Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma dan upaya untuk membatasi jarak kelahiran
anak. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Kecenderungan
peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka
kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang
dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan,
termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun
kombinasi estrogen dan progesteron
Dari latar belakang diatas maka dalam makalah ini akan lebih dibahas lebih spesifik
mengenai kontrasepsi hormonal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian kontrasepsi hormonal ?
1.2.2 Bagaiamana jenis – jenis kontrasepsi hormonal ?
1.2.2.1 Bagaimana mekanisme kerja dari setiap jenis kontrasepsi hormonal ?
1.2.2.2 Apa saja keuntungan dan kerugian dari setiap jenis kontrasepsi hormonal ?
1.2.2.3 Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari setiap jenis kontrasepsi
hormonal ?
1.2.2.4 Apa saja efek samping yang ditimbulkan dari setiap jenis kontrasepsi
hormonal ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian kontrasepsi hormonal.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis kontrasepsi hormonal.
1.3.2.1 Untuk mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari setiap jenis
kontrasepsi hormonal.
1.3.2.2 Untuk mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian dari setiap
jenis kontrasepsi hormonal.

1
1.3.2.3 Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi dari setiap
jenis kontrasepsi hormonal.
1.3.2.4 Untuk mengetahui dan memahami efek samping yang ditimbulkan dari
setiap jenis kontrasepsi hormonal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kontrasepsi Hormonal

(Manuaba, 2005) mengemukakan kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti


‘melawan’ atau ‘mencegah’ dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
(Tufika Yuhedi & Kurniawati 2011, hal. 68) mengemukakan bahwa metode
kontrasepsi hormonal diciptakan akibat ditemukannya berbagai bukti terkait efek
progesteron dan estrogen. Peretengahan tahun 1950 kontrasepsi oral diperkenalkan
pertama kali dan saat itu muncul kecenderungan makin rendahnya dosis estrogen dan
progesteron dalam pil.
(Janet Medforth et al. 2011) mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal berisi
dua hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron. Estrogen yang terdapat
secara alamiah adalah etradiol, estron, dan striol. Zat – zat ini adalah steroid C18,
sedangkan progesteron adalah suatu sterod C21 yang disekresikan oleh korpus luteum,
plasenta (dalam jumlah kecil) dan folikel. Progesteron secara alamiah adalah 17
hidroksiprogesteron. Pada kontrasepsi hormonal digunakan estrogen dan progesteron
sintetik adalah progestin, norethindrone, noretinodrel, etinodiol, nogestrel.
2.2 Jenis Kontrasepsi Hormonal
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011) mengemukakan terdapat beberapa jenis metode
kontrasepsi hormonal antara lain :
2.3.1 Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum oleh wanita yang
terdapat estrogen dan progestin berkhasiat mencegah kehamilan bila diminum
seara teratur. Dasar dari pil – oral adalah meniru proses – proses alamiah. Pil oral
akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesterone oleh ovarium. Pil
oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal sehingga juga
menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.

3
Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis yaitu pil kombinasi yang berisi hormon
sintetis estrogen dan progesteron, atau hanya berisi hormon sintetis progesteron
saja yang sering disebut dengan minipil atau pil progestin
1. Pil kombinasi

a) Mekanisme Kerja
Pada pemakaian pil kombinasi maka terjadi penggunaan estrogen dan progestin
terus menerus sehingga mengakibatkan penghambatan sekresi GnRH dan
gonadotropin sedemikian rupa hingga tidak terjadi ovulasi. Sedangkan progestin
akan menyebabkan bertambah kentalnya mukus serviks sehingga penetrasi
sperma terhambat, terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan
progesteron, menyebabkan hambatan nidasi dan gangguan pergerakan tuba
Pada pil kombinasi daya guna teoritis hampir 100%, tingkat kehamilan 0.1/100
wanita pertahun. Daya guna pemakaian ialah 95-98% efektif, tingkat kehamilan
0.7/100 wanita pertahun. Pil kombinasi ini bekerja dengan cara menekan
ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks dan pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
Jenis pil kombinasi dibagi beberapa macam yaitu :
a. Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen / progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
b. Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen / progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormone aktif.
c. Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda , dengan 7 tablet
tanpa hormone aktif.

4
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)
b) Kelebihan pil kombinasi antara lain :
a. Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan).
b. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil,tidak mengganggu hubungan seksual.
c. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang ( mencegah
anemia) , tidak terjadi nyeri haid.
d. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
e. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
f. Mudah dihentikan setiap hari
g. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
h. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
i. Membantu mencegah :
Kehamilan ektopik, kanker ovariumn, kanker endometrium, kista ovarium,
penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, disminore, akne
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)
c) Kekurangan pil kombinasi :
a. Mahal dan membosankan karena harus menggunkannnya setiap hari
b. Mual , terutama pada 3 bulan pertama, berhenti haid ( amenorea), jarang
pada pil kombinasi.
c. Pendarahan bercak atau pendarahan sela, terutama 3 bulan pertama
d. Pusing, nyeri payudara
e. Berat badan naik sedikit ,tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif.
f. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
g. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan
suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
h. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
i. Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)

5
d) Berikut ini merupakan berbagai kondisi wanita yang diperbolekan
menggunakan pil kombinasi antara lain :
a. Usia produksi
b. Tidak memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak, gemuk atau kurus
c. Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
e. Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif, sedangkan
semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
f. Pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus
haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektropik, kelainan payudara jinak,
kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan
saraf.
g. Penyakit tiroid , penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium
jinak, menderita tuberculosis, (kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin), Wanita dengan varises vena.
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)
e) Kontra indikasi pil kombinasi
a. Hami atau dicurigai hamil, menyusui ekslusif
b. Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
c. Penyakit hati akut ( hepatitis), Perokok dengan usia >35 tahun
d. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
e. Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun
f. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
g. Migrain dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat epilepsi)
h. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)
f) Efek samping penggunaan pil kombinasi antara lain :
a. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke,
dan kanker leher rahim.
b. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
c. Pada kasus – kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana
hati dan penuruna libido.
d. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
e. Kembung, pusing, amenorea, nyeri payudara, dan kenaikan berat badan

6
f. Spotting yang biasanya terjadi pada penggunaan pada 3 bulan pertama
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)

Penanganan amenora dan spotting pada aseptor pengguna pil kombinasi.

Efek samping Penanganan


Amenorea (tidak ada perdarahan a. Lakukan tes kehamilan dan periksa
atau spotting) dalam, bila tidak hamil dan cara pil sudah
benar (tidak ada masalah).
b. Tidak menstruasi kemungkinan
disebabkan karena efek estrogen yang
kurang adekuat terhadap endometrium
(tidak perlu pengobatan).
c. Berikan pil estrogen dosis 50 mcg atau
dosis estrogen tetap, kurangi dosis
progestin.
d. Hentikan penggunaan pil dan yakinkan
bahwa tidak ada efek samping pada janin,
bila kemungkinan hamil.
Perdarah pervagina atau spotting a. Lakukan tes kehamilan atau pemeriksaan
ginekologis.
b. Sarankan minumkan pil yang sama.
c. Beri penjelasan bahwa pendarahan biasa
terjadi pada penggunaan 3 bulan pertama
dan akan berhenti.
d. Bila spotting masih terjadi, berikan pil
estrogen dosis tinggi (50 mcg) hingga
perdarahan teratasi kemudian kembali ke
dosis awal.
e. Bila perdarahan berlanjut, lanjutkan pil
estrogen dosis tinggi atau sarankan
metode kontrasepsi lain.

7
2. Pil progestin (minipil)

Pil progestin atau biasa disebut minipil yang berisi hormon sintetis
progesteron saja. Progestin yang terdapat di dalam mini pil terdiri dari dua
golongan, yaitu analog progesteron berupa chlormadinone asetat dan megestrol
asetat yang saat ini tidak dipakai lagi, lalu kedua derivat testosterone yang
diketemukan 1970-an dan dipakai sampai saat ini, meliputi norethindrone,
norgestrel, ethynodiol dan lynestrenol.
a) Mekanisme Kerja
Cara kerja pil progestin dengan menghambat ovulasi, mencegah implantasi,
memperlambat transport gamet atau ovum, luteolysis dan mengentalkan lendir
serviks yang kental. Pil jenis ini sangat efektif dapat mencapai 98.5%. Pengguna
jangan sampai lupa satu atau dua pil, jangan sampai muntah, diare, karena
kemungkinan terjadinya kehamilan sangat besar.
b) Keuntungan
Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaaan tromboembolik, laktasi
dan mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang
disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, berat
badan bertambah dan rasa mual).
c) Kerugian
kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan pil oral kombinasi,
menambah insidens perdarahan bercak (spotting), variasi dalam panjang siklus
haid dan yang tidak kalah penting bila lupa minum satu atau dua tablet mini-pil
atau kegagalan dalam absorpsi mini-pil oleh sebab muntah atau diare, sudah
cukup untuk meniadakan proteksi kontraseptifnya.
d) Kontraindikasi
Umumnya kontraindikasi absolut minipil adalah sama dengan kontraindikasi
absolut pil oral kombinasi
(Gede, Manuaba, 2005)

8
2.3.2 Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi melaui penyuntikan hormon,


baik hormonestrogen dan progesteron maupun hormon progesteron saja, sebagai
suatu usaha pencegahan kehamilan wanita usia subur.
Ada dua jenis kontrasepsi suntik , yaitu KB suntik kombinasi dan KB suntik
berisi hormon progesteron :
1. KB Suntik Kombinasi
a) Mekanisme Kerja
KB suntik kombinasi merupakan kb suntik yang berisi hormon estrogen dan
progesteron. Pengguna kontrasepsi suntik memengaruhi hipotalamus dan
hipofisis untuk menurunkan kadar FSH dan LH sehingga tidak terjadi
perkembangan dan pematangan folikel de Graaf atau dengan kata lain menekan
ovulasi. Penggunaan kontrasepsi juga mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, mengganggu implantasi akibat perubahan pada
endometrium (atrofi) dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Ada dua jenis KB suntik yang terdapat dipasaran yaitu 25 mg depo
medroksi progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat (cycloferm) serta 50 mg
noretindron enentat dan 5 mg estradiol valerat. Kedua jenis KB suntik tersebut
diberikan melalui injeksi intramuskular (IM) satu bulan sekali. Metode ini
sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan pada setiap 100 wanita) selama tahun
pertama penggunaan.
(Yuningsih, Yuyun, 2006)
b) Indikasi
Metode ini diindikasikan untuk wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan
efektivitas yang tinggi dan juga wanita yang sering lupa menggunakan pil
kontrasepsi. Wanita tersebut berada pada rentang usia reproduksi, baik yang
telah memiliki anak maupun yang belum memilki anak, pasca persalinan, dan
tidak menyusui bayinya, serta wanita yang menyusui pascapartum > 6 bulan.
Metode ini juga dapat digunakan pada wanita yang memilik anemia, nyeri

9
menstruasi hebat, menstruasi teratur, dan juga wanita yang memiliki riwayat
kehamilan etopik
c) Kontraindikasi
Metode ini tidak boleh digunakan oleh wanita perokok yang berusia lebih dari
35 tahun, wanitayang hamil atau diduga hamil, dan wanita pascapersalinan yang
menyusui kurang dari 6 minggu. Selain itu kontrasepsi ini juga tidak boleh
dilakukan pada wanita yang memiliki penyakit akut (hepatitis), riwayat penyakit
jantung, stroke, atau hipertensi (>180/110 mmHg), riwayat kelainan
tromboemboli atau DM > 20 tahun, keganasan payudara, dan memiliki kelainan
pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
d) Keuntungan
a. Resiko terhadap kesehatan kecil.
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c. Tidak perlu dilakukan periksa dalam.
d. Jangka panjang.
e. Efek samping kecil.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat.
Keuntungan non kontrasepsi :
a. Mengurangi jumlah pendarahan.
b. Mengurangi nyeri menstruasi.
c. Mencegah anemia.
d. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
e. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
f. Mencegah kehamilan etopik.
g. Melindungi klien dari penyakit radang panggul jenis tertentu.
h. Melindungi keadaan tertent, KB suntik kombinasi dapat diberikan pada
wanita usia menopause.
e) Kerugian kontrasep suntik :
a. Terjadi perubahan pola menstruasi perdarahan bercak/spotting, atau
perdarahan sela hingga 10 hari.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapat suntikan.

10
d. Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
f. Penambahan berat badan.
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
f) Waktu penyuntikan kontrasepsi ini adalah sebagai berikut :
a. Suntikan pertama saat 7 hari siklus menstruasi (tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan).
b. Bila suntikan pertama > 7 hari siklus menstruasi, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi
lain selama 7 hari.
c. Bila klien tidak menstruasi, KB suntik dapat diberikan setiap saat dengan
syarat klien tidak hamil. Klien tidak boleh senggama selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari.
d. Bila 6 bulan pascapersalinan, menyusui serta belum menstruasi, dapat
diberikan suntikan, asal tidak hamil.
e. Bila > 6 bulan pascapersalinan, menyusui serta telah menstruasi, suntik
siklus hari 1 – 7.
f. Bila < 6 bulan pascapersalinan dan menyusui, jangan memberikan KB suntik
g. Bila 3 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui, dapat diberikan.
h. Pascakeguguran, segera atau dalam waktu 7 hari
(Yuningsih, Yuyun, 2006)

Anjuran penggunaan KB suntik kombinasi pada beberapa kondisi

Keadaan Anjuran

Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg dapat diberikan, perlu


pengawasan.

Diabetes militus Dapat diberikan tanpa kompilakasi dan DM


terjadi <20 tahun, perlu pengawasan

11
Migrain Bila tidak ada gejala neurologik yang
berhubungan dengan sakit kepala, boleh
diberikan Menggunakan obat TB atau obat
epilepsi
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50
g etinilestradiol atau cari metode kontrasepsi
lain
Memiliki penyakit anemia bulan sabit
Sebaiknya jangan menggunakan KB suntik
kombinasi

Penanganan efek samping KB suntik kombinasi

Efek Samping Penanganan


Amenore a. Singkirkan kehamilan, bila tidak
terjadi kehamilan tidak perlu
pengobatan khusus
b. Jelaskan bahwa darah menstruasi
tidak terkumpul di uterus.
c. Anjurkan klien untuk melakukan
kunjungan ulang bila masih
bermasalah.
d. Hentikan pemberian KB suntik
kombinasi bila klien diketahui hami.
Mual/pusing/lemah a. Pastikan bahwa tidak ada kehamilan.
b. Rujuk, bila klien hamil.
c. Beritahu bahwa gejala ini biasa
terjadi dan akan hilang tersendirinya,
bila klien tidak hamil.
Perdarahan/perdarahan bercak/ a. Rujuk, bila klien hamil.
spotting b. Cari tahu penyebab perdarahan, bila
klien tidak hamil.
c. Jelaskan bahwa perdarahan yang

12
terjadi merupakan hal yang biasa
terjadi.
d. Bila perdarahan berlanjut dan klien
khawatir, gunakan metode
kontrasepsi lain.

2. KB Suntik Berisi Hormon Progestin

Jenis kontrasepsi ini sangat efektif, aman dan dapat dipakai oleh semua wanita usia
produksi. Kontrasepsi ini juga cocok untuk ibu menyusui karena tidak menekan
produk ASI. Akan tetapi, kembalinya kesuburan akan lebih lama yaitu rata-rata 4
bulan.
Tersedia dua jenis KB suntik yang berisi hormon progestin, yaitu depo
medroksiprogesteron asetat (depoprovera) dan depo noretisteron enantat
(noristerat).
1) Depoprovera
a. Mekanisme Kerja
Mengandung 150 mg depo medroksiprogerteron asetat (DMPA), yang
diberikan secara intramuskular pada otot bokong atau pada otot deltoid setiap
3 bulan. Injeksi pertama harus diberikan hanya pada saat hari ke-5
menstruasi, hal ini untuk memastikan aseptor tidak dalam keadaan hamil
pada saat injeksi pertama kali. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam
darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan
dengan amat setelah 3 bulan. Metode ini 99% efektif jika dipakai dengan
benar.
Kontrasepsi ini mengandung kadar progestin yang tinggi sehingga
menghambat lonjakan LH secara efektif sehingga tidak terjadi evolusi. Kadar
FSH dan LH menurun secara tidak terjadi lonjakan LH. Hal ini meghambat
pengembangan folikel dan mencegah evolusi. Selain itu, kotasepsi juga
menyebabkan penipisan endometrium sehingga tidak layak untuk implantasi
dari ovum yangtelah dibuahi.

13
b. Indikasi
Kontasepsi ini juga dapat berguna sebagai pelindung sementara pada
pasangan yang suaminya melakukan vasektomi hingga vasektomi menjadi
efektif. Pada wanita yang sedang diimunisasi Rubella, metode ini juga dapat
digunakan untuk mencegah kehamilan pada saat periode aktif virus tersebut.
Selain itu wanita yang menunggu sterilisasi juga dapat kontrasepsi ini. Dapat
disimpulkan bahwa selain sebagai metode kontasepsi jangka panjang, metode
ini juga dapat digunakan sebagai kontasepsi jangka pendek pada beberapa
kondisi tersebut.
c. Kontraindikasi
Kontrasepsi ini dikontraindikasikan pada pasien dengan tromboflebitis aktif
saat ini atau riayat masa lalu, wanita dengan gangguan tromboembolik.
Wanita yang mengalami perdarahan pervagina yang tidak terdiagnosa,
missed abortion , dan kanker payudara tidak boleh menggunakan kontasepsi
ini. Selain itu, wanita yang mengalami alergi terhadap medroksiprogesteron
asetat juga dikontraindikasikan menggunakan kontrasepsi ini.
Apabila wanita diketahui hamil dalam 1-2 bulan setelah injeksi, bayi yang
akan dilahirkan akan memiliki berat badan yang rendah (bayi BBLR) dan
meningkatkan risiko kematian janin. Maskulinisasi janin perempuan,
hipertropi, klitoris dan penggabungan labia serta hipospadia pada janin laki-
laki dapat terjadi apabila obat disuntikan pada bulan pertama hingga keempat
kehamilan. Oleh sebab itu, kontrasepsi ini dikontraindikasikan pada anita
yang hamil.
d. Efek Samping
Seperti metode kontrasepsi lainnya, dipoprovera juga dapat menimbulkan
efek samping pada beberapa aseptor. Efek samping tersebut berupa gangguan
menstruasi (perdarahan dan/ amenoria), peningkatan berat badan, sakit
kepala,pusing,gemetar, nyeri abdomen, dan astenia (kelemahan atau
kelelahan otot).
2) Noristerat
a. Kandungan
Mengandung 200 mg norestisteron enantat pada setiap 1 mL Noriseterat.
Kontrasepsi ini diberikan secara intramuskular pada otot bokong setiap dua
bulan sekali. Injeksi pertama harus diberikan hanya pada saat injeksi pertama

14
kali. Metode ini menyebabkan kehamilan pada 4 dari 1000 wanita pertahun
(0,4%).
b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontasepsi ini hampir sama seperti depoprovera, yaitu
menekan ovolusi. Selain itu, kadar progesteron yang tinggi juga
menyebabkan lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menggangu
penetrasi sperma.
c. Indikasi
Indikasi noristerat sama seperti indikasi depoprovera. Akan tetapi, ada
sedikit perbedaan dalam hal kontraindikasi.
d. Kontraindikasi
Noristerat tidak boleh digunakan pada wanita yang hamil, wanita yang
memiliki penyakit hati akut dan kronik, wanita yang menderita anemia sel
sabit, wanita yang memiliki penyakit DM yang berat, wanita yang memiliki
penyakit tumor hati, hipertensi, tromboemboli, gangguan metaboisme lipid,
kanker payudara dan kanker endometrium serta yang memiliki
hipersensitivitas.
e. Efek Samping
Efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan noristerat, antara lain
bengkak, ketidaknyamanan pada payudara, sakit kepala, pusing, depresi dan
mual.
(Tufika Yuhedi & Kurniawati, 2011)
2.3.3 Kontrasepsi implant

a) Mekanisme Kerja
1) Implan subdermai dimasukkan ke sisi bawah lengan atas oleh seorang dokter,
bidan, perawat yang terlatih dan kompeten dalam teknik ini.
2) Hormon dilepaskan secara langsung ke jaringan interstisial sekitarnya dan
diserap oleh kapiler-kapiler untuk masuk kedalam aliran darah.

15
3) Ovulasi ditekan ditingkat hepotalamus oleh sebab itu terjadi defisiensi fase
luteal siklus menstruasi sehingga mencegah implantasi, jika ovulasi dan
vertilisasi terjadi.

Macam–macam implant :
1. Non Biodegradable Implant
a. Norplant
Terdiri dari enam kapsul kosong silastic (karet silicone) yang diisi dengan
hormon levonorgestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan silastic
adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, diameter 2.4 mm, berisi
36 mg levonogestrel. Efektif dalam mencegah kehamilan untuk lima tahun.
b. Norplant -2
Terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap batang 44
mm. Masing-masing batang diisi dengan 70 mg levonorgestrel di dalam
matriks batangnya. Efektif untuk mencegah kehamilan tiga tahun
2. Biodegradable Implant
a. Carpronor
Suatu kapsul biodegradable yang mengandung levonorgestrel yang
dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter kapsul kurang dari
0.24 cm dan panjang kapsul terdiri dari dua ukuran 2.5 cm dan 4 cm. Proteksi
kontraseptif berlangsung paling sedikit 18 bulan dan mungkin dapat
berlangsung lebih lama
b. Norethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norethindrone (NET).
Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan dilepaskan saat
pellets dengan perlahan-lahan melarut. Sediaan empat pellets memberikan
perlindungan terhadap kehamilan untuk sekurang-kurangnya 12 bulan.
b) Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi implant yaitu akseptor tidak harus minum pil KB
ataupun suntik KB berkala, proses pemasangan susuk KB ini cukup satu kali
untuk jangka pemakaian 2-5 tahun, bila berencana untuk hamil maka cukup
dengan melepaskan implant ini kembali.

16
c) Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian susuk KB ini antara lain adalah
siklus menstruasi menjadi tidak teratur, perubahan metabolisme karbohidrat,
pembekuan darah, tekanan darah dan berat badan.
d) Kontraindikasi
Kontraindikasi implant meliputi kehamilan atau disangka hamil, penderita
penyakit hati akut, kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi, tromboemboli
dan diabetes melitus.
(Janet Medforth et al, 2011)
2.3.4 Kontrasepsi IUD Hormonal
IUD (Intra Uterine Device ) hormonal atau IUD yang mengandung hormon
adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan
tembaga atau juga mengandung hormon progesteron dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina.
a) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja IUD yang mengandung hormon progesteron yaitu dengan
menimbulkan gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga
timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
(endometrium tetap berada dalam fase deciual / progestational) dan juga
menyebabkan lendir serviks yang menjadi lebih kental.
Jenis-jenis IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
1. Progestasert-T = Alza-T
a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b. Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesteron per hari.
c. Daya kerja 18 bulan
2. LNG-20
a. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
b. Angka kegagalan atau kehamilan sangat rendah ˂ 0.5 per 100 wanita
pertahun
b) Keuntungan
Keuntungan menggunakan IUD adalah dapat efektif segera setelah pemasangan,
mengurangi volume darah haid dan tidak mempengaruhi kualitas ASI.

17
c) Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi yaitu sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera
setelah pemasangan IUD yang biasanya menghilang dalam 1-2 hari, perubahan
siklus haid, nyeri haid dan insidens kehamilan ektopik lebih tinggi.
d) Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan antara lain kehamilan atau persangkaan hamil, infeksi
pelvis yang aktif, infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), kelainan bawaan uterus
yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
2.3.5 Kontrasepsi Transdermal/koyo
Penggunaan kontrasepsi transdermal atau koyo kombinasi (Ortho Evra) yang
melepas 20mcg etinil ekstradiol dan 150 mcg norelgestromin per hari. Kontrasepsi
ini berukuran 20cm dengan bentuk seperti plester tipis yang terdiri dari tiga
lapisan, yaitu lapisan pelindung luar, lapisan tengah berperekat yang mengandung
medikasi secara lapisan bening yang dilepaskan ketika pemasangan koyo. Koyo
ditempelkan dikulit kemudian didiamkan selama 1 minggu, kemudian dilepas
sehingga dalam satu siklus memerlukan tiga tempelan. Koyo yang baru dipasang
diarea kulit yang berbeda. Lokasi pemasangan koyo adalah lengan atas, bokong,
perut bagian bawah, dan tubuh bagian atas (tidak termasuk payudara). Pada
minggu keempat, koyo KB tidak digunakan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘melawan’ atau ‘mencegah’ dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan.

Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal adalah memengaruhi ovulasi, implantasi,


transportasi gamet, fungsi korpus luteum, dan lendir serviks. bahwa kontrasepsi
hormonal berisi dua hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron. Estrogen
yang terdapat secara alamiah adalah etradiol, estron, dan striol. Zat – zat ini adalah
steroid C18, sedangkan progesteron adalah suatu sterod C21 yang disekresikan oleh
korpus luteum, plasenta (dalam jumlah kecil) dan folikel. Progesteron secara alamiah
adalah 17 hidroksiprogesteron. Pada kontrasepsi hormonal digunakan estrogen dan
progesteron sintetik adalah progestin, norethindrone, noretinodrel, etinodiol, nogestrel.
Alasan utama untuk menggunakan estrogen dan progesteron sintetik adalah bahwa
hormon alami hampir seluruhya akan dirusak oleh hati dalam waktu singkat setelah
diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta
Bentuk kontrasepsi horminal antara lain kontrasepsi oral, kontrasepsi suntik,
kontrasepsi implans/subkutis, kontrasepsi IUD hormonal yang memiliki keuntungan,
kerugian, dan efek samping sesuai dengan jenis hormon yang terkandung dan mekanisme
kerja yang terdapat pada masing – masing kontrasepsi

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Kontrasepsi Hormonal.
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Taufika Yuhedi, Lucky & Kurniawati, Titik. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan
KB. Jakarta : EGC
Janet Medforth et al. 2011. Oxford Handbook of Midwifery. Jakarta : EGC
Gede, Manuaba. 2005. Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Yuningsih, Yuyun. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai