Anda di halaman 1dari 3

Nama : Amalia Rahmadinie

Prodi : Anestesiologi dan Terapi Intensif

Review Etik Film My Sister’s Keeper

Film My Sister’s Keeper berkisah tentang seorang anak gadis 11 tahun dari

keluarga Fitzgerald, Anna, yang menggugat orang tuanya karena dianggap telah

mengabaikan haknya untuk mempunyai kuasa terhadap tubuhnya sendiri. Anna

adalah seorang “designer baby” Anna dilahirkan untuk menopang kehidupan

kakaknya, Kate yang menderita acute promyelocytic leukimia. Sejak kecil, Anna

sudah mendonorkan darah tali pusat, sumsum tulang belakang, dan puluhan

pemeriksaan kedokteran untuk membantu kesembuhan Kate. Sampai pada suatu

ketika, dokter yang merawat Kate mengatakan bahwa Kate mengalami gagal

ginjal dan orang tuanya meminta Anna untuk mendonorkan satu ginjalnya untuk

sang kakak.

Anna akhirnya menyewa seorang pengacara, Campbell Alexander untuk

membantunya mengangkat kembalihak-haknya yang dianggapnya telah diambil

alih oleh orang tuanya. Ada beberapa masalah etik yang berkembang dalam film

ini, yang pertama, apakah etis jika seorang dokter menyarankan pasangan yang

memiliki anak menderita penyakit tertentu untuk memperoleh anak lain dengan

tujuan sebagai pendonor? Kedua, apakah etis jika orang tua melahirkan seorang

anak untuk tujuan pendonor menyelamatkan anak yang lain? Ketiga, apakah etis

jika orang tua memaksa anaknya untuk menjadi pendonor organ tubuh untuk
menyelamatkan anaknya yang lain? Keempat, usia berapakah seharusnya seorang

anak memiliki hak penuh atas apa yang terjadi pada dirinya dan pada tubuhnya?

Dari segi beneficence, dokter telah melakukan tindakan yang tepat dan

benar untuk menyelamatkan nyawa pasiennya, dokter di film ini telah

melaksanakan prinsip benificience dimana ia memberikan beberapa pilihan untuk

membantu kesembuhan kate. Tetapi memang ada beberapa pilihan sedikit diluar

kaedah bioetika, seperti menyarankan keluaraga Fitzgerald untuk memiliki anak

yang disamakan secara genetik dengan anak sebelumnya.

Segi Justice, yaitu sisi keadilan. Di film ini sisi justice menjadi salah satu

fokus cerita, Kate yang penyakitnya sudah hampir berada tahap akhir dan kini

mengalami kegagalan pada ginjal dan Anna sebagai saudari kandung yang sehat.

Apakah adil jika Anna memberikan ginjalnya untuk kakaknya yang mempunyai

harapan hidup “tidak begitu lama” sedangkan ia sendiri akan hidup dengan satu

ginjal selama sisa hidupnya.

Dari segi autonomy, Anna dan Kate seharusnya berhak memilih atau

menolak tindakan medis tanpa campur tangan dari orang lain, termasuk dari orang

tua ataupun dokter yang merawat. Tetapi, karena usia mereka yang masih di

bawah umur, maka orang tua mereka masih berhak untuk memberikan

persetujuan ataupun penolakan tindakan medis. Syarat seseorang dapat

memberikan persetujuan tindakan medis untuk di Indonesia sendiri adalah berusia

lebih dari 16 tahun dan atau sudah menikah, tidak mengalami kelainan kejiwaan.

Dalam film diceritakan bahwa Kate sebenarnya juga menolak untuk menerima

ginjal dari adiknya karena ia telah merasa bahwa penyakitnya sudah berada pada

tahap akhir sedangkan Anna juga menolak untuk memberikan salah satu ginjalnya
untuk sang Kakak karena ia merasa bahwa itu akan menurunkan kualitas

hidupnya sendiri di masa akan datang. Seharusnya orang tua mereka tidak perlu

memaksa anaknya untuk melakukan transplantasi ginjal.

Dari segi nonmaleficence, suatu prinsip dimana seorang dokter tidak

melakukan tindakan yang dapat memperberat kondisi pasien atau do no harm.

Dalam film dokter tidak melakukan tindakan yang membahayakan pasien, yang

dilakukannya justru untuk membantu kesembuhan pasiennya.

Film ini menyajikan banyak bentrokan etik. Seorang dokter seharusnya

dapat menerapkan seluruh prinsip dasar bioetik untuk semua kasus yang dihadapi

sehingga hubungan yang baik antara dokter dan pasien dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai