Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH


RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

Dewi Sartika HB1, Suarnianti2, H. Ismail3


1
Stikes Nani Hasanuddin Makassar
2
Stikes Nani Hasanuddin Makassar
3
Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Komunikasi terapeutik didefenisikan sebagai hubungan kerja sama yang ditandai dengan
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan erat yang
terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang diberi
perlakuan dan diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran
kembali (post test) yang diuji secara berpasangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang berada di ruang perawatan bedah RSUD Kota Makassar, pengambilan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 responden yang diambil berdasarkan metode Cluster Random Sampling.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan data dianalisis dengan menggunakan
Paired Sample T Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar dimana
untuk tingkat Dimensi Respon didapat nilai (p = 0,003) dan nilai tingkat Dimensi Tindakan yaitu (p =
0,023), dimana hasil tersebut lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan yaitu (< α = 0,05).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar.

Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Tingkat Kecemasan.

PENDAHULUAN fisiologis berupa palpitasi, keringat dingin


Selama beberapa dekade terakhir, pada telapak tangan, tekan darah, respirasi
keperawatan telah mengalami perubahan- peristaltik meningkat dan respon psikologis
perubahan yang mengagumkan, terutama dapat berupa gugup, tegang, serta tidak
melalui munculnya gerakan reformasi enak, dan lekas terkejut ( Long, 2009).
profesional pada tahun 1970-an yang disebut Data pasien pre operatif menurut
keperawatan baru. Salvage (2012) WHO di seluruh penjuru dunia mencapai
mengatakan unsur sentral dari ideologi dari angka peningkatan yang sangat signifikan dari
keperawatan baru adalah hubungan antara tahun ke tahun, di tahun 2011 angka tersebut
perawat dengan pasien. mencapai 140 juta jiwa pasien di seluruh
Hubungan terapeutik perawat-pasien rumah sakit di dunia pernah menjadi pasien
adalah hubungan kerja sama yang ditandai pre operatif, sedangkan tahun 2012 data
dengan tukar menukar perilaku, perasaan, mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa,
pikiran, dan pengalaman dalam membina sedangkan untuk kawasan Asia pasien pre
hubungan erat yang terapeutik ( Stuart dan operatif mencapai angka 77 juta jiwa pada
Sundeen, 2007). Dalam proses, perawat tahun 2012. Di Indonesia pasien pre operatif
membina hubungan sesuai dengan tingkat mencapai angka 1,2 juta jiwa pada tahun
perkembangan pasien dalam menyadari dan 2012 sedangkan untuk Sul-Sel pasien pre
mengidentifikasi masalah, dan membantu operatif mencapai angka 198.000 jiwa
pemecahan masalah akibat adanya stressor (DinKes Pemprov Sul-Sel), data ini termasuk
yang mungkin terjadi. Perawat memberikan di dalamnya pasien pre operatif di RSUD Kota
umpan balik dan alternatif pemecahan untuk Makassar sebesar 16.768 jiwa ditahun 2011
mengenali respon atau reaksi tubuh dan dan 2012 (Jan s/d September) sebesar 1.562
perubahan-perubahan yang timbul akibat jiwa.
tindakan pembedahan seperti : respon

18
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
Dari pemikiran dan fenomena diatas Pengumpulan data dalam penelitian
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan
tentang korelasi hubungan terapeutik perawat- dengan wawancara langsung dengan
pasien dengan tingkat kecemasan pasien, mengunakan kuesioner Pelaksanaan
khususnya pada pasien sebelum dilakukan penelitian ini diawali oleh penentuan sampel
operasi di ruang Perawatan Bedah RSUD dengan cara masing – masing calon
Kota Makassar. responden diminta kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara
menandatangani lembar persetujuan
METODE PENELITIAN
responden yang sebelumnya telah diberikan
Dalam metode penelitian ini
penjelasan /informed consent mengenai tata
dijelaskan secara rinci mengenai disain
cara pelaksanaan penelitian ini.
penelitian yang digunakan, kerangka
Bagi yang bersedia menjadi
operasional penelitian, populasi, sampel,
responden dan memenuhi kriteria inklusi yang
identifikasi variable, definisi operasional,
telah ditentukan, untuk kelancaran
pengumpulan dan analisis data, etika
pengumpulan data dalan penelitian ini,
penelitian dan keterbatasan penelitian.
digunakan lembar observasi untuk
Desain penelitian adalah suatu
pengumpulan data yang disusun oleh peneliti
strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
sendiri sesuai buku Metodologi Penelitian
telah ditetapkan dan berperan sebagai (12)
Administrasi dan untuk mengukur tingkat
pedoman atau penuntun peneliti pada sebuah
kecemasan digunakan kuisioner “Hamilton
proses penelitian (Nursalam, 2010). Desain
Anxiety Rating Scale“.
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Untuk variabel “Komunikasi
adalah Quasy Eksperimen, yaitu penelitian
Terapeutik“, peneliti menggunakan skala
yang bertujuan untuk menentukan pengaruh
ordinal, yaitu : untuk dimensi respon bila nilai
dari suatu tindakan pada kelompok subjek
25 – 36 dimensi respon baik, nilai 13 – 24
yang diberi perlakuan dan diawali dengan pre
dimensi respon sedang, nilai 1 – 12 dimensi
test dan setelah pemberian perlakuan
respon kurang sedangkan untuk dimensi
diadakan pengukuran kembali (post test)
tindakan bila nilai 19 – 27 dimensi tindakan
yang diuji secara berpasangan.
baik, nilai 9 – 18 dimensi tindakan sedang,
Tempat penelitian dilaksanakan di
nilai 1 – 8 dimensi tindakan kurang, jadi
ruang Perawatan Bedah RSUD Kota
komunikasi terapeutik dikatakan “Efektif ”
Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan
(dimensi respon dan dimensi tindakan baik )
pada tanggal 15 Januari s/d 15 Februari
dan “Tidak efektif” ( dimensi respon dan
2013.
dimensi tindakan kurang ).
Populasi adalah keseluruhan dari
Untuk variabel “Tingkat Kecemasan“,
status variabel yang menyangkut masalah
peneliti menggunakan skala nominal dengan
yang diteliti ( Nursalam, 2010). Populasi
pemberian skor yang berbeda-beda dengan
dalam penelitian ini adalah semua pasien
kategori : tidak cemas apabila mendapkan
yang akan dilakukan operasi di ruang
nilai <14, cemas ringan apabila mendapatkan
Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar
nilai 14 – 20, cemas sedang apabila nilai 21
yaitu 66 orang.
– 27 dan cemas berat apabila nilai 28 – 41.
Sampel adalah bagian dari populasi
Untuk mengetahui apakah ada
yang dipilih dengan sampling tertentu untuk
hubungan antara kecemasan pasien dengan
bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam,
dimensi respon dan tindakan dalam hubungan
2010). Pada penelitian ini sample diambil dari
terapeutik perawat-pasien dapat diuji dengan
pasien yang telah dipersiapkan secara selektif
uji statistik Paired T test, dengan kemaknaan
di ruangan perawatan Bedah RSUD Kota
p < 0,05 artinya ada hubungan yang
Makassar.
bermakna antara dua variabel, maka Ho
Kriteria inklusi adalah karakteristik
ditolak.
umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan
HASIL PENELITIAN
diteliti(Nursalam & Siti Pariani, 2001). Kriteria
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD
inklusi dalam penelitian ini adalah : Pasien
Kota Makassar. Pengambilan data dilakukan
yang telah dipersiapkan secara elektif untuk
mulai tanggal 15 Januari 2013 s/d 15
dilakukan tindakan operasi, pasien yang
Februari 2013. Subjek penelitian ini adalah
tidak mengalami gangguan orientasi realita,
pasie pre operasi dengan jumlah subjek
pasien yang tidak menderita / mengalami
penelitian sebanyak 40 orang. Subjek
cacat fisik, jenis kelamin laki-laki maupun
penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi
perempuan yang berumur 20- 45 tahun.
yang telah ditentukan oleh peneliti, pasien

19

Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721


yang memenuhi kriteria inklusi langsung (65%), sedangkan perempuan sebanyak 14
dijadikan subjek penelitian. orang (35%).
Dalam penelitian ini pada tahap awal
(Pre test) subyek penelitian tidak diberikan Tabel 5.3. Deskripsi Tingkat Dimensi
intervensi Komunikasi Terapeutik untuk Respon Komunikasi Terapeutik pada pasien
melihat tingkat kecemasan sebelum operasi Pre operasi di RSUD Kota Makassar
sedangkan tahap berikutnya (Post test) Dimensi Responden
diberikan intervensi Komunikasi Terapeutik Respon n Jumlah
untuk melihat perbandingan tingkat Baik 27 67,5
kecemasan yang terjadi pada subyek Sedang 5 12,5
penelitian. Kurang 8 20
Pada Subyek Penelitian diawali Total 40 100
dengan observasi tingkat kecemasan sebelum Sumber: Data Primer 2013
intervensi Komunikasi Terapeutik. Setelah
dilakukan intervensi dilakukan pada pasien Tabel 5.3 menunjukkan deskripsi
pre operasi, kemudian diobservasi kembali Dimensi Respon pada pasien pre operasi di
Tingkat Kecemasannya. Berdasarkan data RSUD Kota Makassar yaitu Responden
yang diperoleh setelah meneliti dan yang memiliki Respon baik sebanyak 27
melakukan pengolahan data meliputi editing, orang (67,5%) , responden yang memiliki
koding dan tabulasi. Selanjutnya data respon sedang sebanyak 5 orang (12,5%) ,
dianalisa dengan analisis univariat dan sedangkan Responden yang memiliki
analisis bivariat. respon kurang sebanyak 8 orang (20%) .
1. Analisis Univariat
Tabel 5.1. Karakteristik responden pasien Tabel 5.4. Deskripsi Tingkat Dimensi
pre operasi berdasarkan umur di RSUD Tindakan Komunikasi Terapeutik pada
Kota Makassar pasien Pre operasi di RSUD Kota
Responden Makassar
Umur Dimensi Responden
n Jumlah
Tindakan n Jumlah
20-26 2 5 Baik 22 55
27-32 12 30 Sedang 12 30
33-38 13 32,5 Kurang 6 15
39-44 7 17,5 Total 40 100
45-50 6 15
Sumber: Data Primer 2013
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 5.4 menunjukkan deskripsi
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
Dimensi Tindakan pada pasien pre operasi
frekuensi responden terbanyak adalah
di RSUD Kota Makassar yaitu Responden
pasien dengan umur 33-38 tahun yaitu
yang memiliki Tindakan baik sebanyak 22
sebesar 13 orang (32,5 %) dan., sedangkan
orang (55%) , responden yang memiliki
responden yang paling sedikit jumlahnya
Tindakan sedang sebanyak 12 orang (30%),
adalah pada kelompok umur 20- 26 tahun
sedangkan Responden yang memiliki
yaitu sebesar 2 orang (5 %).
Tindakan kurang sebanyak 6 orang (15%) .
Tabel 5.2. Karakteristik responden pasien
Tabel 5.5. Distribusi pasien pre operasi
pre operasi berdasarkan jenis kelamin di
dengan tingkat kecemasan sebelum
RSUD Kota Makassar.
diberikan komunikasi terapeutik di RSUD
Responden
Kota Makassar
Jenis kelamin n Jumlah
Tingkat Responden
Kecemasan n Jumlah
laki-laki 26 65
perempuan 14 35 Tidak cemas 2 5
Total 40 100 Ringan 11 27,5
Sumber: Data Primer 2013
Sedang 27 67,5
Berat 0 0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa Total 40 100
frekuensi responden terbanyak adalah Sumber: Data Primer 2013
pasien dengan jenis kelamin laki-laki di
banding perempuan. Dengan jumlah Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
responden laki-laki sebanyak 26 orang terjadinya Tingkat Kecemasan pada

20
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
responden sebelum diberikan intervensi Tingkat Kecemasan dimana berdasarkan hasil
komunikasi terapeutik didapatkan tingkat penelitian yang didapatkan dari dimensi
kecemasan responden yang mengalami respon yang muncul pada responden yang
kecemasan sedang sebesar 27 orang memiliki respon baik sebanyak 27 orang (67,5
(67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 %), respon sedang sebanyak 5 orang
orang (27,5%) dan yang tidak mengalami (12,5%), sedangkan respon kurang sebanyak
kecemasan sebanyak 2 orang (5%). 8 orang (20 %).
Dari data yang didapatkan tingkat
Tabel 5.6. Distribusi pasien pre operasi kecemasan responden sebelum intervensi
dengan tingkat kecemasan setelah komunikasi terapeutik yang mengalami
diberikan komunikasi terapeutik di RSUD kecemasan sedang sebesar 27 orang
Kota Makassar. (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11
Tingkat Responden orang (27,5%) dan yang tidak mengalami
Kecemasan n Jumlah kecemasan sebanyak 2 orang (5%),
Tidak cemas 19 47,5 sedangkan setelah intervensi komunikasi
Ringan 13 32,5 terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil
Sedang 8 20 tingkat kecemasan responden yang
Berat 0 0 mengalami kecemasan sedang sebesar 8
Total 40 100 orang (20%), kecemasan ringan sebanyak 13
Sumber: Data Primer 2013 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami
kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%),
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test
terjadinya Tingkat Kecemasan pada diperoleh nilai p = 0,003 untuk Dimensi
responden setelah diberikan intervensi Respon dari responden terhadap Tingkat
komunikasi terapeutik didapatkan tingkat kecemasan berarti nilai p = 0,003 lebih kecil
kecemasan responden yang mengalami dari pada nilai α = 0,05.
kecemasan sedang sebesar 8 orang (20%), Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kecemasan ringan sebanyak 13 orang pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap
(32,5%) dan yang tidak mengalami Tingkat Kecemasan. Penurunan Tingkat
kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%). Kecemasan yang lebih cepat oleh adanya
pengaruh Komunikasi Terapeutik disebabkan
2. Analisis Bivariat oleh pemahaman dan juga pola pikir dari
Tabel 5.7. Distribusi pasien pre operasi responden serta respon yang dikeluarkan oleh
berdasarkan pengaruh Komunikasi pasien sangat mempengaruhi dari kinerja
Terapeutik terhadap terjadinya Tingkat semua sistem organ didalam tubuh
Kecemasan di RSUD Kota Makassar. responden.
Tingkat Sebelum Sesudah Total Dari hasil penelitian yang telah
Kecemasan n % n % n % dilaksanakan data menunjukkan adanya
Tidak cemas 2 5 19 47,5 21 52,5 pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi
Tindakan) juga sangat signifikan terhadap
Ringan 11 27,5 13 32,5 24 60
Tingkat Kecemasan dimana berdasarkan hasil
Sedang 27 67,5 8 20 35 87,5 penelitian yang didapatkan dari dimensi
Berat 0 0 0 0 0 0 tindakan yang muncul pada responden yang
Total 40 100 40 100 40 100 memiliki tindakan baik sebanyak 22 orang (55
Dimensi tindakan %), tindakan sedang sebanyak 12 orang
Dimensi respon P=0,003
P=0,023 (30%), sedangkan responden yang memiliki
Sumber: Data Primer 2013 tindakan kurang sebanyak 6 orang (15 %).
Dari data yang didapatkan tingkat kecemasan
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebelum intervensi komunikasi
setelah dilakukan komunikasi terapeutik terapeutik yang mengalami kecemasan
tingkat kecemasannya menurun dengan sedang sebesar 27 orang (67,5%),
tidak cemas yaitu 19 (47,5%) dibandingkan kecemasan ringan sebanyak 11 orang
dengan sebelum diberikan komunikasi (27,5%) dan yang tidak mengalami
terapeutik yaitu 2 (5%). kecemasan sebanyak 2 orang (5%),
sedangkan setelah intervensi komunikasi
PEMBAHASAN terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil
Dari hasil penelitian yang telah tingkat kecemasan responden yang
dilaksanakan data menunjukkan adanya mengalami kecemasan sedang sebesar 8
pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi orang (20%), kecemasan ringan sebanyak 13
Respon) yang sangat signifikan terhadap orang (32,5%) dan yang tidak mengalami

21

Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721


kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%), hal ini dipengaruhi oleh karakteristik Respon
berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test setiap individu yang berbeda-beda pada saat
diperoleh nilai p = 0,023 untuk Dimensi dilakukan intervensi komunikasi terapeutik
Respon dari responden terhadap Tingkat dan jenis operasi yang dilakukan serta status
kecemasan berarti nilai p = 0,023 lebih kecil riwayat kesehatan pasien sebelum dioperasi,
dari pada nilai α = 0,05. Hal ini menunjukkan serta peneliti tidak dapat mengendalikan
bahwa terdapat pengaruh Komunikasi faktor perancu tersebut yang berpengaruh
Terapeutik (dimensi tindakan) terhadap pada penelitian ini.
Tingkat Kecemasan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori menurut Keliat (2010) Komunikasi KESIMPULAN
terapeutik merupakan salah satu tindakan Berdasarkan analisa data-data dan
yang dapat digunakan oleh seorang petugas pembahasan pada bab sebelumnya, maka
kesehatan untuk membantu seseorang untuk dapat ditarik kesimpulan bahwa : terdapat
dapat mengatasi dan juga sebagai sarana Pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi
interaksi antara komunikasi perbuatan dan respon) terhadap tingkat kecemasan pada
ekspresi yang mampu memfasilitasi pasien operasi dan terdapat Pengaruh
seseorang menjadi lebih baik daripada Komunikasi Terapeutik (dimensi tindakan)
keadaan yang sekarang dialami. terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Penelitian ini juga didukung oleh operasi.
penelitian sebelumnya Muryati Rokani (2005)
komunikasi terapeutik berperan aktif dalam SARAN
segala intervensi yang dilakukan oleh perawat Diharapkan untuk mensosialisasikan
terutama dalam menggambarkan serta manfaat serta kegunaan yang sudah dibuat
membantu pasien dalam mengartikan setiap tentang Komunikasi Terapeutik pada pasien di
tindakan medis maupun tindakan RSUD Kota Makassar dan sebaiknya semua
keperawatan yang akan dilakukan. pasien yang akan di operasi dilakukan
Dari hasil penelitian yang telah Komunikasi Terapeutik sehingga pasien lebih
didapat serta melihat dari segi teoritis dan mudah mengert.i tindakan dan juga proses
juga penelitian yang sudah pernah dilakuakan pengobatan apa yang akan dijalaninya
peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh yang
sangat signifikan terhadap tingkat kecemasan,

DAFTAR PUSTAKA

Stuart G.W. & Sundeen S.J, (2007), Princples amd Practice of Psiciatric Nursing, 3rd, E. B. The CV Mosby
Company, St. Louis.

Long. B.C (2007), Perawatan Medical Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan 2, Yayasan IAPK,
Padjajaran Bandung.

Prihardjo.R (2009), Pengantar Etika Keperawatan, Kanisius, Jakarta

Smet.B (1994), Psikologis Kesehatan, PT Gramedia Widya Sarana, Jakarta

Nursalam,(2010), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV Indomedika, Jakarta

Keliat B. A (2010), Hubungan Terapeutik Perawat Klien, EGC, Jakarta

22
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai