Disusun Oleh:
Preseptor:
dr. Eka Agustia Rini, Sp.A (K)
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
BAB 1
PENDAHULUAN
oleh hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.1
negara, dengan keseluruhan peningkatan per tahun diperkirakan sebesar 3%. Pada
seluruh dunia dan jumlah kasus baru yang didiagnosis setiap tahun mencapai
75.800 anak.3
terhadap insulin. Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tapi sistem
HLA bukan merupakan faktor yang paling dominan dalam patognesis DM tipe 1.
Diperlukan suatu faktor pemicu dari lingkungan seperti infeksi virus, toksin, dan
lain-lain untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe 1 pada seseorang yang rentan.4
Beberapa studi menyimpulkan bahwa konsumsi susu sapi di usia dini, infeksi
virus (virus coxsackie, cmv, mumps, rubella), kekurangan vit D dan faktor
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang bertindak sebagai
hormon steroid. Pada manusia, sumber utama vitamin D adalah konversi yang
pankreas, otot, otak, dan kontrol siklus sel.6 Vitamin D receptor (VDR) terdapat di
6
sebagian besar jaringan dan sel di dalam tubuh. 1,25 (OH) 2D memiliki berbagai
vitamin D di pankreas dan sel imun. Fungsi vitamin D dalam tubuh ialah melalui
7
BAB 2
DIABETES MELITUS TIPE 1 DAN TIPE 2 PADA ANAK
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.1
1. DM Tipe 1
Intoleransi glukosa yang terjadi karena proses autoimun terhadap sel beta
2. DM Tipe 2
3. DM Gestasional
fibrosis dan pankreatitis), dan diabetes yang dipicu oleh obat atau bahan
transplantasi organ).
8
2.2 Epidemiologi
Sekitar 171 juta orang di dunia mengidap diabetes pada tahun 2000, dan
diproyeksikan akan meningkat ke angka 366 juta pengidap diabetes pada tahun
2030. DM tipe 1 meliputi sekitar 5%-10% dari semua kasus diabetes, atau sekitar
11-22 juta penderita di dunia. Sekitar 440.000 anak-anak di bawah usia 14 tahun
2.3 Etiologi
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan terhadap terjadinya DM
tipe 1. Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tapi sistem HLA bukan
suatu faktor pemicu dari lingkungan seperti infeksi virus, toksin, dan lain-lain
untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe 1 pada seseorang yang rentan. DM tipe
ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β
di usia dini, infeksi virus (virus coxsackie, cmv, mumps, rubella), kekurangan vit
9
2.4 Patogenesis
Patogenesis diabetes tipe 1 adalah hasil interaksi dari genetik dan
lingkungan yang menyebabkan kerusakan dari sel beta pankreas dan kekurangan
dengan penyakit serupa, tetapi faktor genetik diakui berperan dalam patognesis
DM tipe 1. Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu tapi bukanlah
diperlukan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan. Individu yang mempunyai
sifat mudah terserang kelainan genetik mempunyai massa sel beta yang normal
pada saat lahir dan mulai kehilangan massa sel beta secara sekunder karena
adanya proses autoimun yang terjadi dalam hitungan bulan sampai tahun. Proses
autoimun ini dipicu oleh adanya infeksi atau stimulus lingkungan dan terjadi
DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin
sampai dengan predominan kerusakan sel beta. Kerusakan sel beta yang terjadi
insulin yang beredar mugkin tinggi, tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel beta
2.5 Diagnosis
Manifestasi klinis dari DM tipe 1 bervariasi mulai dari gejala klasik yakni
klasik.4
10
Standar baku emas untuk penegakan diagnosis DM saat ini adalah melalui
2.6 Tatalaksana
2.6.1 Tatalaksana Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat
mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati
parameter kontrol metabolik standar pada DM. Nilai HbA1c < 7% berarti kontrol
metabolik baik; HbA1c < 8% cukup dan HbA1c > 8% dianggap buruk. Kriteria
ini pada anak perlu disesuaikan dengan usia karena semakin rendah HbA1c
11
1. Pemberian Insulin
Jenis insulin
Profil farmakokinetik insulin manusia dan insulin analog. Terlihat lama kerja
relatif berbagai jenis insulin. Lama kerjanya bervariasi antar dan intra
perorangan.4
Dosis insulin : 0,025 – 0,1 u/kg atau 0,025-0,1 u/kg/hari. Dua hal yang
perlu penting dikenali pada pemberian insulin adalah efek Somogyi dan efek
pagi hari, namun memerlukan penanganan yang berbeda. Efek Somogyi terjadi
12
effect). Akibat pemberian insulin yang berlebihan terjadi hipoglikemia pada
malam hari (jam 02.00-03.00) yang diikuti peningkatan sekresi hormon kontra-
insulin (hormon glikogenik). Sebaliknya efek subuh terjadi akibat kerja hormon
makanan kecil sebelum tidur atau pengurangan dosis insulin malam hari,
sedangkan efek Subuh memerlukan penambahan dosis insulin malam hari untuk
2. Pengaturan makan
b. Jumlah kalori yang dibutuhkan dapat berdasarkan berat badan ideal dan
dari karbihidrat, 25% berasal dari protein dan sumber energi dari lemak <30%10
c. Jadwal : 3 kali makan utama dan 3 kali makanan kecil. Tidak ada pengaturan
makan khusus yang dianjurkan pada anak, tetapi pemberian makanan yang
mengandung banyak serat seperti buah, sayuran dan sereal akan membantu
3. Olahraga
disesuaikan dengan minat anak. Pada umumnya terdiri dari pemanasan selama 10
13
menit, dilanjutkan 20 menit untuk latihan aerobik seperti berjalan atau bersepeda.
Olahraga harus dilakukan paling sedikit tiga kali seminggu dan sebaiknya
dilakukan pada waktu yang sama untuk memudahkan pemberian insulin dan
pengaturan makan.4
4. Edukasi
dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan serta
hasil yang optimal. Sasaran edukasi adalah pasien (anak atau remaja) dan kedua
orang tua, serta pengasuhnya. Edukasi terhadap pasien harus bersifat individual
serta dapat diterapkan oleh penderita DM tipe-1. Usia dan kematangan penderita
makanan, insulin (jenis, cara pemberian, efek samping dll), dan pertolongan
poliklinik. Pada tahap ini, edukasi berisi penjelasan lebih terperinci tentang patofi
14
siologi, olahraga, komplikasi, serta juga bagaimana menghadapi lingkungan
5. Pemantauan Mandiri
Tujuan pemantauan mandiri pada pasien dengan DM tipe-1 adalah
Pengukuran kadar glukosa darah harus dilakukan beberapa kali per hari
dosis insulin. Diperlukan perhatian yang khusus terutama pada anak prasekolah
dan anak sekolah yang pada tahap awal sering tidak bisa mengenali episode
hipoglikemia yang mungkin dialaminya, sehingga pada keadaan seperti ini perlu
diabetes melitus tipe 1. Terapi utamanya dalah perubahan gaya hidup, obat
hipoglikemik oral, dan insulin. Dianjurkan olahraga paling sedikit 30-60 menit per
15
hari. Konsumsi kalori harian harus diturunkan, asupan lemak diturunkan menjadi
pilihan pada anak dengan DM tipe 2 adalah metformin. Dosis awal 500 mg/hari
pada malam hari, dapat dinaikkan 500 mg tiap minggu sampai maksimum 2000
mg/hari dalam dosis terbagi untuk pasien kurang dari 16 tahun, atau makimal
2550 mg/hari terbagi 2-3 dosis untuk pasien lebih dari 16 tahun. Insulin sering
diberikan untuk mencapi kontrol glukosa yang baik. Dosis awal 0,5 – 1,0
16
Gambar 2.2 Alur Tatalaksana DM Tipe 2 pada Anak dan Remaja11
17
BAB 3
VITAMIND
3.1 Metabolisme
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang bertindak sebagai
hormon steroid. Pada manusia, sumber utama vitamin D adalah konversi yang
pankreas, otot, otak, dan kontrol siklus sel.Vitamin D adalah kelompok hormon
yang larut dalam lemak yang diidentifikasi setelah penemuan efek anti rakitis dari
minyak ikan cod pada awal abad ke-20. Vitamin yang ditemukan dalam minyak
ikan cod diberi nama "D" setelah Vitamin A, B dan C, yang telah ditemukan
sebelumnya.6
panas, vitamin D3 segera diubah menjadi vitamin D.2 Kelebihan sinar UVB
dihasilkan dari paparan sinar matahari dan diet diubah menjadi 25-
D adalah bentuk utama dari vitamin D dan digunakan untuk menentukan status
18
(calcitriol). Manusia memperoleh vitamin D melalui asupan makanan dan paparan
sinar matahari. Makanan yang secara alami mengandung vitamin D sangat sedikit.
Ikan berminyak seperti salmon, mackerel, dan sarden kaya akan vitamin D3.
bervariasi.7
ke dalam sistem limfatik dan memasuki darah vena. Vitamin D yang berasal dari
kulit atau diet secara biologis inert dan membutuhkan hidroksilasi pertama di hati
(CYP27B1) untuk membentuk bentuk biologis aktif vitamin D 1,25 (OH) 2D.
10–15% kalsium makanan dan sekitar 60% fosfor yang diserap. Kecukupan
80%. Vitamin D receptor (VDR) terdapat di sebagian besar jaringan dan sel di
3.2 Sumber
Vitamin D3 dapat diproduksi di kulit melalui sinar UVB. Sinar UVB
hanya hadir selama tengah hari di garis lintang yang lebih tinggi dan tidak
cukup dari kulit tergantung pada kekuatan sinar UVB, lamanya waktu yang
19
memberikan tingkat variabel sinar UVA dan UVB dan oleh karena itu bukan
kulit terhadap sinar matahari biasanya antara 1000 jam dan 1500 jam di musim
semi, musim panas, dan musim gugur. Vitamin D diproduksi di kulit dapat
berlangsung setidaknya dua kali lebih lama di dalam darah dibandingkan dengan
terkena satu dosis minimal radiasi UV (sedikit kemerahan pada kulit 24 jam
setelah terpapar), jumlah vitamin D yang dihasilkan setara dengan menelan antara
10.000 dan 25.000 IU. Berbagai faktor mengurangi produksi vitamin D3 pada
kulit, termasuk pigmentasi kulit yang meningkat, penuaan, dan aplikasi topikal
tabir surya. Perubahan sudut zenit matahari yang disebabkan oleh perubahan garis
lintang, Musim tahun, atau waktu hari secara dramatis mempengaruhi produksi
20
Tabel 3.1 Sumber Vitamin D2 dan D3 serta Komposisi 7
Ergocalciferol, atau vitamin D2, hadir pada tumbuhan dan beberapa ikan.
Cholecalciferol, atau vitamin D3, disintesis di kulit oleh sinar matahari. Manusia
terpapar matahari selama cukup waktu untuk menghasilkan jumlah yang cukup.
homeostasis kalsium dalam aliran darah. Selain itu, studi epidemiologi baru-baru
ini telah mengamati hubungan antara kadar vitamin D rendah dan keadaan
21
penyakit ganda, mungkin disebabkan oleh sifat anti-inflamasi dan modulasi
tingkat kalsium dan fosfor serum yang memadai. Tanpa vitamin D, hanya 10
hingga 15% kalsium dan sekitar diet 60% fosfor diserap. Karena itu vitamin D
memiliki efek besar dalam membentuk dan mempertahankan yang kuat tulang.
Baru-baru ini juga ditemukan bahwa vitamin D reseptor ada di berbagai sel
Tabel 3.2 Dosis Suplemen Vitamin D pada Infant yang Berisiko Tinggi Diabetes
Melitus Tipe 12
22
BAB 4
HUBUNGAN DIABETES MELITUS TIPE 1 DAN 2 PADA ANAK
DENGAN KADAR VITAMIN D
pada reseptor vitamin D di pankreas dan sel imun.1Fungsi vitamin D dalam tubuh
vitamin yang larut dalam lemak yang memainkan peran penting dalam
hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dan beberapa keadaan penyakit.
seiring bertambahnya usia, vitamin D juga dapat menjadi faktor risiko independen
untuk jatuh di kalangan orang tua. Rekomendasi baru dari American Academy of
Pediatrics membahas kebutuhan untuk suplementasi pada bayi yang baru lahir
ASI dan banyak pertanyaan yang diajukan mengenai peran suplementasi ibu
23
Gambar 4.1 Jalur sintesis Vitamin D 2
Vitamin D3 dapat diperoleh langsung dari makanan atau dengan cara
hidroksilasi dua kali untuk menghasilkan bentuk aktif biologis. dengan demikian,
(25 (OH) D3) dan dikatalisis oleh vitamin D-25-hidroksilase (25-OHase). yang
OHase) dan terjadi terutama di ginjal. Kemudian, 1,25 ( OH) 2D3 dilepaskan ke
mencapai jaringan target dengan cara reseptor vitamin D (VDR). vitamin D 24-
ginjal.9
24
9
Gambar 4.2 Jalur sintesis 1,25 (OH)2D2
Dari penelitian Palomer dkk, kekurangan Vitamin D terbukti dapat
mengubah sintesis dan sekresi insulin pada manusia dan hewan percobaan.
dapat memperbaiki kadar glikemia dan sekresi insulin individu tersebut. Reseptor
regulasi kadar kalsium dalam plasma, tetapi juga meregulasi sintesis sekresi dan
sintesis insulin. Selain itu juga, vitamin d mempengaruhi fungsi dari sel beta
pankreas. 9
Dari penelitian yang dilakukan oleh Luong K, dan Nguyen yang dilakukan
bagi sekresi insulin, diperkuatkan dengan ketersediaan VDR pada sel Beta dan
25
DBP pada jaringan pankreas. Misalnya, pada tikus percubaan yang kekurangan
vitamin D yang diinduksi oleh diet, terjadinya gangguan toleransi glukosa yang
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chiu dkk, subjek yang sehat tidak
insulin namun tidak ada perubahan pada subjek yang sudah menderita Diabetes
Mellitus Tipe 2, 15
Efek dari vitamin D pada sekresi insulin dapat mengikuti beberapa jalur
beta yang menfasilitasi konversi proinsulin menjadi insulin. Kalsium tidak hanya
diperlukan untuk eksositosis insulin tetapi juga untuk glikolisis sel-β, yang
26
bahwa hipovitaminosis D mungkin menjadi faktor risiko independen untuk
diabetes tipe 2 pada populasi dewasa. Pada anak-anak yang menderita diabetes,
DM tipe 1 sesuai dengan kriteria diagnosa dari American diabets society criteria :
simptom diabetes dan kadar glukosa sewaktu ≥7.0 mmol/L atau gula puasa 2 jam
post prandial (G2PP) ≥11.1 mmol/L; dan pasien ini tanpa ada penyakit komorbid
lain ataupun penyakit kronik lain. Umur pasien berkisar dari usia 7 bulan hingga
14 tahun. Sebagai grup kontrol ialah 28 anak yang secara acak diambil dari bagian
emergensi yang masuk ke rumah sakit di waktu yang bersamaan dengan penelitian
tersebut dilakukan. Pasien kontrol ini tidak dilaporkan memiliki penyakit kronik
maupun autoimun. Indikator standar dari status vitamin D pasien yang diperiksa
dikategorikan sebagai sufficient (≥30 ng/ml), insuficient (≥20 - <30 ng/ml), dan
memiliki level vitamin D yang inadekuat. Serum 25OHD pada anak dengan DM
tipe 1 (baik yang baru didiagnosa ataupun memang telah diketahui dengan DM
tipe 1) sangat rendah dibandingkan grup kontrol. 15 anak dengan diabetes (51,7%)
27
insufficient (21,9 ± 2 ng/ml). Sedangkan, pada grup kontrol semuanya
dikategorikan insufficient (p < 0.001). Dan tidak ada perbedaan yang signifikan
mengenai kadar serum vitamin D pada pasien diabetes yang baru didiagnosa
1,25 dihidroksi vitamin D dosis tinggi sukses mengurangi insiden diabetes dengan
produksi kemokin pada sel islet. Pada penelitian in vivo dilaporkan bahwa 1,25
dihidroksi vitamin D menghambat ekspresi sitokin pro inflamasi seperti IL6, TNF
selama kehamilan dan masa kanak-kanak akan mengurangi risiko timbulnya onset
yang cepat penyakit DM tipe 1 sebesar 80%, dan diharapkan meskipun setelah
mulai dari usia 1 tahun hingga remaja, sebanyak 80% berkurang risiko terjadinya
diabetes melitus tipe 1. Dan terjadi peningkatan efek sel T regulator dan kontrol
baik dari status glikemik pada pasien diabetes melitus tipe 1 setelah diberi
kejadian diabetes melitus tipe 1 dan suplementasi vitamin D berupa cold-liver oil
28
Lebih lanjut, penelitian pada hewan berupa sel islet tikus telah
VDR ini telah berdampak pada petogenesis dari diabetes melitus tipe 1 dan tipe
2.17,8
dalam hal kontrol glikemik (diukur dengan HbA1c) untuk mengobati defisiensi
vitamin D pada anak-anak dan remaja dengan DM tipe 1. Studi ini menunjukkan
organ target aksi dari insulin (hati, otot skeletal dan jaringan adiposa) dan semua
sel dari sistem imunitas. 1,25(OH)D3 telah terbukti memperbaiki funsi sel B,
meningkatkan sensitivitas insulin dari jaringan target dan melindungi sel B dari
serangan imun berupa makrofag, sel dendritik, dan berbagai sel T. Peningkatan
29
konsentrasi dari vitamin D memiliki pengaruh potensial dalam meningkatkan
30
DAFTAR PUSTAKA
31