Oleh:
Preseptor:
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang berjudul
Kista Bartolini. CRS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Pom Harry Satria, Sp.OG (K) selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang telah
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Kista barthtolini merupakan salah satu kelainan pada vulva dengan angka
kejadian yang terbilang tinggi. Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang
ahli anatomi Belanda pada tahun 1677 bernama Casper Bartolini. Kelenjar ini
bulbouretral) pada laki-laki, yang letaknya tertutup dan berpasangan. Kelenjar ini
berfungsi untuk mensekresi cairan pembersih, mukus yang alkalis kedalam duktus
yang bagian dalamnya tersusun atas sel kolumner dan bagian luar tersusun atas epitel
transisional.1
lubrikasi yang mestinya keluar. Kista bartolini merupakan masalah yang sering
didapatkan pada wanita usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20
sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini
atau abses, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Hal ini
menopause. 2,3
kemaluan bagian dalam akibat adanya infeksi. Selama kista ini tidak terinfeksi oleh
3
virus, bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, pasien tidak akan merasa
sakit hanya saja akan ada rasa benjolon di labia mayoravagina(bibir bagian luar
vagina). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan abses bartolini.
Kelenjar Bartolini berkembang dari epithelium pada area posterior dari vestibula.
Kelenjar bartolini terletak bilateral pada sepertiga bawah labia minora dan
mempunyai saluran kelenjar bartolini panjangnya 2 cm- 2,5 cm dengan posisi pada
jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. Kelenjar tersebut biasanya hanya
Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
organ genitalia eksterna pada wanita. Kelenjar bartolini berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan jam 8.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium
minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula
bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan
kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus
1,2
pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari
jaringan erektil dari bulbus,jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang
bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang
kira-kira 2-2,5 cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen,
5
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Bartolini 3
dari jaringan erektil dari bulbus, dimana jaringan ini akan menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan akan mensekresi sekret mukoid yang bertindak sebagai
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista
menjadi terinfeksi. Kista kelenjar Bartolini terbentuk apabila kelenjar ini menjadi
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka
panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini
6
akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
Kista Bartolini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. Dua persen
wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista.
Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan
hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini
daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki
risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi
bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia
30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan
abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena
rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).
Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar
1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka.
Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati. Kebanyakan kasus terjadi pada
kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.4
7
2.4 Etiologi Kisra dan Abses Bartolini
Pembesaran kista bartolini bisa terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama
yang disebabkan oleh nisereria gonorea dan kadangkadang streptokok dan stafilokok)
atau trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar
dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan
abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi
Infeksi pada abses bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri, termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore
serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organism. Meskipun Neisseria
anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin
menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak
lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi
8
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Kista dan Abses Bartolini.5
retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista.
Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar.
Kelenjar BartholiIn sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses
pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartolini seringkali dibedakan secara
klinis.6
sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan
ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma.
Kista bartolini dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik. Sedangkan kista
yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses
Bartolini merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang
9
terinfeksi. Pasien dengan abses Bartolini umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang
akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar Bartolini disebakan
oleh polymicrobial.2,5,6
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius dan
kelenjar Bartolini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun-
tahun. Untuk jenis ini, biasanya diameter indurasi kista, tidak mencapai ukuran yang
besar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan ini.Bila pembesaran
10
2.6 Manifestasi Klinis Kista dan Abses Bartolini
Jika kista kelenjar Bartolini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit
ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol
secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam
vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar. Indurasi
11
biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti berjalan, duduk atau
Kista duktus Bartolini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk.
Tanda kista Bartolini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada
salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Penyakit ini cukup sering rekurens. Bartolinitis sering kali timbul pada gonorrea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya treptokokus. Pada Bartolinitis
akuta kelenjar membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isinya
cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau jika duktusnya
menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bisa di atasi dengan
12
Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut:
Dispareunia
13
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesa
berupa :
Benjolan
(dispareunia)
terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui
hubungan seksual
Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan
14
2.7.2 Pemeriksaan fisik4,6,7
litotomi. Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap abses
Pada inspeksi, terlihat massa unilateral di daerah labium, biasanya pada labium
minor arah jam 4 dan 8 atau posisi jam 5 atau 7 dengan daerah sekitar yang
eritema dan edema. Dalam beberapa kasus didapatkan daerah selulitis disekitar
abses
Pada perabaan teraba massa yang lunak, berbatas tegas, berfluktuasi dan sangat
Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat duh yang purulen
bakteri patogen11
15
penyebab infeksi Gonorrhea dan Chlamidya. Untuk kultur, di ambil swab
dari abses atau daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dapat dilihat
setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak menunda pengobatan. Dari
pasien:12,13
Cystic lesions
ducts
16
Mucous cyst of Labia minora, Soft, less than 2 cm in diameter, smooth
papilliferum majora and labia to 3 cm); arises from apocrine sweat glands
minora
hernia
vestibule
Solid lesions
clitoris pedunculated
17
2.9 Penatalaksanaan
Insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah dilakukan serta
karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses.Ada studi yang melaporkan,
2. Word Catheter
sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada
ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartolinii.
Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French
Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL
larutan saline.9
18
Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau abses
dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan untuk membuat insisi
sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses.Penting untuk menjepit dinding
kista sebelum dilakukan insisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan dapat terjadi
insisi pada tempat yang salah.Insisi harus dibuat dalam introitusexternal hingga ke
cincin hymenal pada area sekitar orifice dari duktus.Apabila insisi dibuat terlalu
membuat kateter tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas dari
19
Gambar 2.5 Word Catheter
3. Marsupialisasi6,7,9
dari kista Bartolini . Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda
abses akut.
Suatu insisi vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa
sekiar; (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular
20
dengan jahitan interrupted. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat
insisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari
hymenal ring.Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada
besarnya kista.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi
dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini
lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan
Cara:
Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara
jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar
selaput himen.
Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi,
sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan
cairan salin.
Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam
21
waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara
4. Eksisi (Bartoliniectomy)9,10
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada
infeksi aktif. Eksisi kista bartolini karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya
dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear
yangmemanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia
minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati hati saat
yang memberi suplai pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena
alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan mengarah ke superior.
Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar.
Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan
plexus vena dan vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.
22
Gambar 2.7 Diseksi Kista
utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong
Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri,
pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath
hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan luka.
23
Beberapa antibiotikyang digunakan dalam pengobatan abses bartolini:
24
2.9.3 Komplikasi11
drainase abses.
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista
menjadi terinfeksi. Pembesaran kista bartolini bisa terjadi akibat parut setelah infeksi
(terutama yang disebabkan oleh nisereria gonorea dan kadangkadang streptokok dan
stafilokok) atau trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi
dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk.
Tanda kista Bartolini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada
salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Keluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri, dan dispareunia. Pasien
dengan abses dapat memberikan gejala berupa nyeri yang akut disertai
pembengkakan labial unilateral, dispareunia, nyeri pada waktu berjalan dan duduk,
26
nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge (sangat mungkin
27
DAFTAR PUSTAKA
28