikan tindakan biasa muncul pada
untuk menurunkan penyakit
progresifitas penyakit  Gambarkan proses
 Mendeskripsikan penyakit
komplikasi
 Mendeskripsikan tanda  Identifikasi
dan gejala dari komplikasi kemungkinan
 Mendeskripsikan tindakan penyebab dengan
pencegahan untuk cara yang tepat
komplikasi.
 Sediakan
informasi tentang
kondisi pasien

 Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien

 Sediakan
pengukuran
diagnostik yang
tersedia
  Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang

28
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit

 Diskusikan pilihan
terapi

 Gambarkan
rasional
rekomendasi
manajemen terapi

 Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan

8 Ansietas berhubungan
dengan krisis situasi,
ancaman pada konsep
diri, transisi atau
kontak personal.

29
D. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

E. EVALUASI

1. Nyeri berkurang atau terkontrol


2. Menyusui efektif
3. BAK secara normal
4. Infeksi tidak terjadi
5. Masukan cairan dan haluaran urine adekuat
6. Dapat beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua
7. Pengetahuan pasien meningkat
8. Ansietas berkurang sampai hilang

30
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3), Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. (2001), Diagnosa Keperawatan (Edisi ke-8). Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai