Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

Didactical Design Research: Tawaran Upaya Perbaikan Pendidikan

Oleh: Jamilah, M. Pd

Peningkatan pendidikan merupakan salah satu hal yang selalu menjadi fokus perhatian di
dunia, lebih khusus di Indonesia. Salah satu upaya perbaikan pendidikan adalah pelaksanaan
penelitian pembelajaran. Penelitian pembelajaran pada hakikatnya berkaitan dengan upaya
yang dilakukan seseorang dalam mengatasi permasalahan pembelajaran dengan cara
melakukan perbaikan sesuai konteks masalah sehingga proses belajar yang dilalui peserta
didik menjadi lebih baik, yakni mampu mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.

Pada konteks pembelajaran matematika, telah banyak penelitian pembelajaran yang


berkembang dewasa ini. Beberapa diantaranya adalah Realistic Mathematic
Education (RME) yang berasal dari Belanda dan Lesson Studyyang berasal dari Jepang.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, telah berkembang satu jenis penelitian yang dikenal
dengan Penelitian Desain Didaktis atau Didactical Desaign Reasearch (DDR) versi
Indonesia. Penelitian ini diadopsi dari Didactical Engenering Research yang berasal dari
Perancis. Seiring berjalan waktu, Didactical Engenering Research ini dikembangkan menjadi
DDR oleh Didi Suryadi sejak tahun 2010.
Berbeda dari jenis penelitian lainnya, DDR berpijak pada dua paradigma yaitu paradigma
interpretif dan paradigma kritis. Paradigma intepretif mengkaji secara mendalam hakikat
suatu realitas yang ada kaitannya dengan dampak desain didaktis terhadap cara berpikir
peserta didik. Realitas yang menjadi fokus pengamatan berkaitan dengan tiga hal, yaitu (1)
makna, pengalaman pemaknaan, serta kultur yang berdampak pada dorongan terciptanya
pengalaman dalam proses pemaknaan. Hasil kajian ontologis pada paradigma ini berkaitan
dengan dampak desain didaktis pada peserta didik. Sedangkan hasil kajian epistemologis
berkaitan dengan pengetahuan yang terbentuk pada peserta didik atau cara peserta didik
memperoleh pengetahuan tersebut. Aspek ontologis dan epistemologi dari DDR dengan
paradigma intepretaif diilustrasikan melalui gambar berikut:

Gambar 1. Realitas pada DDR-Interpretif

Pada konteks belajar matematika, rangkaian situasi didaktis didesain untuk menciptakan
proses belajar yang mengarah pada salah satu atau beberapa tujuan, yakni terbentuknya
obyek mental seperti aksioma, konsep, teorema, bukti teorema, problem dan solusi sebuah
problem. Menurut Harel, aksi mental yang muncul sebagai bentuk reaksi terhadap rangkaian
situasi didaktis dapat berupa menginterpretasi, menduga, menyimpulkan, mengklasifikasi,
mencari, dan memecahkan masalah sehingga terbentuk sebuah jawaban dari soal yang
diselesaikan. Proses ini yang kemudian disebut sebagai Way of Thinking. Pada akhirnya,
keunikan dalam mengkonstruksi Way of Thinking memberikan keberagaman dari setiap
peserta didik dalam menghasilkan suatu obyek mental. Hasil ini yang kemudian disebut Way
of Understanding.

Pengetahuan yang didapat dari pemaknaan way of thinking dan way of understanding dinilai
kurang memadai, sehingga perlu dilakukan upaya pencarian informasi untuk melakukan
perbaikan-perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan tersebut tertuang dalam penelitian
lanjutan menggunakan paradigma kritis. Namun demikian, hasil pengkajian pada penelitian
menggunakan paradigma intepretif ini tetap menjadi dasar untuk melakukan tindaklanjut
dalam rangka menghasilkan desain didaktis baru. Sebagai contoh, setelah melakukan
pemaknaan terhadap pengetahuan yang didapat pada paradigma interpretif, selanjutnya perlu
dilakukan identifikasi terhadap hambatan belajar, hambatan didaktis, kesinambungan proses
berpikir yang dialami oleh peserta didik. Semakin komprehensif informasi yang didapatkan,
semakin besar pula kemungkinan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan sebuah desain
didaktis. Hasil kajian ini yang kemudian tertuang dalam kajian ontologis dan epistemologis
pada paradigma kritis.

Kajian ontologis pada paradigma kritis berkaitan dengan pengetahuan tentang makna
sesuatu pada peserta didik serta makna terstruktur dan fungsional yang dihasilkan
berdasarkan perspektif tertentu. Sedangkan kajian epistemologisnya berfokus pada makna
terstruktur dan fungsional berdasarkan kerangka teoritis tertentu sehingga dihasilkan desain
dedaktis yang baru. Aspek ontologis dan epistemologi dari DDR dengan paradigma kritis
diilustrasikan melalui gambar berikut:
Gambar 2. Realitas pada DDR-Kritis

Penelitian Desain Didaktis dalam hitungan tahun telah banyak dilakukan oleh peneliti, baik
dosen, mahasiswa, guru, maupun kepala sekolah. Penelitian ini tidak hanya dilakukan pada
bidang pendidikan matematika, melainkan juga pada bidang ilmu lainya. Hasil penelitian
tersebut memberikan beberapa perubahan positif, yaitu (1) perubahan sistem keyakinan; (2)
perubahan praktik perencanaan pembelajaran; dan (3) perubahan refleksi pembelajaran.
Mengingat hal tersebut, maka menjadi hal yang menarik jika DDR ini terus dikembangkan
dan disebarluaskan sebagai tawaran upaya perbaikan pendidikan di Indonesia pada khusunya,
dan di dunia internasional pada umumnya.

Referensi

Harel, G. 1997. What is mathematics? A Pedagogical Answer to a Philosophical Question.


Dalam B. Gold & R.A. Simons (eds): Proofs and Other Dilemmas: Mathematics and
Philosophy (pp.265-290). The Mathematical Assosiation of America.

Suryadi, D. 2018. Landasan Filosofis Penelitian Desain Didaktis (DDR). Bandung:


Departemen Pendidikan Matematika, UPI.

Suryadi, D. 2018. Ontologis dan Epistemologis dalam Penelitian Desain Didaktis (DDR).
Bandung: Departemen Pendidikan Matematika, UPI.

Anda mungkin juga menyukai