Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.18049

KARAKTERISTIK GELATIN KULIT IKAN TUNA SIRIP KUNING

Mala Nurilmala*, Agoes Mardiono Jacoeb, Rofi Ahmad Dzaky


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat Telepon (0251)
8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi: mnurilmala@ipb.ac.id
Diterima: 17 Maret 2017/ Disetujui: 25 Juli 2017

Cara sitasi: Nurilmala M, Jacoeb AM, Dzaky RA. 2017. Karakteristik gelatin kulit ikan tuna sirip kuning.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(2): 339-350.

Abstrak
Gelatin merupakan produk yang banyak diperlukan dalam berbagai industri, yaitu industri pangan
maupun non-pangan. Penggunaan gelatin yang sangat luas menyebabkan kebutuhan gelatin Indonesia selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, belum terdapat industri gelatin dalam negeri,
sehingga perlu penelitian tentang sumber gelatin, terutama dari limbah perikanan. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan ekstraksi gelatin kulit ikan tuna sirip kuning dengan perlakuan suhu (55, 65 dan 75 oC).
Sifat-sifat gelatin yang diteliti yaitu rendemen, pH, kekuatan gel, viskositas, analisis gugus fungsional, bobot
molekul, dan komposisi asam amino. Suhu ekstraksi 75 oC adalah perlakuan terpilih. Perlakuan tersebut
mempunyai rendemen sebesar 17%; pH 5,3; kekuatan gel 1789,55 gf; viskositas 104,2 Cp. Gugus fungsi pada
perlakuan tersebut terdapat amida A, I, II, dan III. SDS-PAGE menunjukkan pita β, α1 dan α2. Komposisi
asam amino utama yaitu glisina dan prolina.

Kata kunci: asam amino, histologi, suhu, SDS-PAGE

Characterization of Fish Skin Gelatin Yellowfin Tuna

Abstract
Gelatin is one of the products which become a necessity for various industries, i.e. food and non-food
industries. The application of gelatin has been increasing year by year in Indonesia. However, there is no
gelatin industry in Indonesia so far. Thus, it is necessary to find an alternative source of gelatin, especially
from fishery by products.Thus, the purpose of this research was to extract fish skin gelatin of yellowfin
tuna with temperature treatments (55, 65 and 75 oC). In addition, the properties of resulted gelatin were
determined including yield, pH, gel strength, viscosity, functional groups, molecular weight profiles, and
amino acid composition. The extraction at 75 oC was chosen as the best result. The yield was 17%; pH 5.3;
gel strength 1789.55 gf, viscosity 104.2 Cp, respectively. There was functional group amide A, I, II, dan III.
SDS-PAGE showed β, α1 dan α2 bands for tuna skin gelatin. In addition, the main amino acids were glycine
and proline.

Keywords: amino acid, histology, temperature, SDS-PAGE

PENDAHULUAN 167.800 ton (KKP 2015b). Ikan tuna pada


Ikan tuna sirip kuning merupakan umumnya dipasarkan sebagai produk segar
komoditas ekspor utama bagi Indonesia. (didinginkan), bentuk loin (frozen loin),
Lokasi penyebarannya di Indonesia terletak filet (frozen fillet), steak (frozen steak) dan
pada laut Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selat produk dalam kaleng (canned tuna) (KKP
Malaka, Timur Sumatera, Utara Jawa, Bali- 2014). Kesegaran ikan tuna biasanya diukur
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Selatan dari profil protein myoglobinnya. Nurilmala
Sulawesi, Utara Sulawesi dan Maluku-Papua. et al. (2013) melaporkan karakterisasi
Nilai produksi tuna yang terus mengalami myoglobin dapat dilakukan dalam penentuan
peningkatan dari tahun 2004 sebesar 112.796 kesegaran ikan tuna. Produk-produk tuna
ton (KKP 2015a) hingga tahun 2015 menjadi tersebut menghasilkan limbah berupa

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 339


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

tulang dan kulit. Limbah tulang dan kulit tinggi dibandingkan tulang. Kelebihan lain
tuna pada beberapa industri masih belum pembuatan gelatin dengan bahan baku kulit
dimanfaatkan dengan baik, contohnya pada adalah proses lebih cepat yaitu dengan proses
industri tuna loin di Bitung, Sulawesi Utara perendaman asam, sedangkan pembuatan
(Agustin 2013). Limbah kulit tuna tersebut gelatin dari bahan baku keras misalnya
hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak. tulang dan sisik memiliki proses lebih lama
Limbah tulang dan kulit hasil industri tuna dengan perendaman basa (Hastuti dan
loin, filet dan sebagainya dapat diolah menjadi Sumpe 2007). Ekstraksi gelatin berbahan dasar
gelatin ikan karena mengandung kolagen tulang ikan di antaranya telah dilakukan oleh
dalam jumlah besar. Hidayat et al. (2016), serta telah
Lombu et al. (2015) menyatakan bahwa diaplikasikan dalam pembutan permen jelly
gelatin merupakan salah satu jenis protein (Eveline et al. 2014).
yang banyak diperoleh dari kolagen alami Pemahaman tentang sifat-sifat gelatin
yang terdapat pada kulit dan tulang. Gelatin dan mikroskopis kulit ikan tuna sirip
memiliki sifat khas, yaitu dapat berubah secara kuning menjadi hal yang penting karena
reversible dari bentuk sol ke gel, mengembang dapat dijadikan sebagai alternatif gelatin
dalam air dingin, dapat membentuk film, komersial. Pengolahan gelatin dari kulit tuna
mempengaruhi viskositas suatu bahan serta sirip kuning dapat mengurangi keraguan
dapat melindungi sistem koloid. Sifat gelatin pada umat Muslim dan Hindu, menghindari
tersebut membuat kebutuhan gelatin dalam resiko penyakit BSE, serta memanfaatkan
industri pangan maupun non pangan terus limbah kulit hasil industri tuna sirip kuning.
meningkat. Gelatin dalam produk pangan Pengamatan histologis terhadap kulit
sering digunakan sebagai bahan penstabil, dapat menentukan potensi protein kolagen
pembentuk gel, pengikat, pengental, yang merupakan bahan baku pembuatan
pengemulsi, perekat dan pembungkus gelatin secara kualitatif. Penelitian tentang
makanan yang bersifat dapat dimakan. Gelatin suhu ekstraksi gelatin untuk mendapatkan
dalam produk non pangan digunakan dalam rendemen yang tinggi serta sifat-sifat gelatin
industri farmasi dan kedokteran, industri yang memenuhi standar perlu dilakukan.
kosmetika dan industri fotografi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
Penggunaan gelatin yang sangat luas untuk melakukan ekstraksi gelatin kulit ikan
menyebabkan peningkatan impor gelatin tuna sirip kuning dengan perlakuan suhu yang
setiap tahunnya, sampai saat ini kebutuhan berbeda (55, 65 dan 75 oC) dan menentukan
gelatin di Indonesia dipenuhi dari produk karakteristiknya.
impor dari negara China, Thailand, Australia,
Brazil, Bangladesh dan New Zealand BAHAN DAN METODE
(Nurrachmawati 2015). Gelatin yang Bahan dan Alat
diperjual-belikan diseluruh dunia umumnya Bahan baku yang digunakan adalah
terbuat dari kulit atau tulang mamalia, kulit ikan tuna sirip kuning yang telah
terutama babi dan sapi (Sae-Leaw et al. 2016). dibekukan yang diperoleh dari CV Prima
Hal tersebut menimbulkan keraguan terhadap Indo Tuna, Makassar, Sulawesi Selatan. Bahan
umat Muslim dan Hindu dalam mengonsumsi lain yang digunakan yaitu akuades, NaOH
suatu produk yang menggunakan gelatin. teknis, butanol teknis, asam asetat teknis
Aewsiri et al. (2009) juga menyatakan bahwa dan gelatin komersial. Alat yang digunakan
yang menyebabkan kekhawatiran konsumsi meliputi waterbath shaker (Merk WiseBath
produk berbahan gelatin yaitu munculnya made in: Korea model: WSB-30), evaporator,
penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy mikroskop Olympus CX41, software stream
(BSE) atau penyakit sapi gila. start, timbangan (Fisher Scientific A-160),
Gelatin dapat dibuat dari bahan yang oven (Yamato), timbangan digital (Quattro),
mengandung kolagen, misalnya kulit, sisik, dan pH meter (HI 2211), Viskometer TV-10 (Toki
tulang. Chen et al. (2016) menyatakan bahwa Sangyo co.ltd), texstur analyzer (Ta-xt2i texture
kandungan kolagen pada kulit dan sisik lebih analyzer), Fourier Transform InfraRed-Bruker

340 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

infrared spectrophotometer (Bruker Tensor pengadukan, dimana larutan NaOH diganti


37), High Performance Liquid Chromatography setiap 40 menit sekali. Kulit ikan tersebut
(Waters Coorporation USA). denetralkan dengan akuades, selanjutnya
direndam dengan butanol 10% untuk
Metode Penelitian menghilangkan lemak dengan perbandingan
Parameter penelitian meliputi pengujian 1:10 (b/v) selama 30 menit pada suhu ruang
proksimat dan histologi untuk mengetahui sambil diaduk, kemudian netralisasi dengan
kandungan gizi serta menganalisis keberadaan akuades. Proses selanjutnya yaitu hidrolisis
protein kolagen pada kulit tuna sirip kuning. kulit menggunakan larutan asam asetat
Analisis proksimat dilakukan mengacu (CH3COOH) 0,05 M selama 30 menit sambil
pada BSN (2002) meliputi kadar air, lemak, diaduk dengan perbandingan sampel dan
protein, dan abu. Tahap selanjutnya penelitian pelarut 1:10 (b/v). Sampel dinetralisasi dengan
untuk menentukan suhu ekstraksi optimal akuades, kemudian diekstraksi menggunakan
terhadap esktraksi gelatin kulit ikan tuna dan akuades selama 6 jam pada suhu 55 °C,
karakteristiknya (rendemen, pH, kekuatan 65 °C dan 75 °C dengan perbandingan sampel
gel, viskositas, jenis asam amino, gugus dan pelarut 1:2 (b/v). Hasil ekstraksi yang
fungsional, dan berat molekul). diperoleh merupakan gelatin cair. Proses
selanjutnya yaitu pengeringan dengan mesin
Pengamatan histologi evaporator pada suhu 50 °C.
Pengamatan histologi dengan pewarnaan
masson’s trichrome (Suvik dan Effendy 2012). Rendemen
Irisan jaringan kulit ditempatkan dengan Perhitungan rendemen gelatin
merendam ke dalam larutan xylene selama mengacu pada (AOAC 1995), yaitu dengan
4 menit, kemudian direndam dalam larutan perbandingan berat kering gelatin dengan
Bouin 60 oC selama 45 menit, lalu dicuci berat basah bahan baku kulit mentah sebelum
dengan air mengalir sampai warna kuning ekstraksi gelatin (kulit ikan tuna yang telah
dalam sampel menghilang. Tahap selanjutnya, dibersihkan dari daging, lemak, dan zat
direndam dalam hematoksilin selama 8 menit, pengotor lainnya).
setelah itu dicuci dalam air mengalir selama
2 menit, dimasukkan kedalam larutan asam Analisis pH
phosphomolybidic selama 10 menit sebagai Analisis pH mengacu pada (Scrieber
larutan mordant dan irisan direndam selama dan Garies 2007) yaitu: sampel gelatin kering
5 menit pada methyl blue untuk melihat dilarutkan dalam akuades hingga menjadi
fibroblast dan kolagen. Irisan kulit tersebut larutan gelatin 6,67%; dihomogenkan dengan
dicuci dalam air yang mengalir selama 2 menit magnetic stirrer ; hidupkan pH meter HI 2211
dan diberi 1% larutan asam asetat selama (Hanna Instruments) dan dibiarkan hingga
1 menit, lalu dicelupkan ke dalam larutan stabil; elektroda dicelupkan ke dalam sampel
xylene selama 1 menit kemudian diamati selama beberapa saat sampai tercatat angka
menggunakan mikroskop. yang stabil pada monitor pH meter.

Ekstraksi gelatin dengan perlakuan Analisis kekuatan gel


suhu Analisis kekuatan gel mengikuti prinsip
Ekstraksi gelatin mengacu pada GMIA (2012), dengan prosedur: larutan
Kittiphattanabawon et al. (2016) dengan gelatin dengan konsentrasi 6,67% disiapkan
modifikasi. Ekstraksi gelatin diawali dengan dengan akuades; ditempatkan pada wadah
proses perendaman kulit ikan basah (yang (diamkan pada suhu 10 oC selama 17±2 jam);
berukuran ± 2 cm) dengan larutan NaOH diukur dengan textur analyzer-xt 2i; test speed
0,1 M untuk menghilangkan protein non- 1 mm/s; distance 10 mm; dan probe 0,5 R.
kolagen. Perbandingan sampel dengan larutan Hasil dari pengukuran berupa grafik dan
NaOH yaitu 1:10 (b/v). Perendaman dilakukan diolah sehingga menghasilkan satuan gram-
selama 2 jam pada suhu ruangan dengan force (gf).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 341


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

Analisis viskositas pewarna. Proses destaining dilakukan hingga


Analisis viskositas mengacu pada pita protein dapat terlihat jelas. Gel yang
Mohtar et al. (2010) dengan prosedur: dihasilkan dianalisis bobot molekul gelatin
larutkan gelatin kering dalam akuades menggunakan software Photocapt.
suhu 60 oC sambil diaduk selama 20 menit
hingga menjadi larutan gelatin 6,67%; ukur Analisis asam amino
viskositasnya dengan Viskometer TV-10 (Toki Analisis asam amino dilakukan mengacu
Sangyo co.ltd). Pengukuran dilakukan pada pada Mohtar et al. (2010) terhadap sampel
suhu 60 oC dengan laju geser 60 rpm. Hasil dan larutan standar asam amino. Prosedurnya
pengukuran dikalikan dengan faktor konversi sebagai berikut: sampel gelatin 0,1 gram
pada spindel yang mengacu pada Brookfield dilarutkan dengan 5 mL HCl 6N dan divorteks;
Manual (2002). Nilai viskositas dinyatakan dihidrolisis selama 22 jam pada suhu 11 oC;
dalam satuan centipoise (cP). didinginkan dan dipindahkan ke labu ukur
50 mL serta ditetapkan hingga tanda batas;
Uji Fourier Transform Infrared (FTIR) disaring menggunakan filter 0,45 μm; filtrat 500
Analisis FTIR dilakukan mengacu pada μL ditambah dengan 40 μm α-Aminobutyric
Fofid (2014) dengan prosedur: sampel gelatin acid (AABA) dan 460 μL akuabides; larutan
sebanyak 0,2 g dihaluskan dengan KBr dalam sebanyak 10 μL ditambahkan dengan 70
mortar hingga homogen; dimasukkan ke dalam μL JaccQ-Fluor Borate dan dihomogenkan;
cetakan pellet dan dipadatkan serta divakum ditambahkan dengan 20 μL reagent fluor A
dalam mesin pencetak pelet; dimasukkan hingga homogeny; inkubasi pada suhu 55 oC
ke dalam sel dan dimasukkan pada ruang selama 10 menit; selanjutnya diinjeksi pada
penempatan sel lalu ditembak dengan sinar IR bagian HPLC; dilakukan running pengujian.
dari spektofotometer inframerah IR-408 yang Analisis larutan standar dilakukan dengan
sudah dinyalakan pada kondisi yang stabil; mencampurkan 40 μL standar asam amino
pendeteksian menggunakan tombol detektor dengan 40 μL internal standar α-Aminobutyric
dan akan dihasilkan rekorder histogram FTIR acid (AABA) dan 920 μL akuabides, kemudian
pada monitor yang menampilkan puncak- dihomogenkan. Larutan standar sebanyak 10
puncak/histogram dari gugus fungsi yang μL ditambahkan dengan 70 μL AccQ-Fluor
terdapat pada sampel. Histogram selanjutnya Borate kemudian dihomogenkan. Larutan
akan dianalisis untuk memperoleh data ditambahkan 20 μL reagent fluor A hingga
kualitatif maupun kuantitatif. homogen kemudian inkubasi pada suhu
55 oC selama 10 menit. Sampel disuntikkan
Analisis bobot molekul ke dalam HPLC kemudian dilakukan running
Analisis bobot molekul dilakukan pengujian.
mengacu pada metode Sodium Dodesyl
Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis Analisis Data
(SDS-PAGE) (Laemmli 1970) menggunakan Analisis data secara statistik mengikuti
sampel gelatin dengan 3% stacking gel dan Steel dan Torrie (1993). Kenormalan data
12,5% separating gel. Pembuatan separating rendemen, pH, viskositas dan kekuatan
gel dilakukan selama ± 40 menit, sedangkan gel terlebih dahulu diuji berdasarkan uji
pembuatan stacking gel dilakukan selama Kolmogorov Smirnov. Rancangan percobaan
kurang lebih 2 jam. yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap
Prosedur analisis sebagai berikut: sampel (RAL).
sebanyak 5 µL dimasukkan ke dalam gel
poliakrilamid; elektroforesis dijalankan secara HASIL DAN PEMBAHASAN
konstan pada arus 10 mA dan voltase 125 volt Analisis Proksimat
selama 3 jam; deteksi SDS-PAGE dilakukan Analisis proksimat dilakukan untuk
dengan melepaskan gel hasil elektroforesis mengetahui kandungan air, protein, lemak
dari cetakan kemudian gel diwarnai dengan dan abu pada kulit ikan tuna sirip kuning.
coomasie brilliant blue; gel diangkat dan Hasil analisis proksimat dicantumkan pada
direndam selama 1 jam di dalam larutan Tabel 1.

342 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Tabel 1 Komposisi proksimat kulit ikan tuna sirip kuning


Komposisi kimia Hasil
Kadar air (%) 59,38 ± 1,2
Kadar protein (%) 36,45 ± 0,5
Kadar abu (%) 2,21 ± 0,06
Kadar lemak (%) 1,15 ± 0,09

Kandungan protein kulit tuna sirip Pengamatan histologi pada kulit ikan
kuning (Thunnus albacares) lebih besar tuna sirip kuning dengan pewarnaan
dibanding dengan kulit ikan tuna albakor Masson’s trichrome pada perbesaran 10x10
yaitu 20,54±0,26% (Hema et al. 2013) dan menunjukkan bahwa bagian sisik beserta
ikan tongkol 24,63±0,12% (Komala 2015). scale pocket, stratum compactum dan lapisan
Lombu et al. (2015) meyatakan bahwa pertama myomere pada kulit ikan tuna
gelatin merupakan salah satu jenis protein sirip kuning mengandung protein kolagen.
yang terdapat pada kulit dan tulang. Kadar Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
protein yang tinggi pada kulit ikan tuna sirip warna biru pada bagian tersebut. Hasil
kuning menunjukkan potensi pengolahan analisis histologi dengan perbesaran 40x10
menjadi produk gelatin. Kadar lemak pada menunjukkan bahwa stratum compactum
kulit ikan tuna termasuk tinggi karena ikan kulit ikan tuna sirip kuning sebagian besar
tuna merupakan ikan migrasi, sehingga dipenuhi oleh protein kolagen, di bawah
membutuhkan lemak untuk penyimpanan lapisan chromatophore terdapat jaringan
energi (Sanchez-Zapata et al. 2011). daging dan serat radial pada miomernya juga
mengandung kolagen. Lombu et al. (2015)
Struktur Jaringan Kulit Tuna Sirip menyatakan bahwa protein kolagen terdapat
Kuning pada kulit maupun tulang. Bagian diantara
Hasil pengamatan histologi pada myomere terdapat jaringan lemak pada kulit
perbesaran 10x10 dan 40x10 dapat dilihat sehingga perlu dilakukan penghilangan lemak
pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar dalam pembuatan gelatin.
tersebut terbentuk warna biru yang dominan
pada kulit ikan tuna sirip kuning. Warna Rendemen
biru berasal dari pewarna aniline blue yang Rendemen gelatin ikan tuna sirip kuning
menunjukkan adanya jaringan kolagen, pada suhu ekstraksi 55, 65 dan 75 oC masing-
sedangkan phosphotungistic acid dan orange masing: 5,70±1,00%, 13,36±2,70% dan
G mewarnai sitoplasma dan inti sel. 17,00±1,80%. Data tersebut menyebar normal

A B
Gambar 1 Histologi kulit tuna sirip kuning (A) perbesaran (10x10): 1. Sisik; 2. Scale pocket; 3.
Stratum compactum; 4. Miomer; 5. Saluran darah 6. Jaringan lemak; 7. Warna biru
kolagen; (B) perbesaran (40x10): 1. Benang Stratum compactum; 2. Chromatophore; 3.
Miomer.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 343


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

(p>0,05) berdasarkan analisis Kolmogorov- menunjukkan bahwa suhu ekstraksi tidak


Smirnov. Hasil analisis ragam ANOVA berpengaruh terhadap nilai pH gelatin yang
menunjukkan bahwa perbedaan suhu dihasilkan (p≥0,05). Nilai pH diperkirakan
ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen hanya dipengaruhi oleh sodium hidroksida,
gelatin (p≤0,05). Nilai rendemen terbesar asam asetat dan butanol. Agustine dan Sompie
diperoleh pada suhu ekstraksi 75 oC, nilai (2015) menyatakan bahwa konsentrasi asam
tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan asetat dan reagen lainnya akan mempengaruhi
dengan rendemen kulit nila merah (5,39%) nilai pH sampel.
(Jamilah dan Harvinder 2002), kulit kaki Nilai pH gelatin dipengaruhi oleh jenis
ayam boiler (8,74%) (Puspawati et al. 2012), bahan ekstraksi. Ekstraksi gelatin dari ikan
kulit kakap merah (9,4%) (Jongjareonrak bisa dilakukan dengan asam yang akan
et al. 2006) dan tulang tuna (11,40%) menghasilkan gelatin tipe A (acid), dengan
(Nurilmala et al. 2006). Perbedaan nilai basa yang menghasilkan gelatin tipe B
rendemen gelatin yang dihasilkan disebabkan (basa) atau campuran antara asam dan basa.
oleh perbedaan metode ekstraksi, konsentrasi Proses ekstraksi yang dilakukan pada gelatin
larutan yang digunakan untuk menghilangkan kulit tuna sirip kuning ini menggunakan
protein non-kolagen dan jenis bahan yang metode campuran asam dan basa sebagai
digunakan (Potaros et al. 2009). pre-treatment. Zhou dan Regenstein (2005)
Hasil pengolahan gelatin kulit tuna sirip menyatakan bahwa pembuatan gelatin dengan
kuning memperlihatkan bahwa semakin campuran asam dan basa akan menghasilkan
tinggi suhu ekstraksi gelatin maka rendemen pH yang mendekati netral. Ekstraksi gelatin
yang dihasilkan semakin tinggi. Sompie et menggunakan campuran asam dan basa
al. (2015) menyatakan bahwa tingginya suhu juga menghasilkan nilai kekuatan gel yang
akan membantu memecah ikatan hidrogen lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraksi
dalam gelatin yang terhidrolisis. Ikatan asam saja ataupun basa saja, sebab ekstraksi
hidrogen gelatin yang makin banyak terputus asam atau basa dapat memecah ikatan rantai
akan meningkatkan kelarutan kolagen dalam polipeptida kolagen menjadi ikatan-ikatan
air panas sehingga rendemen gelatin yang dipeptida atau monopeptida, sedangkan
dihasilkan makin banyak. ekstraksi menggunakan larutan netral atau
asam lemah dapat menjaga ikatan rantai
Nilai pH polipeptida dari kerusakan tersebut.
Hasil pengukuran nilai pH gelatin
komersial adalah 5,9±0,1; gelatin ekstraksi Kekuatan Gel
suhu 55 oC adalah 5,4±0,1; suhu 65 oC Nilai kekuatan gel gelatin yang dihasilkan
adalah 5,5±0,2; serta suhu 75 oC adalah berada pada rentang 1789,55-4131,1 gf. Nilai
5,3±0,1. Hasil analisis data ragam ANOVA kekuatan gel yang dihasilkan jauh lebih kuat

5000
4131,1±329,1
4500
4000
3500
Kekuatan gel (gf)

3000 2411,7±135,5
2500
1789,55±114,5
2000
1500
1000
500 256,6±3,7
0
Komersial 55 °C 65 °C 75 °C
Suhu eksternal
Gambar 2 Diagram kekuatan gel gelatin kulit tuna sirip kuning pada berbagai suhu ekstraksi

344 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

dibanding gelatin komersial yang berkekuatan didapat pada suhu 65˚C. Hasil analisis
gel sebesar 256,6 gf. Hal tersebut menunjukkan viskositas gelatin pada beberapa tingkat suhu
bahwa gelatin yang dihasilkan dari metode ini ekstraksi yang berbeda dapat dilihat pada
memiliki kekuatan gel diatas rata-rata gelatin Gambar 3.
komersial. Hasil analisis kekuatan gel gelatin Hasil analisis statistik perbedaan suhu
dapat dilihat pada Gambar 2. ekstraksi berpengaruh terhadap nilai viskositas
Hasil analisis ANOVA menunjukkan gelatin (p≤0,05). Suhu ekstraksi semakin tinggi
bahwa perbedaan suhu ekstraksi berpengaruh menyebabkan penurunan nilai viskositas yang
terhadap kekuatan gel gelatin (p≤0,05). Gambar menggambarkan berkurangnya hambatan
2 menunjukkan kecenderungan bahwa fluida. Hal ini diduga karena tingginya suhu
meningkatnya suhu ekstraksi menyebabkan ekstraksi mengakibatkan terjadinya hidrolisis
penurunan kekuatan gel gelatin. Hal ini lanjutan pada gelatin. Nurilmala et al. (2006)
diduga karena suhu ekstraksi yang tinggi menyatakan bahwa hidrolisis lanjutan akan
dapat mendegradasi ikatan molekul protein memutuskan rangkaian asam amino yang
atau memecahnya menjadi ikatan-ikatan yang berdampak pada rendahnya viskositas.
lebih pendek. Kittiphattanabawon et al. (2016) Pemutusan rangkaian asam amino menjadi
menyatakan bawa ikatan molekul protein yang unit-unit yang lebih kecil menyebabkan gaya
lebih pendek tidak dapat membentuk zona yang diperlukan untuk menimbulkan laju
antar persimpangan sehingga menyebabkan geser akan menjadi lebih kecil, sehingga fluida
ikatan yang lemah pada interaksi hidrofobik lebih mudah mengalir.
atau interaksi ionik. Nilai viskositas yang dihasilkan pada
Kekuatan gel merupakan salah satu aspek penelitian ini lebih besar dibanding dengan
yang dibutuhkan untuk menentukan kualitas gelatin komersial yang bernilai 44,5 cP.
gelatin. Kekuatan gel gelatin kulit ikan tuna Hal tersebut menunjukkan gelatin tuna
sirip kuning menunjukkan nilai yang lebih yang diproses dengan metode ini baik
tinggi dari gelatin komersial. Hastuti dan digunakan untuk industri penstabil makanan,
Sumpe (2007) menyatakan bahwa mutyu farmasi dan emulsi fotografi (Scrieber dan
gelatin dapat dinilai dari berbagai aspek, antara Garies 2007).
lain kekuatan gel dan viskositasnya, semakin
tinggi nilai kekuatan gel dan viskositas gelatin Gugus Fungsional Senyawa Kimia
maka semakin tinggi mutu gelatin tersebut. Pembentuk Gelatin
Analisis FTIR dilakukan untuk
Viskositas memastikan produk yang dihasilkan adalah
Nilai viskositas gelatin berkisar 104,2 - gelatin dengan melihat gugus fungsinya.
128,5 cP. Nilai viskositas terendah didapat Puspawita et al. (2012) melaporkan daerah
pada suhu 75˚C, sedangkan nilai tertinggi serapan khas pada amida A pada gelombang

140 128,5±1,8a
120 115±0,5b
104,2±1,5c
100
Viskositas (cP)

80

60
44,5±2
40

20

0
Komersial 55 °C 65 °C 75 °C
Suhu eksternal
Gambar 3 Nilai viskositas gelatin pada berbagai suhu ekstraksi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 345


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

Tabel 2 Karakteristik gugus fungsional gelatin kulit ikan sirip kuning


Wilayah Bilangan gelombang puncak
Daerah serapat (cm-1) Dugaan
serapan gelatin
serapan (Puspawita et al. 2012)
(cm-1) 55 65 75
NH bebas Renggangan NH dari
Amida A 3600-2300 2387,7 2352,98 2339,48 gugus amida dengan ikatan hidrogen
dan OH dari hidroksiprolina
Renggangan C=O dengan kontribusi
Amida I 1661-1636 1654,8 1647,08 1653,7
ikatan NH dan renggangan CN
Renggangan N=O Deformasi NH
Amida II 1560-1335 1460 1448,43 1454,22
dengan ikatan CH2
Amida III 1300-1200 1245,93 1270,99 1242,06 Struktur unting ganda tiga kolagen

3600-2300 cm-1, amida I pada gelombang amino hidroksiprolina. Daerah serapan


1661-1636 cm-1, amida II pada gelombang amida I menunjukkan keberadaan residu
1560-1335 cm-1 dan amida III pada gelombang amida pada gelatin. Daerah serapan amida
1300-1200 cm-1. Karakteristik gugus fungsi II menunjukkan struktur rantai α berpilin
gelatin disajikan pada Tabel 2. Gelatin kulit dan asam amino prolina. Gugus amida
tuna sirip kuning yang dihasilkan dengan III berkaitan dengan struktur triple helix
suhu ekstraksi 55, 65 dan 75 oC memunculkan (Muyonga et al. 2004). Daerah serapan pada
puncak serapan amida A berturut-turut gugus amida III mengindikasikan hilangnya
pada gelombang 2387,7; 2352,98 dan struktur triple helix akibat perubahan α-helix
2339,48 cm-1. Gugus amida I terlihat pada menjadi random coil (single helix) disebabkan
gelombang berturut-turut 1654,80; 1647,08 denaturasi struktur molekul kolagen menjadi
dan 1653,70 cm-1. Gugus amida II juga terlihat gelatin (Nikko et al. 2011).
pada gelombang berturut-turut 1460,00;
1448,43 dan 1454,22. Daerah serapan gugus Bobot Molekul
amida III terlihat pada gelombang berturut- Bobot molekul merupakan parameter
turut 1245,93; 1270,99 dan 1242,06. penting untuk menilai sifat gelatin. Bobot
Puspita et al. (2012) menyatakan molekul pada gelatin akan memperlihatkan
bahwa daerah serapan amida A pada gelatin kemurnian gelatin yang dihasilkan. Hasil
terjadi karena regangan NH dari gugus SDS-PAGE gelatin kulit ikan tuna sirip kuning
amida dengan ikatan hidrogen dan asam dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Analisis SDS-PAGE

346 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Tabel 3 Hasil analisis asam amino


Perlakuan suhu ekstraksi (%)
Asam amino Gelatin tulang ikan tuna*
55 oC 65 oC 75 oC
Histidina 0,9 1,0 1,0 0,02
Threonina 3,7 3,7 3,8 2,93
Prolina 11,6 10,4 10,6 12,54
Tirosina 0,5 0,6 0,6 0,11
Leusina 2,7 2,5 2,5 Tidak terdeteksi
Asam Aspartat 3,5 3,0 3,1 5,15
Lisina 3,5 2,8 2,9 1,53
Glisina 27,7 26,4 27,2 23,18
Arginina 10,0 10,4 10,6 8,12
Alanina 8,1 8,1 8,3 10,07
Valina 2,1 2,1 2,1 1,25
Isoleusina 1,2 1,1 1,1 1,03
Fenilalanina 2,6 3,1 3,1 1,96
Asam glutamat 8,2 7,3 7,3 9,47
Serina 4,1 3,9 3,9 1,97
Keterangan: *Nurilmala (2004)

Pola elektroforesis menunjukkan bahwa Jenis Asam Amino Pembentuk


gelatin mengandung dua rantai α yaitu rantai Gelatin
α1 dan α2. Gelatin yang dihasilkan juga Komposisi asam amino setiap perlakuan
mengandung komponen kimia dengan berat dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis
molekul tinggi (high molecular weight) yaitu asam amino gelatin kulit tuna sirip kuning
komponen β (α chain dimers). Keberadaan menunjukkan komposisi asam amino dari
komponen β menunjukkan adanya ikatan setiap perlakuan suhu ekstraksi hampir sama.
silang (cross-linked) dalam molekul. Bobot Kittiphattanabawon et al. (2016) menyatakan
molekul pada gelatin yang diekstraksi pada bahwa suhu ekstraksi tidak berpengaruh
suhu 55 oC yaitu β (259,302 kDa), α1 (130,659 nyata terhadap komposisi asam amino
kDa), α2 (117,274 kDa). Suhu 65 oC memiliki gelatin. Asam amino utama penyusun gelatin
bobot molekul β (250,000 kDa), α1 (129,670 adalah glisina, prolina dan hidroksiprolina
kDa), α2 (116,364 kDa). Ekstraksi dengan suhu (Gimenez et al. 2005). Glisina dan prolina
75 oC menghasilkan bobot molekul β (239,476 adalah asam amino utama penyusun gelatin
kDa), α1 (127,703 kDa), α2 (111,930 kDa). pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil tersebut bobot molekul Hastuti dan Sumpe (2007) menyatakan
semakin rendah seiring dengan peningkatan bahwa gelatin mengandung 9 dari 10 jenis
suhu ekstraksi. Hal tersebut menunjukkan asam amino esensial yang dibutuhkan
suhu yang semakin panas dapat memutuskan tubuh, satu asam amino essensial yang
ikatan peptide protein menjadi asam amino hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu
dengan berat molekul semakin rendah. triptopan. Komposisi asam amino tersebut
Faktor yang mempengaruhi pemutusan menyebabkan gelatin sebagai bahan yang
ikatan peptida antara lain suhu, waktu multi guna dalam berbagai industri. Gelatin
ekstraksi dan konsentrasi bahan pengekstrak bersifat multifungsi, dapat berfungsi sebagai
(Jamilah et al. 2013). bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier),

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 347


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, pembuatan jeli. Jurnal Pengolahahan


pengatur elastisitas, membentuk lapisan tipis Hasil Perikanan Indonesia. 11(2): 89-105.
yang elastis, membentuk film yang transparan Fofid S G M. 2014. Ekstraksi dan karakterisasi
dan kuat, dayacernanya yang tinggi dan dapat gelatin dari tulang ikan cobia
diatur, sebagai pengawet, humektan, penstabil, (Rachycentron canadum). [skripsi]. Bogor
dan lain-lain. (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gimenez B, Turnay J, Lizarbe M A, Montero P,
KESIMPULAN Gomezz-Guillen. 2005. Use of lactic acid
Suhu ekstraksi semakin tinggi for extraction of fish skin gelatin. Food
menghasilkan rendemen gelatin yang semakin Hydrocollois. 19: 941-950.
banyak, namun nilai kekuatan gel serta [GMIA] Gelatin Manufacturers Institue of
viskositas pada gelatin menurun. Nilai pH America. 2012. Gelatin handbook. http://
gelatin tidak dipengaruhi oleh suhu ekstraksi www.gelatin-gmia.com
dimana suhu ekstraksi terbaik yaitu 75 oC. Hastuti D, Sumpe I. 2007. Pengenalan dan
Gelatin memiliki gugus fungsi khas gelatin proses pembuatan gelatin. Jurnal Ilmu-
yaitu amida A, I dan II, dan III. Hasil analisis Ilmu Pertanian. 3(1): 39-46.
SDS-PAGE menunjukkan bahwa gelatin kulit Hema GS, Shyni K, Mathew S, Anandan
ikan tuna sirip kuning memiliki pita β, α1 dan R, Ninan G. 2013. A simple method
α2. Asam amino utama pembentuk gelatin for isolation of fish skin collagen-
yaitu asam amino glisina dan prolina yang biochemical characterization of skin
menjadi salah satu ciri gelatin. collgagen extracted from Albacore
Tuna (Thunnus alalunga), Dog Shark
UCAPAN TERIMAKASIH (Scoliodon sorrakowah), and Rohu (Labeo
Direktorat Riset dan Pengabdian rohita). Annals of Biological Research.
Masyarakat atas pendanaan penelitian melalui 4(1): 271-278.
hibah kompetitif untuk program Kerjasama Hidayat G, Dewi EN, Rianingsih L. 2016.
Luar Negeri. Characteristics of bone gelatin tilapia
(Oreochromis niloticus) processed by
DAFTAR PUSTAKA using hydrolysis with phosphoric acid
Aewsiri T, Benjakul S, Visessanguan W. and papain enzyme. Jurnal Pengolahan
2009. Functional properties of gelatin hasil Perikanan Indonesia. 19(1): 69-78.
from cuttlefish (Sepia pharaonis) skin Jamilah B, Umi HMR, Mat HD, Sazilli
as affected by bleaching using hydrogen AQ. 2013. Properties of collagen from
peroxide. Journal Food Chemistry. 115: barramundi (Lates calcarifer) skin.
243-249. International Food Research Journal.
Agustin A T. 2013. Gelatin ikan: sumber, 20(2): 835-842.
komposisi kimia dan potensi Jongjaroenrak A, Benjakul S, Visessanguan
pemanfaatannya. Jurnal Media Teknologi W, Tanaka M. 2006. Skin gelatin from
Hasil Perikanan. 1(2): 44-46. big eye snapper and brownstripe ren
[AOAC] Association of Official Analytical snapper: Chemical compositions and
Chemist. 1995. Official Method effect of microbial transglutaminase on
of Analysis. Washington, DC: The gel properties. Journal Food Hydrocolloids
Association of Official Analytical Chemist 20: 1216-1222.
Brookfiel Manual. 2002. Installation Kiernan JA. 1990. Histological and
Qualification, Operation Qualification Histochemical Methods: Theory and
and Performance Qulification Procedure. Practice. Inggris (GB): Pergamon Pr.
Middleborro (USA): Brookfield Kittiphattanabawon P, Benjakul S,
Engineering Laboratories. Sinthusamran S, Kishimura H. 2016.
Eveline, Santoso J, Widjaja I. 2014. Kajian Gelatin from clown featherback skin:
konsentrasi dan rasio gelatin dari kulit Extraction conditions. Journal Food
ikan patin dan kappa karagenan pada Science and Technology. 66: 186-192.

348 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Nurrachmawati F. 2015. Mengenal gelatin,


2014. Laporan Kinerja Kementerian kegunaan dan pembuatannya. [Diunduh
Kelautan dan Perikanan Tahun 2014. 2016 Desember 7]. Tersedia pada: http://
Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan kesmavet.ditjennak.pertanian.go.id/
Perikanan Olsen E H, Kanapathippillai P, Berg E, Svineng
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. G, Winberg J O, Hansen L U. 2010. Gelatin
2015a. Statistik Perikanan Tangkap in situ zymography on fixed, paraffin-
Menurut Provinsi 2015. Jakarta (ID): embedded tissue: zinc and ethanol
Kementerian Kelautan dan Perikanan fixation preserve enzyme activity. Journal
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. of Histochemistry and Cytochemistry.
2015b. Analisis Data Pokok Kelautan 58(1): 29-39.
dan Perikanan 2015. Jakarta (ID): Puspawati M N, Simpen I N, Miwada I N S.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Isolasi gelatin dari kulit kaki ayam
Komala AH. 2015. Ekstraksi dan karakterisasi broiler dan analisis gugus fungsinya
kolagen dari kulit ikan tongkol (Euthinnus menggunakan spektrofotometri FTIR.
affinis). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Jurnal Chemistry. 6(1): 79-87.
Pertanian Bogor. Roy VK, Kumar NS, Gurusubramanian G.
Laemmli U K. 1970. Cleavage of structural 2012. Proteins-structure, properties and
proteins during assembly of head of their separation by SDS-polyacrilamide
bacteriophage T4. Nature. 277: 680–685. gel electrophoresis. Science Vision 12(4):
Lombu F V, Agustin A T, Pandey E V. 2015. 170-181.
Pemberian konsentrasi asam asetat pada Sae-leaw T, Benjakul S, O’Brien N M. 2016.
mutu gelatin kulit ikan tuna. Jurnal Media Effects of defatting and tannic acid
Teknologi Hasil Perairan. 3(2): 25-28. incorporation during extraction on
Mohtar N F, Perera C, Quek S Y. 2010. properties and fishy odour of gelatin from
Optimisation of gelatine extraction from seabass skin. Food Science and Technology.
hoki (Macruronus novaezelandiae) skins 65: 661-667.
and measurement of gel strength and Sanchez-Zapata E, Amensour M, Oliver R,
SDS–PAGE. Food Chemistry. 122: 307- Fuentes-Zaragoza, Navarro C, Fernandez-
313. Lopez, Sendra E, Sayas E, Perez-Alvarez
Muyonga J H, Cole C G B, Duodu K G. 2004. JA. 2011. Quality characteristics of dark
Characterisation of acid soluble collagen muscle from yellowfin tuna (Thunnus
from skins of young and adult Nile perch albacares) to its potential application in
(Lates niloticus). Food Chemistry. 85: 81– the food industry. Food and Nutrition
89. Sciences. 1: 22-30.
Nurilmala M. 2004. Kajian potensi Schrieber R, Garies H. 2007. Gelatin
limbah tulang ikan keras (Teleostei) Handbook: Theory dan Industrial
sebagai sumber gelatin dan analisis Practice. Weineim (DE): WILEY-VCH
karakteristiknya. [tesis]. Bogor (ID): Verlag GmbH & Co. KGaA.
Institut Pertanian Bogor. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992.
Nurilmala M, Wahyuni M, Wiratmaja H. 01-2891-1992. Cara Uji Makanan
2006. Perbaikan nilai tambah limbah dan Minuman. Jakarta (ID): Badan
tulang ikan tuna (Thunnus sp.) menjadi Standarisasi Nasional.
gelatin serta analisis fisika-kimia. Buletin Suvik A, Effendy AWM. 2012. The use of
Teknologi Hasil Perikanan. 9(2): 22-33. modified masson’s trichrome staining
Nurilmala M, Ushio H, Kaneko G, Ochiai Y. in collagen evaluation in wound healing
2013. Assessment of commercial quality study. Malaysian Journal of Veterinary
evaluation of yellowfin tuna Thunnus Research. 3 (1): 39-47.
albacares meat based on myoglobin Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan
properties. Food Science and Technology Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan
Research. 19(2): 237-243. Biometrik; Bambang Sumantri,

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 349


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip Kuning, Nurilmala et al.

penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia


Pustaka Utama. Terjemahan dari:
Principles and Procedures of Statistics: A
Biometrical Approach.
Zhou P, Regenstein JM. 2005. Effects of alkaline
and acid pretreatments on alaska pollock
skin gelatin. Journal of Food Science 70(6):
392-396.

350 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai