Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap

Periode November – Desember 2018

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Pengertian Turbin

Heat engine adalah suatu alat yang mengkonversi energi kalor menjadi energi
mekanis. Turbin uap dapat diklasifikasikan sebagai heat engine. Turbin uap digunakan
di dalam industri untuk beberapa tujuan, seperti: membangkitkan energi listrik dengan
menggerakkan generator listrik, dan untuk menggerakkan peralatan seperti kompresor,
pompa, dan fan. Turbin uap bisa dioperasikan dengan memakai uap panas lanjut atau
memakai uap basah. Turbin uap memakai energi thermal dari steam, yang dihasilkan
oleh boiler, dan mengkonversinya menjadi energi mekanis. Steam berekspansi ketika
mengalir melalui turbin. Steam masuk ke dalam turbin melalui sebuah stationary nozzle,
di mana steam disemprotkan dengan kecepatan tinggi. Proses ini mengkonversi energi
thermal yang ada di dalam steam menjadi energi kinetik ketika steam melalui bukaan
nozzle dan bergerak menuju blade turbin yang dipasang pada rotor.

3.2 Prinsip Kerja Turbin Uap

Untuk memutar turbin uap diperlukan sejumlah masa uap yang dihasilkan dari
ketel uap dengan tingkat keadaan uap tertentu, kemudian uap dialirkan kedalam nozzle
dengan maksud mengubah energi potensial menjadi energi kinetik. Uap yang memancar
dari nozzle diarahkan ke sudu atau blade yang berbebntuk lengkung dan dipasang
mengelilingi roda dan poros turbin yang merupakan satu kesatuan dari sudu jalan atau
rotor turbin. Perubhan kecepatan uap akibat menumbuk sudu jalan menimbulkan
dorongan terhadap sudu jalan sehingga memutar poros turbin. Setelah uap menumbuk
sudu jalan, uap mengalir melalui celah sudu jalan dan dibelokkan arahnya mengikuti
lengkungan sudu jalan tersebut. Untuk memanfaatkan energi kinetik semaksimal
mungkin, diusahakan uap meninggalkan turbin dengan kecepatan serendah mungkin.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sudu jalan dipasang lebih dari satu baris, setelah
uap meninggalkan sudu yang pertama arah kecepatan uap harus diubah terlebih dahulu
sebelum memasuki sudu jalan yang selanjutnya melalui sudu tetap dengan tekanan yang
tetap. Berikut Cara kerja Turbin berdasarkan Gambar 3.1.

32
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Gambar 3.1 Bagian Bagian Sudu Turbin Uap

3.3 Jenis-Jenis Turbin Uap

3.3.1 Berdasarkan Suplai Steam dan Kondisi Exhaust


a. Turbin condensing
Pada turbin jenis ini, uap keluar turbin berupa uap jenuh/sebagian telah
terkondensasi. Turbin jenis ini banyak dipakai di pembangkit listrik komersial yang
tidak memerlukan uap sebagai sebagai media pemanas. Bentuk turbin
terkondensasi dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Turbin Condensing (Arsip Pertamina, 2010)

33
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

b. Turbin non-condensing atau backpressure


Pada turbin jenis ini, uap keluar masih berupa uap panas (superheated
steam), tekanan relatif tinggi. Uap keluar turbin akan dipakai untuk pemanasan,
seperti regenerative process, reheating process, co-generation. Jenis turbin ini
banyak digunakan di industri kimia. Bentuk turbin tak terkondensasi dapat dilihat
pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Turbin Non-Condensing/Backpressure (Arsip Pertamina, 2010)

c. Turbin uap extraction-condensing

Gabungan back pressure dan condensing turbine. Steam yang telah


mengalami penurunan tekanan, sebagian dimanfaatkan untuk keperluan steam unit
lain dan sebagian lagi dikondensasikan. Pada industri minyak turbin uap jenis ini
digunakan sebagai penggerak generator untuk menghasilkan tenaga listrik. Bentuk
extraction-condensing steam turbine dapat dilihat pada Gambar 3.4.

34
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Gambar 3.4. Turbin Uap Extraction-Condensing (Arsip Pertamina, 2010)

3.3.2 Berdasarkan Desain Stage


a. Turbin Impuls
Pada turbin impuls, hanya terjadi perubahan kecepatan di rotor. Perubahan
entalpi berlangsung pada stator atau nozzle, sehingga dihasilkan pancaran uap
kecepatan tinggi. Energi kinetik dimanfaatkan sudu rotor untuk menghasilkan
kerja pada poros turbin. Sudu rotor dari turbin impuls biasanya simetris. Pada
rotor, tidak terjadi penurunan tekanan, namun kecepatan absolutnya turun.
Dengan mempertimbangkan optimum blade speed, dilakukan pressure staging
dan velocity staging. Pada velocity staging, nozzle diikuti dengan dua atau lebih
baris rotor, di antara rotor terdapat sudu pembalik (stator). Penurunan tekanan
hanya terjadi pada nozzle, sedangkan penurunan kecepatan absolut terjadi di
kedua rotor. Pada pressure staging, penurunan entalpi dilakukan pada beberapa
nozzle secara merata, work dibangkitkan merata di seluruh tingkat.

b. Turbin reaksi
Pada turbin reaksi, perubahan entalpi dan perubahan kecepatan terjadi
sekaligus pada rotor dan stator. Gaya reaksi bekerja melawan gaya aksi. Turbin
reaksi terdiri dari beberapa pasang stator (nozzle) dan rotor. Sudu rotor bergerak
akibat tabrakan dan tendangan. Penurunan entalpi tiap tingkat terbagi merata pada
rotor dan stator. Sudu rotor tidak simetris, bentuknya mirip stator tetapi sudunya
terbalik. Kecepatan absolutnya naik-turun berulang kali. Turbin ini cocok untuk
daya besar dan tekanan rendah, namun pada tekanan tinggi ada resiko bahaya
kebocoran pada ujung blade. Terdapat gaya dorong aksial, yang dapat dicegah
dengan thrust bearing, dummy piston, dan double flow. Penjelasan lebih lanjut
dari turbin impuls dan reaksi dapat dilihat pada Gambar 3.5.

35
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Gambar 3.5. Diagram dari stage turbin impuls dan reaksi sederhana

3.3.3 Berdasarkan Aliran Uap


a. Turbin Aksial
Pada jenis turbin ini, fluida mengalir dengan arah yang sejajar terhadap sumbu
poros turbin. Bentuk turbin aliran aksial dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Turbin Aliran Aksial (Arsip Pertamina, 2010)

b. Turbin Radial

36
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Pada jenis turbin ini, fluida kerja mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap
sumbu turbin. Bentuk turbin aliran radial dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Turbin Aliran Radial (Arsip Pertamina, 2010)

Dalam pendistribusian uap dapat dibedakan menjadi:

a. High Pressure Steam (Hp Steam)


Yaitu pendistribusian uap bertekanan tinggi 60 kg/cm2 dengan temperatur
460˚C. Berikut contoh komponen pada turbin uap pada high pressure ditunjukan
pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Komponen Turbin Uap High Pressure


(Power Magazine, a McGraw Hill publication)

b. Medium Pressure Steam (MP Steam)


Yaitu pendistribusian uap bertekanan menengah 19 kg/cm2 dengan
temperatur 330˚C. Berikut contoh komponen pada turbin uap pada medium pressure
ditunjukan pada Gambar 3.9.

37
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Gambar 3.9 Komponen Turbin Uap Medium Pressure


(Power Magazine, a McGraw Hill publication)

c. Low Pressure Steam (LP Steam)

Yaitu pendistribusian uap bertekanan rendah 3,5 kg/cm2 dengan temperatur


320˚C biasanya digunakan sebagai media pemanas. Berikut contoh komponen pada
turbin uap pada low pressure ditunjukan pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Komponen Turbin Uap Low Pressure


(Power Magazine, a McGraw Hill publication)

38
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

3.4 Komponen-Komponen Utama Pada Turbin Uap


Turbin uap merupakan suatu equipment pada steam power plant yang terdiri dari
berbagai parts yang di-assembly. Setiap part memiliki fungsi yang berkaitan satu sama
lain. Pada sub bab ini akan dibahas beberapa komponen utama penyusun turbin uap.

a. Sudu (blades)
Blades merupakan komponen turbin uap yang berada di bagian luar atau
sekeliling dari disk yang terletak pada poros. Steam yang masuk ke turbin uap
menabrak sudu-sudu (blades) dari turbin, kemudian dikonversi menjadi work
melalui putaran poros. Ada banyak blades pada masing-masing stage dari turbin,
semakin besar turbin akan memiliki stage yang lebih banyak. Efisiensi maupun
performa turbin bergantung pada desain dan konstruksi dari blades. Blades tidak
hanya mengendalikan kecepatan dan temperatur steam, tetapi juga harus dapat
mengendalikan gaya sentrifugal yang disebabkan oleh kecepatan putar yang tinggi
dari turbin.

Gambar 3.11. Blades dari Turbin Uap 051TG101 (Arsip Pertamina, 2012)

b. Rotor shaft dan bearings


Rotor shaft di-support oleh bearings pada tiap ujungnya. Pada turbin kecil,
umumnya digunakan ball bearings, sedangkan pada turbin yang lebih besar
digunakan pressure-lubricated journal bearing. Oleh karena adanya gaya aksial

39
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

sepanjang shaft yang dihasilkan oleh perbedaan temperatur dari steam yang melalui
stages dari turbin, thrust bearing digunakan untuk mempertahankan clearances
antara moving blades dan bagian stationary di setiap stages turbin.

c. Casing (Rumah Turbin)

Casing merupakan komponen yang pada umumnya terbuat dari besi cor yang
berfungsi untuk menopang bearings dan sebagai permukaan internal yang secara
efisien akan membantu aliran steam melewati turbin. Casing Terdiri dari bagian atas
dan bawah.. Selain itu casing juga berfungsi untuk menopang stationary blades dan
nozzles untuk semua stages. Nozzles berfungsi untuk mengubah energi potensial uap
menjadi energi kinetik.

Gambar 3.12. Upper Casing Turbin Uap 051TG101 (Arsip Pertamina, 2012)

Gambar 3.13. Lower Casing Turbin Uap 051TG101 (Arsip Pertamina, 2012)

40
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

d. Seals
Sedangkan seal (perapat) dibutuhkan untuk meminimalisir kebocoran
steam dari high pressure stage turbin ke atmosfer dan untuk mencegah masuknya
udara ke low pressure stage turbin, maka dipasang perapat. Gambar seals dapat
dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Upper Labyrinth Seal Turbin Uap 051TG101 (Arsip Pertamina, 2012)

e. Katup-katup (Valves)
Turbin uap memiliki beberapa jenis valves yang memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing, yaitu:

1. Block valve
Block valve bekerja secara on-off, berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran steam yang masuk ke dalam turbin. Pada turbin yang menggunakan steam
bertekanan tinggi, block valve dilengkapi dengan sebuah by pass valve yang
berfungsi untuk membuat tekanan up stream dan down stream dari block valve
menjadi sama, dengan maksud agar block valve lebih mudah dibuka pada awal
pembukaan.

2. Trip & Throttle Valve


Merupakan valve dengan fungsi ganda yaitu sebagai komponen safe guard
system (sistem pengaman yang berfungsi untuk menutup aliran steam yang masuk
turbin secara otomatis bila terjadi kondisi operasi yang tidak diinginkan), dan
sebagai pengatur jumlah steam yang masuk ke dalam turbin pada waktu start up
dalam kaitannya dengan pengaturan penambahan putaran secara bertahap.
41
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

3. Governor Valve
Berfungsi untuk menambah atau mengurangi jumlah steam yang masuk ke
turbin, sesuai perintah governor valve dalam menjaga putaran turbin agar konstan
pada putaran tertentu.

4. Extraction Valve
Merupakan valve yang berfungsi untuk mengatur jumlah steam yang keluar
dari turbin melalui saluran ekstraksi. Valve ini hanya terdapat pada turbin
extraction condensing atau extraction noncondensing.

3.5 Pengoperasian Turbin Uap


Sebelum initial start up (start up) permulaan dilaksanakan, seluruh saluran masuk steam
harus dibersihkan dari kemungkinan adanya potongan kawat las, kepingan-kepingan benda
asing, kerak, kotoran, dll. Bila hal ini tidak dilakukan, dapat mengakibatkan kerusakan
yang serius terhadap valve, bucket, dan nozzle. Pembersihan saluran steam tersebut dapat
dilakukan dengan cara melakukan steam blowing.
Setelah saluran steam dinyatakan bersih, start up dilaksanakan dengan memperhatikan
hal-hal berikut :

a. Pastikan bahwa semua safe guard dan control system telah berfungsi dengan baik dan
tidak ada satupun yang di-by pass (over ride).

b. Hindari masuknya butiran air ke dalam turbin karena butiran air ini dapat merusak
wheel bucket, diaphragm, dsb. Butiran air tersebut dapat berasal dari boiler karena
terjadinya high level dalam boiler, pelaksanaan drain saluran steam sebelum operasi
tidak sempurna, steam masuk ke dalam casing pada waktu turbin stop akibat block
valve passing, dsb.

c. Hindari kenaikan temperatur yang berlebihan. Secara umum laju kenaikan temperatur
yang dapat diterima (acceptable) adalah sekitar 25° F / 15 menit (ikuti petunjuk start
up dari manufaktur).

42
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

d. Hindari terjadinya shaft bow atau casing deflection. Secara umum shaft bow atau
casing deflection tersebut terjadi karena adanya kondisi sebagai berikut:

1. Pada waktu turbin dalam keadaan dingin:


Terbukanya steam valve seperti (throttle valve, sealing steam valve, dll.)
dapat mengakibatkan terjadinya shaft bow atau casing deflection bilamana pada
waktu itu rotor tidak segera berputar walaupun kejadiannya hanya dalam beberapa
menit.

2. Pada waktu turbin dalam keadaan panas:


Rotor yang masih dalam keadaan panas berhenti berputar dalam waktu
beberapa menit, terlepas dari apakah valve tersebut pada point (1) di atas terbuka
atau tertutup, dapat mengakibatkan terjadinya shaft bow atau casing deflection.
Untuk mencegah terjadinya shaft bow, upayakan agar rotor tetap berputar secara
terus menerus atau memutarnya sekitar 180° setiap beberapa menit.
Jika rotor dari turbin yang masih panas berhenti berputar dalam waktu
beberapa menit setelah shutdown atau jika steam masuk ke dalam turbin yang
masih dingin, perlu diperhatikan sedemikian rupa apakah terjadi rubbing pada
packing dan vibrasi saat pengoperasian berikutnya. Bila internal rubbing terjadi,
stop turbin dari operasinya sampai temperatur turun secara merata untuk mengatasi
shaft bow dan casing deflection. Pendinginan ini memakan waktu sampai 8 jam
atau lebih tergantung ukuran dari turbin. Minor shaft bow atau casing deflection
dapat menyebabkan terjadinya excessive vibration namun tidak diikuti dengan
terjadinya gesekan pada komponen bagian dalam (internal rubbing). Keadaan ini
dapat diperbaiki dengan jalan mengoperasikan turbin pada putaran sekitar 100 rpm
sampai shaft bow atau casing deflection tersebut hilang dengan indikasi putaran
dapat dinaikkan tanpa adanya excessive vibration.

e. Harus dihindari agar sealing steam tidak dalam keadaan terbuka pada waktu rotor
masih dalam keadaan diam. Dengan demikian, sealing steam harus segera ditutup
segera pada waktu turbin trip sebelum putaran mencapai 0 rpm. Pada built up rotor
(rotor dengan wheel yang dipasang secara sambungan susut), kejadian di atas dapat
mengakibatkan wheel yang berada dekat packing gland akan mengalami slip terhadap
shaft (sambungan susut wheel terhadap shaft menjadi longgar karena pemuaian).
43
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

3.6 Efisiensi Turbin Uap


Air mempunyai tekanan kritis Pc = 218,3 atm (215,45 bar) dan temperatur
kritis Tc = 374,2 °C. Seperti diketahui, temperatur di bawah temperatur kritis dapat
berada dalam fasa cair (apabila ditekan), sedangkan pada temperatur di atasnya air
tidak mungkin berada dalam fasa cair (walaupun diberi tekanan). Siklus Rankine
menggambarkan suatu siklus ideal dari suatu sistem turbin. Siklus Rankine dapat
digambarkan pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Siklus Rankine Sederhana (Cengel, 2005)

Siklus Rankine ideal tidak dipengaruhi oleh internal irreversibilities dan terdiri dari 4 proses
berikut ini (penomoran proses sesuai Gambar 3.15):

1-2 : Kompresi isentropis di dalam pompa


2-3 : Penambahan panas dengan tekanan konstan di dalam boiler
3-4 : Ekspansi isentropis di dalam turbin uap
4-1 : Pelepasan panas dengan tekanan konstan di dalam kondenser

Efisiensi turbin dapat diketahui pada Persamaan (3.1) di bawah ini :


ηT= Wact ×100% (3.1)
Wpt

dengan ,
Wact = Daya yang dihasilkan turbin secara aktual
Wpt = Daya yang dihasilkan turbin secara perhitungan

44
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Adapun rumus daya yang dihasilkan turbin secara perhitungan dapat diketahui dari
Persamaan (3.2) berikut ini :
Wpt = Wit × ηdT × ηdG (3.2)
dengan,

Wit = Daya listrik ideal


ηdT = Efisiensi desain turbin
ηdG = Efisiensi desain generator

Sedangkan daya listrik ideal dapat dihitung dengan Persamaan (3.3) berikut ini :
Wit = ṁHP hHP − ṁMP h − ṁLP hLP (3.3)
dengan,
ṁHP = Mass flow rate dari high pressure steam
hHP = Entalpi dari high pressure steam
ṁMP = Mass flow rate dari medium pressure steam
hMP = Entalpi dari medium pressure steam
ṁLP = Mass flow rate dari condensate
hLP = Entalpi dari kondensat
Dalam kenyataannya, siklus sistem turbin uap menyimpang dari Siklus Rankine ideal,
karena beberapa hal sebagai berikut :
a. Kerugian yang terjadi dalam saluran media kerja, seperti kerugian gesekan dan kerugian kalor
oleh atmosfer sekitar.
b. Kerugian tekanan yang terjadi di dalam boiler. Air yang dimasukkan ke dalam boiler harus
bertekanan lebih besar dari tekanan steam yang dihasilkan, sehingga diperlukan kerja pompa
yang lebih besar pula.
c. Kerugian yang terjadi di dalam turbin, terutama karena adanya gesekan antara media kerja
dengan bagian turbin.
d. Kerugian oleh kehilangan panas dari turbin ke atmosfer. Kerugian ini dapat dikatakan tidak
terlalu besar.
e. Kerugian yang timbul akibat pendinginan kondensat di dalam kondenser, yang menghasilkan
temperatur di bawah titik jenuhnya. Kerugian ini relatif kecil.

45
Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap
Periode November – Desember 2018

Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, pada umumnya kondisi uap keluar dari turbin
berada dalam keadaan campuran cair-uap (uap basah). Namun demikian hendaknya diusahakan
agar kadar airnya tidak terlampau tinggi. Apabila kadar air dari uap di dalam low pressure
stage dari turbin melampaui 12 %, maka selain efisiensi turbin berkurang, hal tersebut akan
memungkinkan terjadinya erosi pada sudu. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam usaha
menaikkan efisiensi turbin.

46

Anda mungkin juga menyukai