Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua
musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan
ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki potensi untuk
menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan. Di Indonesia
banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada musim
hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang
menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia
bagian Timur. Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan
sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup
yang semakin meningkat secara tidak langsung merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat
terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa, kerugian harta, dan
benda.
Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat menimbulkan
jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan.
Menurut BNPB selama tahun 2011 bencana di Indonesia terjadi sekitar 1.598
kejadian, dimana sekitar 89% adalah bencana hidrometerologi seperti banjir,
banjir bandang, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang, dimana
yang paling banyak adalah banjir (403 kejadian). Korban jiwa yang meninggal
akibat banjir adalah 160 orang dan jumlah orang yang mengungsi akibat banjir
mencapai 279.523 orang (www.centroone.com , 2011).
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat
adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan diatas normal dan adanya pasang
naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti

1
penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai dan
daerah resapan air) penggundulan hutan, pembuangan sampah kedalam sungai
dsb.
Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk
mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan
menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas
(efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), di tingkat daerah BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan tingkat II
untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung didalamnya. Sejak tahun
2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan
gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan
rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung
tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan
perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan
(kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama
kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk
menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. Dalam keadaan sehari-
hari maupun bencana, penanganan pasien gadar melibatkan pelayanan pra RS, di
RS maupun antar RS sehingga diperlukan penanganan terpadu dan pengaturan
dalam system maka ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana)
dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa memahami managemen bencana banjir

2
1.3 Tujuan khusus
a. Memahami konsep pre hospital
b. Memahami konsep bencana
c. Memahami konsep banjir
d. Mengetahui manajemen bencana
e. Mengetahui manajamen bencana banjir di Indonesia

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Bencana


Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologi.
2.2. Definisi Bencana Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah
ancaman alam yamng paling sering terjadi dan paling banyak merugikan dari segi
kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007). Sedangkan banjir bandang adalah
banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya
sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya
pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting
seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai,
di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke
dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya
(www.bnpb.go.id, 2012).

4
Menurut Bakornas BNPB, 2012, yang harus dilakukan sebelum banjir
meliputi:
1. Di Tingkat Warga
a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat
bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau
selokan dari timbunan sampah.
b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan
air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama
pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera
bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti
pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir.
d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan
setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet
dan pelampung guna evakuasi.
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan
konfirmasi.
2. Di Tingkat Keluarga
a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan
Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio
baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban
karet bila ada.
c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan
asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
d. Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti
influenza.
e. Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu
keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari
jangkauan air dan tangan jahil.
3. Yang harus dilakukan saat banjir:
a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN
untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,

5
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan
air masih memungkinkan untuk diseberangi.
c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga
ketempat yang lebih tinggi.
d. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait
dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa,
Lurah ataupun Camat.
4. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
a. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada
umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk
membunuh kuman penyakit.
b. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari
terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian
banjir.
c. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti
ular dan lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa,
lalat, dan nyamuk.
d. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi
banjir susulan.

6
Gambar 1 : The Disaster Management Cycle
Siklus manajemen bencana adalah sebagai berikut :
1. BENCANA /DISASTER
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ada 3 macam bencana, yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah langsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
2. RESPONSE
Fase respon ini merupakan implementasi dari rencana kegiatan
penanggulangan bencana yang meliputi tindakan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kerusakan harta benda, serta menjaga lingkungan selama
keadaan bencana. Fase respon ini merupakan tindakan dari perencanaan yang
telah dibuat.
3. RECOVERY

7
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi. Selain itu, recovery ini merupakan kegiatan
untuk menggali komunitas/masyarakat untuk kembali pada perasaan yang
normal setelah bencana.
4. MITIGATION
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Selain itu mitigasi adalah aktifitas untuk
mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya atau bencana.
5. RISK REDUCTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Selain
itu Risk reduction merupakan suatu antisipasi untuk mengukur dan kegiatan
yang dapat digunakan untuk menghindari resiko lebih lanjut dari bencana.
6. PREVENTION
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Mencegah /prevention juga merupakan kegiatan menghindari bencana pada 11
jam.

7. PREPAREDNESS / kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang. Fase ini mengakhiri implementasi/operasi, sistem peringatan dini

8
dan membangun kapasitas yang ada sehingga populasi/masyarakat akan
berespon sesuai ketika peringatan dini diberikan.
2.3. Penanggulangan Bencana Banjir di Indonesia
Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,
penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
a. prabencana
b. saat tanggap darurat
c. pascabencana.
Penjelasan lebih jelas dari 3 tahap penanggulangan bencana adalah :
1) Prabencana
Sesuai Pasal 34 UU no 24 tahun 2007, penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada tahapan prabencana meliputi:
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana : meliputi
a) Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
2) Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3) Analisis kemungkinan dampak bencana;
4) Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan
dampak bencana; dan
6) Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.

b) pengurangan risiko bencana;


Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak
buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang
tidak terjadi bencana, dimana meliputi:
1) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
3) Pengembangan budaya sadar bencana

9
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana
5) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana.
c) Pencegahan, meliputi:
1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi
sumber bahaya bencana;
3) Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau
bahaya bencana;
4) Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan
dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana
penanggulangan bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan
daerah. Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala,
penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh
Badan dan setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko
tinggi yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko
bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai
dengan kewenangannya.
e) Persyaratan analisis risiko bencana
Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana. Pemenuhan syarat analisis risiko
bencana ditunjukkan dalam dokumen yang disahkan oleh pejabat
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Badan

10
Nasional Penanggulangan Bencana melakukan pemantauan dan
evaluasi atas pelaksanaan analisis risiko
f) Penegakan rencana tata ruang
Penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang tata ruang,
standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.
g) Pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana.
1. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi
terjadi bencana meliputi:
a. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan dilakukan
melalui:
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana
2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat
5) Penyiapan lokasi evakuasi
6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan dini

11
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui:
1) Pengamatan gejala bencana
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
4) Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi bencana
Kegiatan mitigasi dilakukan melalui:
1) Pelaksanaan penataan tata ruang
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern.
A. Tanggap Darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya;
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi:
1) Cakupan lokasi bencana
2) Jumlah korban
3) Kerusakan prasarana dan sarana
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

b. Penentuan status keadaan darurat bencana;

12
Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan bencana daerah
mempunyai kemudahan akses yang meliputi:
1) Pengerahan sumber daya manusia
2) Pengerahan peralatan
3) Pengerahan logistik
4) Imigrasi, cukai, dan karantina
5) Perizinan
6) Pengadaan barang/jasa
7) Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang
8) Penyelamatan
9) Komando untuk memerintahkan sektor/lembaga.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Penyelamatan dan evakuasi korban melalui upaya:
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) Pertolongan darurat
3) Evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan:
1) Kebutuhan air bersih dan sanitasi
2) Pangan
3) Sandang
4) Pelayanan kesehatan
5) Pelayanan psikososial
6) Penampungan dan tempat hunian.
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada
lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Pelindungan terhadap kelompok rentan
Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,

13
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan
terdiri atas:
1) bayi, balita, dan anak-anak
2) ibu yang sedang mengandung atau menyusui
3) penyandang cacat
4) orang lanjut usia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan
memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
B. Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana
meliputi:
a. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4) Pemulihan sosial psikologis
5) Pelayanan kesehatan
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) Pemulihan fungsi pemerintahan
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi:
1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana

14
5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
2.4. Pre Hospital dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Bencana
Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar
memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system yang ditetapkan
SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan
pemerintah lainnya. Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang ada,
jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat
harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam
bencana (SPGDB)
SPGDT adalah Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri dari
unsur, pelayanan pra RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan berpedoman
pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulans gadar dan sistem komunikasi. Sistem ini juga merupakan
koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan
profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan
terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari.
pela-yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan
antar RS.
Injury and Pre Hospital Stage Hospital Stage Rehabilitation
Dissaster

1. First Responder 3. Emergency Room 7. Fisical


2. Ambulance 4. Operating Room 8. Psycological
Service 24 jam 5. Intensif Care Unit 9. Social
6. Ward Care
1. Sistem pelayanan Medik Pra RS / Pre Hospital Stage
Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan
pelayanan ambulans dan komunikasi.

15
a. PSC (Public Safety Center)
Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam
hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis
yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan
ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan
respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS. PSC didirikan
masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian dibawah
Pemda dengan sumber daya manusia dari berbagai unsur tersebut,
ditambah masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi
masyarakat, biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan perkembangan
teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat,
komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC
berfungsi sebagai respons cepat penangggulangan gadar.
b. BSB.
Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam
bencana. Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, Dinkes, RS),
petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll).
Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
c. Pelayanan Ambulans.
Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas,
klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang
disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.
d. Komunikasi.
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga
seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu. Pembinaan dilakukan
pada berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan
keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.

2. Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal diperlukan :


a. Koordinasi, komando.

16
Kegiatan koordinasi dan komando melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan
akan efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando yang
disepakati bersama.
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain
sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
c. Simulasi
Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi
apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
d. Pelaporan, monitoring, evaluasi
Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan
sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan
evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih
baik.
3. Komponen Pra Rumah Sakit:
1. Sub Sistem Sumber Daya Manusia
Keberhasilan penanganan penderita gawat darurat sangat dipengaruhi
oleh kecepatan dan ketepatan penderita mendapatkan pertolongan, serta
kecepatan minta bantuan tenaga medis.nKarena biasanya penderita gawat
darurat ini ditemukan oleh orang awam, maka sangatlah penting untuk
memberikan pengetahuan pada orang awam bagaimana caranya
memberikan pertolongan.
1) Orang awam ini dibagi dibagi 2 yaitu :
a. Awam biasa :
a) Guru
b) Pelajar
c) Pengemudi kendaraan
d) Petugas hotel, restoran.
b. Awam khusus :
a) Anggota polisi
b) Anggota pemadam kebakaran
c) SATPAM
d) HANSIP
e) Petugas DLLAJR

17
f) Aparat SAR
g) PMR
c. Untuk orang awam sebaiknya mempunyai ketrampilan :
a) Cara meminta pertolongan
c) Resusitasi Jantung Paru
d) Cara memasang bidai
e) Cara transportasi.
d. Tenaga paramedis , kemampuan yang harus dimiliki :
a) Resusitasi pernafasan
b) Sistem sirkulasi
c) Sistem vaskuler
d) Sistem saraf
e) Sistem imunologi
f) Sistem gastro intestinal
g) Sistem skeletal
h) Sistem kulit
i) Sistem reproduksi
j) Sistem farmakologi / toksikologi
k) Sistem organisasi
2. Sub sistem transportasi
Bertujuan memindahkan pasien dari tempat kejadian atau mendekatkan
fasilitas pelayanan kesehatan ke penderita gawat darurat.
1) Prinsip :
a. Tidak boleh memperberat keadaan umum penderita.
b. Dikerjakan bila keadaan umum sudah stabil
c. Ke tempat pelayanan yang terdekat dan tepat
2) Sarana:
a. Darat :
a) Tradisional : Orang
Tandu
Kereta kuda
b) Modern : Kendaraan Umum
Ambulans : Transport
Gawat Darurat
b. Laut :
a) Tradisional : Perahu Rakit
b) Modern : Perahu motor
c) Ambulans laut
c. Udara : - Rotary wing / Helikopter
a) Fixed Wing / pesawat terbang
3. Sub sistem komunikasi
Tujuan :
1) Memudahkan masyarakat minta pertolongan.

18
2) Mengatur, membimbing, pertolongan medis di tempat kejadian &
selama perjalanan ke Rumah Sakit.
3) Mengkoordinir pada musibah massal
Jenis Komunikasi:
1) Telepon, Faximile, Teleks
2) Radio Komunikasi
- Komputer / internet
4. Sistem Pelayanan Medik di RS
Yang perlu dilakukan dalam system pelayanan medik di rumah sakit
adalah :
1) Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
2) Perlu Hospital Disaster Plan, untuk akibat bencana dari dalam dan
luar RS.
3) Transport intra RS
4) Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan
medis.
5) Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
5. Sistem Pelayanan Medik Antar RS.
1) Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas
dan kuantitas.
2) Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
3) Sistem Informasi Manajemen (SIM) Diperlukan untuk menghadapi
kompleksitas permasalahan dalam pelayanan, serta dalam audit
pelayanan dan hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.
4) Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan
pemberian informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan
sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.

19
BAB III
PEMBAHASAN

Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun


terutama pada musim hujan, sehingga ketika musim hujan telah datang walaupun
belum merata dan berlangsung hanya beberapa saat, sebagian masyarakat
Indonesia sudah mengalami kepanikan, khususnya masyarakat yang berada
didaerah rawan banjir. Selain itu, kedalaman air pada bencana banjir juga
membuat kondisi seseorang sangat rentan karena mempengaruhi kondisi fisik
maupun mental seseorang. Kelelahan, stres dan kondisi yang tidak sehat
menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. (Kusumaratna, 2003).
Sebagian besar keadaan lingkungan ditempat pengungsian juga
bermasalah yaitu sangat tidak memadai, terlalu padat, ventilasi udara minim,
fasilitas yang ada kurang, dan keterbatasan sumber air minum bersih.
Di salah satu puskesmas kecamatan di Jakarta, kota yang sering menjadi
langganan banjir, ditemukan penyakit yang banyak diderita para korban banjir
adalah 47% penyakit ISPA, 23% penyakit kulit dan 12% penyakit diare dan
saluran cerna. Penyakit yang diderita balita terbanyak adalah ISPA dan diare,
sedangkan lanjut usia adalah ISPA dan kulit. Sedangkan tenaga kesehatan di
posko kesehatan banjir adalah dokter, dokter muda dan paramedis (Kusumaratna,

20
2003). Oleh karena itu, untuk mencegah semua permasalahan tersebut sangat
penting di tiap-tiap daerah yang rawan banjir dilakukan manajemen banjir dimana
tidak hanya dilakukan saat terjadi bencana tetapi sebelum terjadinya banjir.
Oleh karena itu, penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif
(baru melakukan setelah terjadi bencana), tetapi penanggulangan bencana juga
bersifat antisipatif dengan melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana. Untuk penanganan bencana juga
meliputi pra bencana, pada saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Selain itu,
manajemen bencana juga bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah
saja, melainkan juga perlu melibatkan peran masyarakat luas. Maka inilah yang
dinamakan penanganan bencana berbasis masyarakat.
Menurut Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011,
penanggulangan bencana berbasis masyarakat merupakan upaya terorganisir atas
kegiatan masyarakat dalam penanggulangan bencana yang dimulai dari sebelum,
pada saat dan sesudah bencana dengan cara mengutamakan pemanfaatan
sumberdaya lokal baik berbentuk sumber daya manusia yang terlatih (skilled),
alam dan sarana dan prasarana yang ada pada masyarakat tersebut dengan tujuan
mengurangi risiko/dampak yang mungkin timbul akibat peristiwa bencana.
Kampung Siaga Bencana merupakan program nasional yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Dalam KSB ini masyarakat yang berada di daerah
rawan bencana diberdayakan dengan cara meningkatkan kapasitas mereka dan
sekaligus menginisiasi adanya suatu prasarana penanggulangan bencana tingkat
komunitas seperti Lumbung Sosial Penanggulangan Bencana, Gardu Sosial yang
didalamnya dilengkapi cara-cara lokal (setempat) dalam menanggulangi bencana
serta identifikasi potensi dan sumberdaya lokal untuk penanggulangan bencana
(Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011). Menurut tahapnya,
kegiatan Kampung Siaga Bencana dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu
sebelum, pada saat dan sesudah bencana.
1. Sebelum bencana
Kegiatan sebelum bencana berfokus pada pengenalan dan potensi
sumberdaya yang ada pada masyarakat, ancaman dan resiko bencana yang
mungkin timbul akibat suatu peristiwa bencana serta mempersiapkan

21
masyarakat sewaktu-waktu terjadi bencana (kesiapsiagaan). Merencanakan
kegiatan sebelum bencana yang meliputi:
a. Mempersiapkan pembagian tugas/seksi Tim Kampung Siaga
Bencana
b. Menyususun dan melaksanakan kegiatan gladi/simulasi
penanggulangan bencana
c. Menyusun SOP mencakup beberapa aspek penting yaitu:
1) Kerawanan bencana
2) Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi
3) Menyusun jalur evakuasi
4) Metode Evakuasi masyarakat pada saat ada potensi bencana dan
saat bencana
5) Metode penanganan korban bencana yang memiliki permasalahan
kesejahteraan sosial (kelompok rentan) seperti ibu hamil, anak-anak,
penyandang cacat dan lansia.
6) Pendirian tenda dan atau shelter
7) Pendirian Dapur Umum Lapangan
8) Lokasi Pusat Kendali Lapangan
9) Pengujian SOP
2. Pada saat bencana
Tindakan Tim Kampung Siaga Bencana berfokus pada pemberian
pertolongan langsung kepada korban bencana yaitu mempraktekkan apa yang
sudah disusun sebelum bencana. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada
saat terjadi bencana oleh Tim Kampung Siaga Bencana meliputi antara lain:
a. Mempersiapkan tugas setiap seksi (tim).
Untuk pembentukan seksi/bagian paling tidak terdapat beberapa bagian
seksi yaitu:
1) bagian evakuasi
2) bagian dapur umum
3) bagian logistik
4) bagian hunian sementara
5) Bagian komunikasi

22
b. Membantu menangani korban bencana seperti mempersiapkan dan atau
mendirikan tenda, dapur umum umum lapangan, pos komunikasi terpadu,
mengurus jenazah, menolong orang yang mengalami gangguan jiwa.
Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian saat terjadi bencana:
a. Penanganan Korban Bencana
b. Penanganan Jenazah
c. Mendirikan tenda atau shelter
d. Pencarian orang hilang
e. Pendampingan terhadap kelompok rentan
3. Sesudah bencana
Pasca bencana berkaitan erat dengan kegiatan pemulihan. Sebelum meminta
bantuan dari pihak luar Tim Kampung Siaga Bencana dapat mengidentifikasi
sumberdaya lokal yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan
bencana seperti:
a. Sumber daya alam (mata air bersih)
b. Peralatan PB yang masih dapat dipergunakan kemudian apabila
terjadi bencana
c. Uang Kas yang dimiliki Tim KSB
d. Bahan Bangunan yang masih bisa dipergunakan
e. Makanan yang bersifat lokal (sagu, lauk pauk, singkong, gaplek,
ubi, dan nasi jagung dll)
f.Tenaga terlatih dalam penanggulangan bencana
g. Bangunan untuk perlindungan sementara

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi
bersifat responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif.
Tindakan ini perlu dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable,
sehingga masyarakat yang berada didaerah rawan banjir akan lebih siap
dan dapat mengantisipasi timbulnya bencana. Sehingga dalam
penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder.
Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat bencana
banjir dapat diminimalisir.
4.2 Saran
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan
masyarakat untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut
berkontribusi dalam memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.

24
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari


http://www.bnpb.go.id/

Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI. (2003). Kajian Kebijakan


Penanggulangan Banjir:Partisipasi Masyarakat. http://www.
air.bappenas.go.id/

Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam. (2011). Petunjuk Teknis


Kampung Siaga Bencana (KSB). http://www.depsos.go.id/

IDEP. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.


http://www.idepfoundation.org/pbbm

Kusumaratna, rina. 2003. Profil Penanganan Kesehatan Selama dan Sesudah


Banjir di Jakarta. J Kedokteran Trisakti, 22(3), 92-95

Maarif, syamsul. 2010. Bencana dan Penanggulangannya Tinjauan dari Aspek


Sosiologis. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(4), 4

25
26
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MANAJEMEN BENCANA BANJIR BERBASIS MASYARAKAT

Tujuan :
1. Adanya acuan dalam penyelenggaraan Kampung Siaga Bencana yang sesuai dengan kebijakan Kementerian Sosial
2. Terimplementasinya pelaksanaan Kampung Siaga Bencana yang sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

Dasar Hukum:
1. UU No.32 tahun 2004
2. UU No.33 tahun 2004
3. UU No.17 tahun 2007
4. UU No.25 tahun 2004
5. UU No.24 tahun 2007
6. UU No.11 tahun 2009
7. UU No.13 tahun 2011
8. UU No.58 tahun 2005
9. UU No.65 tahun 2005
10. PP No.38 tahun 2007
11. PP No.21 tahun 2008
12. PP No.7 tahun 2008
13. PP No.54 tahun 2010
14. PP No.129/HUK/2008
15. PP No.111/HUK/2009
16. PP No.80/HUK/2010
17. PP No.86/HUK/2010

27
18. Permensos No.128 tahun 2011

SIKLUS
N
PENANGGULANGAN PENGERTIAN PROSEDUR TINDAKAN
O
BENCANA
Berfokus pada pengenalan potensi dan a. Merperkirakan resiko bencana banjir:
sumberdaya yang ada pada masyarakat, 1. Membuat profil desa
ancaman dan resiko bencana yang 2. Penilaian ancaman : jenis ancaman; penyebab; tanda awal; perkiraan
1 Pra Bencana mungkin timbul akibat suatu peristiwa kekuatan,kecepatan, frekuensi dan luas wilayah; perkiraan waktu
bencana serta mempersiapkan kedatangan/timbulnya banjir; dampak yang merugikan
masyarakat sewaktu-waktu terjadi 3. Penilaian kerentanan dan kemampuan
bencana (kesiapsiagaan) 4. Penilaian besarnya resiko kemungkinan bencana banjir
b. Mempersiapkan pembagian tugas/seleksi
 Tim Peringatan Dini
 Tim Evakuasi
 Tim Komunikasi
 Tim Pengungsian
c. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan gladi/simulasi penanggulangan bencana
banjir
d. Penyusunan SOP yang mencakup beberapa aspek penting diantaranya:
 Kerawanan bencana banjir

28
 Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi
 Metode evakuasi masyarakat pada saat ada potensi banjir dan saat banjir
 Metode penanganan korban bencana banjir pada kelompok rentan, seperti:
ibu hamil, anak-anak penyandang cacat, dan lansia
 Pendirian tenda dan atau shelter
 Pendirian dapur umum lapangan
 Lokasi pusat kendali lapangan
 Pengujian SOP
a. Mempersiapkan tugas setiap seksi
Pemberian pertolongan langsung  Bagian evakuasi
kepada korban bencana yaitu  Bagian dapur umum
2 Saat bencana
mempraktekkan apa yang sudah  Bagian logistik
disusun sebelum bencana banjir  Bagian hunian sementara
 Bagian komunikasi
b. Membantu menangani korban bencana
 Penanganan korban bencana dengan mengidentifikasi berdasarkan kondisi
untuk menentukan pemberian pertolongan pertama:
1. KR = kritis
Perawatan langsung, korban kritis diutamakan dan secepatnya dibawa
ke rumah sakit terdekat
2. DR = darurat
Perawatan segera, korban yang darurat segera diberi bantuan untuk
meringankan penderitaan dan secepatnya dibawa ke rumah sakit
terdekat
3. NK = Non-kritis

29
Bisa menunggu perawatan. Korban yang tidak kritis sebaiknya
ditempatkan ditempat terlindung dan diberikan pertolongan pertama
4. TH = Tanpa harapan
Meninggal atau tidak bisa dirawat. Korban yang tanpa harapan
ditempatkan dilokasi khusus
 Penanganan jenasah
 Pendirian tenda dan atau shelter
c. Pencarian orang hilang
d. Pendampingan terhadapa kelompok rentan seperti anak-anak usia dibawah 5
tahun, perempuan hamil dan menyusui, penyandang cacat, orang lanjut usia, orang
sakit yang memerlukan transportasi khusus atau obat
3 Pasca bencana Kegiatan pemulihan Menganalisa kebutuhan seperti:
a. Tempat tinggal atau beratap (setiap orang membutuhkan tempat berteduh
3,5 m2)
b. Air bersih untuk minum dan mencuci
c. Penyimpanan bantuan
d. Kebutuhan rasa aman
e. Penerangan listrik
f. Konsultasi kejiwaan (psikolog, pekerja sosial, tokoh agama)

30

Anda mungkin juga menyukai