Anda di halaman 1dari 20

Statement of Authorsip

Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/
tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada
pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk
makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas
bahwa saya/ kami menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat di
komunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah :Pemeriksaan akuntansi I


Judul RMK/ Makalah/ Tugas :Strategi Audit dan Program Audit Secara
Keseluruhan
Tanggal : 21 Mei 2018
Dosen : Dr.MUHAMMAD RASULI,S.E.,M.Si.,Ak.,CA.
Nama : 1.AHRUN NAZA (1602 1104 51 )
2.UMMUL AZHARI (1602 1140 51 )

Tanda Tangan : 1.Ahrun naza


2.Ummul azhari

STRATEGI AUDIT DAN PROGRAM AUDIT SECARA KESELURUHAN

A. Jenis – Jenis Pengujian


Delapan Tahan Dalam Perencanaan Audit
1. Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal
2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko yang dapat diterima dan resiko
pengendalian
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit
7 Tahapan pertama digunakan, guna memenuhi kewajiban audtor untuk
melaksanakan prosedur penilaian risiko dan Tahapan ke-8, merupakan respons
atas ketujuh tahapan sebelumnya (respons terhadap prosedur penilaian risiko).

Prosedur Penilaian Risiko


Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh pemahaman atas
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai
risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan klien.
Pada bagian ini auditor fokus pada pemahaman tentang rancangan maupun
implementasi pengendalian internal. Secara bersama-sama, prosedur-prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, mencerminkan prosedur-prosedur penilaian risiko yang
dilakukan auditor untuk menilai kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam standar audit (SA 315.5)
yang berbunyi sebagai berikut :
“Auditor harus melaksanakan proseudr penilaian risiko untuk menyediakan
suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian
risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar
opini audit”

Prosedur Audit Lebih Lanjut


SA 330.6 menetapkan sebagai berikut :
“Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut
yang sifat, saat dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi.

Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) mentapkan
bahwa audito harus :
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan termasuk :
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi, saldo
akun atau pengungkapan (contoh risiko inheren) dan,
(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang
relevan (contoh, risiko pengendalian), dan dengan demikian
menuntut auditor untuk memperoleh bukti audit untuk menentukan
apakah pengendalian berjalan efektif (contoh, auditor bermaksud
untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur substantive)
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko
yang lebih tinggi.

Jenis-Jenis Pengujian Dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut


Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima
jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko salah
saji material, yang digambarkan oleh gabungan antara risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit
lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang terindentifikasi.
 Prosedur Penilaian Risiko
 Pengujian Pengendalian
 Pengujian Substantive Golongan Transaksi
 Prosedur Analitis Substantive
 Pengujian Rinci Saldo

Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi .
Contohnya adalah hasil pengukuran atas Tujuan akurasi untuk transaksi penjualan
adalah rendah sedangkan untuk tujuan keterjadian adalah sedang. Ketika kebijakan
kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang dengan efektif ,
auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan
pada efektifitas relative terhadap pengendalian-pengendalian tersebut Untuk
mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran
tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian.
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat
mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang pertama
sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian
internal).
 Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
 Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
 Mengganti aktivitas terkait pengendalian
 Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Prosedur yang dilakukan auditor untuk menentukan apakah
pengendalian otomatis telah telah diterapkan juga dapat berlaku sebagai pengujian
atas transaksi tersebut, jika auditor menentukan terdapat risiko yang minimal bahwa
pengendalian otomatis telah diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor
.Selanjutnya tidak ada pengujian tambahan atas pengendalian yang diharuskan .
Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung
pada dua hal berikut:
1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.
2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

Pengujian Substantif Golongan Transaksi


Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung
berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga
jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah
 pengujian subtantif transaksi
 prosedur analitis subtantif
 pengujian terperinci saldo.

Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam


tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar
terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan).
Ketika auditor yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar ketika
mengaudit siklus penjualan dan penagihan , dengan mempertimbangan keenam
tujuan audit terkait transaksi, ia meyakini bahwa total buku besar sudah benar.

Prosedur Analitis
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 5, prosedur analitis melibatkan
perbandingan-perbandingan jumlah dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan
oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama
perencanaan dan penyelesaiaan audit. Meskipun tidak mengharuskan , prosedur
analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun .

Dua tujuan utama dari prosedur analaitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk:
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2. Memberikan bukti subtantif

Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda
dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan misalnya auditor, menghitung
margin kotor selama fase perencanaan, auditor biasanya melakukanya dengan
menggunakan data interim. Selanjutnya selama menguji saldo akhir akun auditor
akan menghitung ulang rasio dengan menggunakanndata setahun penuh. Jika
auditor yakin jika prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk
memodifikasi pengujian terperinci saldo.
Pengujian Rincian Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik
untuk akuk-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar
pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Misalnya termasuk konfirmasi
atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang . pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti yang biasanya didaptakan dari suatu sumber yang independen
dipandng sangat dipercaya . seperti halnya untuk transaksi pengujian auditor atas
perincian saldo juga harus memebuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap
akun-akun neraca yang signifikan

B. Pemilihan Jenis Pengujian Yang Akan Dilakukan


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pegujian mendapatkan
penekanan yang lebih di bandingkan dengan yang lain, bergatung pada kondisi .
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang
dipilih, termasuk ketersedian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap
pengujian, efektivitas pengendalian internal serta resiko bawaan.

Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti Untuk Pelaksanaan Prosedur Audit Lebih


Lanjut
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan
beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).Kita dapat
melakukan beberapa pengamatan berikut mengenaitabel tersebut.
 Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan
untuk memuji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian
lamanya.
 Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
 Tanya jawab dengan klien dilkukan untuk setipa jenis pengujian.
 Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengjian kecuali prosedur
analitis.
 Pengerjaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis, dengan satu pengecualian.Ketika auditor memeriksa dokumentasi
sebagai bagian darin penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali mengerjakan
ulang, pengendalian untuk menyakinkan bahwa pengendalian telah
diterapkan.
 Penghitungan ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas
transaksi ketika dilakukan pengujian substansif transaksi dan saldo akun
ketika melakukan akun pengujian atas perincian saldo.

Biaya Pelaksanaan Pengujian


Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih
untuk mendapkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk di
pertimbangkan.Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
 Prosedur analitis.
 Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal
 Pengujian pengendalian.
 Pengujian substansif transaksi.
 Pengujian terperinci saldo.
Biasanya biaya untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda, sebagai
contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan persedian
(pengujian substansif perincian saldo persedian)sering kali bergantung pada
persedian tesebut, lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.

Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substansif dengan
lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam
pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian
dalam pengujian substansif transaksi atau pengujisn terperinci saldo merupakan
suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Hubungan Antara Prosedur Analitis Dengan Pengujian Substantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji.yang berpengaru pada nilai rupiah
laporan keuangan.Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah
akun dengan akun lainya, atau informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan
adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tampa perlu memeberika
bukti.

Pilihan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian
substansif.selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai
risiko pengendalian dibawah maksimum.Jika mereka melakukannya,mereka
kemydian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah
tiongkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian
dari prosedur pengukuran risiko yang memberkan dasar prosedur pengukuran risiko
yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian internal
klien.Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan pengendalian
internal telah efektif dan pengendalian telah diterapkan, auditor memilih suatu titik
pada bagian yan berwarna yang konsisten dengan penilaian risiko pengendalian
yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian pengendalian.

C. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit


PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319) memberikan panduan bagi para
auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau
mengakses informasi penting secara elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup
catatan transfer dana elektronik dan permintaan pembelian yang disebarkan melalui
pertukaran otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan
dengan batas kredit pelanggan juga dapat berupa format elektonik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam
bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko
deteksi sehingga ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian
substansif. sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan informasi
yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam
bentuk elektronik. Dalam kondisi semacam itu, auditor harus pengujian
pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat risiko
pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi
laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif
masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengendalian
pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas
pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang
dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus di uji
ketika auditor meganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi
kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
D. Kombinasi Bukti
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi
risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan
pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor
melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada
pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lainnya. Hai ini
menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan. Karena penekanan pada pengujian pengendaliaan dan prosedur
analitis substantif, audit ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif tidak mahal.
Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam audit
teritegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan
perusahaan publik.
Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian
dan beberap risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian
atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif, yang
kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas
akan dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus ditemukan.
Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa
pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin
manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan
biaya yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita
dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Auditor
menekankan pada pengujian terperinci saldo pengujian substantif transaksi, namun
beberapa prosedur analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis substantif
biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena mereka akan
memberikan bukti mengenai kemungkinan salah saji material. Jika auditor sudah
memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo akun-akun,
prosedur analitis tambahan menjadi tidak mudah lagi. Biaya audit kemungkinan
akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang
digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji
pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian
substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci
saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak
dapat diterima. Biaya audit ini lebih besar kerana pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk
mengurangi pengujian terperinci saldo.

E. Perancangan Program Audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan
penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit
spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini kemudian
digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan
disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi
program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko
bawaaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya.
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat
subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya.
Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
untuk penjualan dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
 Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi


Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman
terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur
penilaian risiko.

Prosedur audit
Pada saat merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian.
1. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok
transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3. Pengembangan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko engendalian di
bawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci)
4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing
tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal
dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

Prosedur analitis
Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang
melakukannya pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama
pengujian substantif, seperti untuk audit pitang dagang, biasanya lebih berfokus dan
lebih luas daripada yang dilakukan sebagai bagian darii perencanaan. Selama
perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin penjualan total,
sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat
menghitung presentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha,
atau mungkin keduanya. Perhitungan prosedur analitis berdasarkan jumlah bulanan
biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan
perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha
biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan perusahaan secara
keseluruhan.

Pengujian terperinci saldo


Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor
menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo.
Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi
tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang
dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari
keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan
memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-keputusan
kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci.
Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada Akun
Piutang Dagang
sebagi bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk
menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko
salah saji dalam laporan keuangan.

Menetapkan Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur Risiko
Bawaan Piutang Dagang
auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara
keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan.
Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah,
lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi
risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk
jumalh total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor
risiko bawaan lainnya.
Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkait saldo.
Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.

Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan Dan Penagihan


metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada
penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang
efektif akan mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti yang
diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan
berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah
substantif yang diperlukan.

Merancang Dan Melakukan Pengujian Pegendalian Dan Pengujian Substantif


Transaksi Siklus Penjualan Dan Penagihan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan
harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini
akan berpengaruh pada rancangan pengujian nterperinci transaksi. Sebagai contoh,
biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas
pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.

Merancang Dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang


auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk
dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun
tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.

Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk Memenuhi


Tujuan Audit Terkait Saldo
pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit., ukuran
sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan
dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci saldo
adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian, pengujian
substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-pengujian
tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang pengujian
terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan tersebut
bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.

Tingkat disagregasi kegiatan perencanan


Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga
ketujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur
pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang
mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor
pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit
yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemungkinan
akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan
melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit
tertentu. Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut
ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo.

Ilustrasi program audit


Standar auidt mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis.
Format yang digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait
saldo. Perhatikan bahwa sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan,
dan bahwa lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur
audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk
sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih serta pemilihan
waktu juga dapat diubah.

F. Hubungan Antara Tujuan Audit Transaksi Dengan Tujuan Audit Saldo


dan Tujuan Audit Penyajian dan Pengungkapan
Sebelumnya telah kita bahas pengujian terperinci saldo harus dirancang
untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan
pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit terkait transaksi telah
terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Ketika
semua tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi, auditor akan tetap lebih
mengandalkan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan audit terkait
saldo berikut ini.
 Nilai realisasi
 Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terjkait
saldo lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.

G. Ringkasan Terminologi Bukti


Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam beberapa bab
sebelumnya. Untuk membedakan dan memahami masing-masing istilah tersebut
berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam
kolom pertama merupakan cara yang mendasar dimana suatu audit disusun,
sebagaimana digambarkan menunjukkan komponen-komponen kunci terhadap
keempat fase dalam proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu
pengauditan yang harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa
suatu kelompok transaksi atau saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat
enam tujuan terkait transaksi, delapan tujuan terkait saldo, dan empat tujuan audit
terkait penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types Of Test)lima jenis pengujian audit yang dibahas
sebelumnya yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga pada tebel tersebut.
Prosedur analitis digunakan di fase III dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan
juga dilakukan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko di fase I. prosedur
analitis juga diperlukan saat penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa
prosedur analitis. Ini dimasukkan ke fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions)empat sub kategori keputusan yang dibuat
oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit dimasukkan dalam kolom keempat
tabel tersebut. Kecuali prosedur analitis, keempat keputusan bukti terseut
diterapkan disetiap jenis pengujian.
Jenis-Jenis Bukti (Types Of Evidence) delapan kategori luas dalam bukti yang
dikumpulkan auditor dimasukkan dalam kolom terakhir pada tabel
Tabel Hubungan Antara Kelima Istilah Kunci yang Terkait dengan Bukti
Fase Proses Audit Sasara Hasil Audit Jenis Pengujian Keputusan Bukti Jenis Bukti
Merencanakan dan Sasaran hasil audit yang Prosedur analitis - Prosedur audit - Dokumentasi
merancang suatu - Penetapan waktu - Pemeriksaan klien
Pendekatan Audit - Prosedur analitis
Melaksanakan - Keberadaan Prosedur untuk mem- - Prosedur audit - Dokumentasi
Pengujian Pengen - Kelengkapan peroleh sebuah pema- - Ukuran contoh - Pengamatan
dalian dan Penguji- - Akurasi haman dan pengujian - Materi untuk di - Pemeriksaan klien
an Substantif atas - Klasifikasi pengendalian Pengujian pilih - Pencapaian kembali
transaksi - Penetapan Waktu substantif atas transaksi - Penetapan waktu.
- Memposkan dan pem- - Prosedur audit
buatan ringkasan - Ukuran contoh
- Materi untuk
dipilih
- Penetapan waktu
Melaksanakan Sasaran hasil Audit yang Prosedur analitis - Prosedur audit - pengujian fisik
Prosedur Analitis - Keberadaan Pengujiam rincian saldo - Penetapan waktu. - Konfirmasi
dan pengujian - Kelengkapan - Ukuran contoh - Dokumentasi
rincian saldo - Akurasi - Materi untuk - Pemeriksaan klien
- Klasifikasi dipilih - Pencapaian kembali
- Cut off - Penetapan waktu - Prosedur analitis
- Rincian keterkaitan (tie-
in)
- Hak dan Kewajiban
- Presentasi dan
Menyelesaikan Prosedur analitis - Prosedur audit - Prosedur analitis
Audit dan Menge- Pengujian rincian saldo - Penetapan waktu - Dokumentasi
luarkan Laporan - Prosedur audit - Pemeriksaan klien
Audit - Ukuran contoh
- Materi untuk
dipilih
- Penetapan waktu

H. Ikhtisar Proses Audit


Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko
terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan
industry klien, menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur analitis
pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang
dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang
dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian dan setiap risiko kecurangan
yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan
program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana audit dan
program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.

Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive


Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi
selama fase ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1. Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor
(yaitu, ketika risiko pengendalian ini dikurangi di bawah maksimum) untuk audit
atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan
dalam suatu perusahaan public.
2. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-
transaksi

Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo


Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai
untuk menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan
telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung
pada temuan-temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1. Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-
transaksi dan saldo-saldo akun.
2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
Prosedur analitis sering kali dilakukan di awal dengan menggunakan data awal
sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi pengujian audit
lainnya untuk bagian-bagian khusus.
Fase IV: Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti
tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil,
penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.

Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian Dan


Pengungkapan
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan kewajiban
kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjensi
harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus yakin bahwa
pengungkapan telah lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir
Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan fase II dan untuk
setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan
keuangan secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
 Melakukan prosedur analitis akhir
 Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
 Mendapatkan surat representasi klien.
 Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa
informasi yang disajikan konsiten dengan laporan keuangan.

Menerbitkan Laporan Audit


Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan
dan temuan-temuan auditnya.

Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen


Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap kekurangan dalam
pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior.
Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal
pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan
seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit dan
sesegera mungkin.

Sumber :
Arens, Alvin A. ,dkk. 2013. Auditing dan Jasa Assurance, Edisi Kedua belas Jilid
13. Jakarta. Erlangga

Syahnur,Icha,https://www.academia.edu/34931807/strategi_audit_keseluruhan_d
an_program_audit,Diakses pada 21 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai