Anda di halaman 1dari 2

Cerahnya matahari pagi ini membakar semangatku di awal memulai kegiatan nan padat ini, keadaan

kota jogja yang sangat padat, ramai, macet serta panas membuat energiku terbakar habis. Tapi
semangat ku tak kan hilang begitu saja dengan suasana pagi membara ini. Sudah terbiasa jika mendapat
sift pagi haruslah tiba 1 jam sebelumnya. Agar jalanan di jogja tidaklah semakin menggila, namun
apalah daya ku. Perkiraan berangkat awal pun hanyalah cerita fiktif yang tak menjadi nyata. Apa boleh
buat, di keadaan yang belum siuman dari tidur haruslah berada di area jalanan sepadat ini. Tidur ku
belumlah cukup dari semalam berpulang di tengah malam selepas operan jaga siang. Mata sipit ku
masih terasa lebam, otot-otot di tubuhku merasakan penyiksaan meratapi lelahnya keseharianku.

Syok sesaat,ketika jari tangan kiriku memegang rem dengan eratnya di sertai jari tangan kanan yang
menyeimbanginya,aku medadak berhenti secara paksa . tampak lampu merah jalanan memerintahkan
ku untuk beristirahat sejenak. Dalam hitungan detik demi detiknya hitungan mundur lelampu jalanan itu
,tak sengaja pandangan ku beralih focus pada seorang pria separuh baya yang akan mengantarkan sang
anak gadisnya besekolah . kulihat anak itu tampak bersemangat memakai seragam putih biru nan rapih
sedang mendongeng a rutinitas nya selama ia berada di bangku kelas kepada sang ayah yang sedang
memboncengnya. Aku hanya terpana diam dan membisu melihat keasyikan perbincangan mereka.
Entah kenapa aku larut dalam keadaan tersebut, senyuman kecil ku ini seakan ku merasakan
kebahagiaan keduannya , perasaan apakah itu? .

Terlintas sejenak ketika lamunanku telah berakhir, aku langsung mengenali perasaan itu. Di ikuti lampu
jalanan yang tengah berganti warna menjadi hijau, pikiran dan perasaan ku pun berubah dalam sekejap.
Layaknya semudah membaikkan telapak tangan dalam sekian detik.

Singkat cerita, sang senja tiba membangunkan ku untuk bergegas menyelesaikan segala urusan dalam
hal merawat pasien. Lelah nya bukan main, tetapi rasa ikhlas dan bersyukurku lebih tinggi di banding
rasa lelah ku membantu orang-orang untuk kembali sembuh dan ceria.

Perasaan itu tak hilang-hilang dalam pikiran ku, semakin merajalela. Ku terfikir oleh sosok pria baya
yang ada dalam kehidupan ku. Kira-kira sudah 6 tahun aku tak berjumpa dengannya. melihat wajahnya,
melihat caranya berbicara, bentuk bibir nya saat tersenyum, langkah jalannya, tawanya yang khas.
Seketika terniang jelas di ingatan ku. Perasaan ini semakin menjadi-jadi, seakan sayatan perih yang
telah menggores lembut di jantungku. Terkadang ku merasa menolak, marah, tawar-menawar, depresi
dan menerima dalam situasi seerti ini. Tapi entah mengapa aku seakan terjebak dalam fase tawar-
menawar, selalu kusalahkan diri ku dengan kata-kata “Kenapa?”, kata itu semakin menghantui ku. Rasa
rindu akan kehadirannya pun tak bisa terelakaan lagi. Sempat ku berfikir tentang rencana masa depan
ku

“Sudah tepatkah aku menjadi seorang perawat di matamu? Keinginan seperti apa yang kau ingin kan
agar aku dapat membuatmu bangga? Bisakah engkau hadir dalam wisudaku kelak, layaknya teman-
teman ku yang berbahagia berkumpul dengan lengkapnya kelurga mereka? Berfoto bersama dalam
suasana yang berbahagia. Akan kah engkau hadir dalam pelaminan ku nanti, menjadi wali ku
mengumandangkan kata-kata pelepasan nan suci ?akan kah itu menjadi kenyataan ?bisakah aku
mendapatkan kesempatan itu untukku masa depan?bisakah aku melakukan hal-hal kecil itu? Sebentar
saja, tidaklah lama. Iya!. sebentar saja tuhan!”Tapi, itu hanyalah mimpi-mimpi kerikil. Begitu kecil
sampai kesempatan itu takkan pernah ada di massa depan ku.

“mengapa orang baik selalu di jemput begitu awal oleh NYA” Jawaban dari pertanyaan ku takan pernah
terjawabkan, jika ia pasti jawabannya tidaklah valid. Awalanya tubuhku merasakan sesak seperti
kurangnya okisigen dan aku tak mendapatkan nya secara cukup,seakan ku merasakan serangan asma
akut. hatiku terasa tersayat-sayat beriringan dengan titik demi titik air mengalir dari sudut mata sipitku,
suhu tubuhku tiba-tiba melambung jauh. Kepala berat, tubuh ku berkata agar kau berebah lemas saja.
Suara ku memanggil seseorang sembari terisak-isak di bawah pengaruh air mata. Hanya 1 kata tetapi
sangatlah sulit untuk ku sebutkan . “A…..y.a.h…..”

Anda mungkin juga menyukai