Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan metode pengajaran sangat menentukan didalam peningkatan

prestasi belajar siswa, karena metode pengajaran akan mampu meningkatkan

motivasi dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

Penggunaaan metode pengajaran yang tepat dan benar akan mampu meningkatkan

efektifitas pengajaran.

Ada beberapa metode mengajar yang sering digunakan para guru dalam

penyampaian materi pelajaran, yakni; metode ceramah, demontrasi, praktikum,

tanya jawab dan sebagainya. Masalahnya bagaimana guru memilih metode-

metode mengajar tersebut pada waktu mengajar. Hal ini tergantung kepada tujuan

guru mengajar, bahan yang diajarkan, siswa yang diajar dan fasilitas apa yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian, dalam suatu

peristiwa guru mengajar ada metode mengajar yang paling cocok untuk

digunakan.1

Mata pelajaran kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang menarik

untuk siswa SMA karena pengajaran dapat dilakukan dalam menggunakan model

pembelajaran, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan

guru seharusnya dapat membantu proses analisis peserta didik. Salah satu model

tersebut adalah model Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL

lebih baik untuk meningkatkan keaktifan peserta didik jika dibandingkan dengan

1
Kamsinah,Metode Pembelajaran.2008,h.21

1
2

model konvensional. Keefektifan model ini adalah peserta didik lebih aktif dalam

berpikir dan memahami materi secara berkelompok dengan melakukan investigasi

dan inkuiri terhadap permasalahan yang nyata di sekitarnya sehingga mereka

mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka

pelajari. Dengan menerapkan model PBL pada pembelajaran kimia diharapkan

peserta didik akan mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan

berfikir kritis untuk menyelesaikan masaalah denan menggunakan berbagai

strategi penyelesaian.2

Pendidikan di Indonesia saat ini memprihatinkan, mutu pendidikan di

Indonesia sangat rendah. Daerah Aceh merupakan salah satu bagian dari

Indonesia yang dilihat dari kualitasnya masih tergolong rendah. Mutu pendidikan

di Aceh sangat melemah karena krisis pendidikan, prestasi pendidikan Aceh

mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak. Salah satu mata pelajaran yang

sangat melemah yaitu kimia, hal tersebut diketahui ketika wawancara langsung

dengan salah satu guru mata pelajaran kimia di SMAN 1 Trumon Timur.

SMAN 1 Trumon Timur merupakan salah satu sekolah di Aceh yang

terletak di Kabupaten Aceh Selatan. Hasil belajar siswa SMAN 1 Trumon Timur

dalam bidang kimia sangat memprihatinkan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil

ujian akhir sekolah (UAS) Tahun 2015 dengan rata-rata nilai siswa 60. Mutu

pendidikan melemah, motivasi belajar siswa menurun dan bahkan banyak siswa

sekarang yang tidak mengerti ilmu kimia khususnya materi Ikatan Kimia. Materi

Ikatan Kimia dianggap sulit, sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang

2
Kristiani, The Power of Problem-Based Learning, (Virginia : Stylus Publishing,2001),h.6
3

diharapkan, hal tersebut terlihat dari ujian harian (UH) pada Tahun 2015 dengan

rata-rata nilai siswa 55.

Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya proses belajar

mengajar yang berlangsung dengan baik, salah satu diantaranya adalah

menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa

dan menimbulkan kesadaran akan kebutuhan mempelajari kimia. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Keefektifan Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Stoikimetri SMAN 1 Trumon Timur Aceh Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan tanpa model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada materi stoikiometri SMA Negeri 1 Trumon

Timur?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan tanpa model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi stoikoimetri SMA

Negeri 1 Trumon Timur.


4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami materi pelajaran kimia dan meningkatkan kompetensi siswa pada

materi stoikometri. Selain itu siswa akan menjadi lebih aktif dan termotivasi

untuk belajar, serta membimbing siswa berfikir aktif memecahkan berbagai

masalah.

2. Bagi guru

Menambah wawasan bagi guru tentang model dan media pembelajaran,

sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan memberikan informasi tentang

model pembelajaran problem based learning (PBL).

3. Bagi penulis

Menambah pengetahuan untuk peneliti sendiri tentang model


pembelajaran problem based learning (PBL).

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara dari permasalah


penelitian.3 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Leraning (PBL) lebih
tinggi dari pada hasil belajar tanpa dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning (PBL) pada materi stoikometri di SMA Negeri 1 Trumon Timur Aceh
Selatan.

3
Suhaimi Arikunto, Prosedur Penelitian…,h.71
5

F. Definisi Operasional
Penjelasan istilah dalam penelitian ini adalah:
1. Model problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam

kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.4

Dalam konteks penelitian ini model pembelajaran yang diterapkan ketika

penelitian adalah model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan

langkah-langkah yang sesuai dengan sintak problem based learning (PBL).

2. Stoikiometri adalah salah satu materi yang diajarkan pada kelas X semester

genap. Stoikiometri yang berasal dari bahasa Latin (stoicheion : unsur atau

bagian,metron dan ukuran) mempelajari aspek kuantitatif reaksi kimia atau

rumus kimia. Aspek kuantitatif diperoleh melalui pengukuran

massa,volume,jumlah dan sebagainya, dan sebagainya, yang terkait dengan

jumlah atom,ion,molekul,atau rumus kimia,serta berkaitan dengan reaksi

kimia. Pada materi pokok stokiometri membahas mengenai massa atom,massa

molar unsur dan bilangan Avogadro, massa molekul,persen komposisi

senyawa,serta penentuan rumus empiris dan rumus molekul.

3. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotoris. Peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan

dan tingkah laku siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan

4
Muhson A, Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem Based Learning, (Jakarta: Sinar Harapan, 2009), h. 171.
6

penilaian.5 Dalam konteks ini hasil belajar yang diharapkan pada saat

penelitian adalah peningkatan nilai dan motivasi siswa pada mata pelajaran

kimia khususnya materi stoikiometri, hal tersebut dapat diketahui dari pre-test

dan post-test yang dilakukan.

5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 3.

Anda mungkin juga menyukai