Kejar Paket C
1)
Udik Pudjianto
Jurusan BPPAUD, DIKMAS Jawa Timur
1)
Email: udikpudjianto@gmail.com
ABSTRAK
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA. Pada
pembelajaran IPA tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi memahami
suatu proses penemuan serta pencaian kompetensi yang diinginkan. Saat ini
masih banyak siswa kejar Paket C yang kurang memahami materi klasifikasi
makhluk hidup dan belum bisa menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Diperlukan adanya bahan belajar yang dapat membantu siswa kejar Paket C
dalam menguasai materi di pelajaran tersebut. Salah satu jenis media belajar yang
akan dibuat adalah aplikasi pembelajaran berbasis Android. Penelitian yang
mengembangkan aplikasi bahan belajar ini menggunakan metode Rapid
Application Development (RAD) dan melakukan wawancara dengan salah satu
pamong belajar BPPAUD dan DIKMAS Jawa Timur. Pada penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan aplikasi pembelajaran biologi bagi siswa kejar Paket C yang
bertujuan memberikan informasi tentang mata pelajaran biologi dengan materi
klasifikasi makhluk hidup beserta soal latihan agar siswa mengetahui
kemampuannya dalam penguasaan materi.
58
Udik Pudjianto, Aplikasi Pembelajaran… hlm 58-66
informasi faktual yang relevan untuk Oleh karena itu penelitian ini mengajukan
menguji gagasan-gagasan atau judul Aplikasi Pembelajaran Biologi
memecahkan masalah sehari-hari. Dalam Berbasis Android Untuk Siswa Kejar
mata pelajaran biologi mempelajari Paket C.
tentang klasifikasi makhluk hidup,
ekosistem, struktur dan fungsi sel, 2. TINJAUAN PUSTAKA
struktur dan fungsi organ manusia, proses Kejar Paket C
metabolisme, reproduksi, teori evolusi, Program kelompok belajar (Kejar)
dan bioteknologi. Jadi pembelajaran Paket C adalah program pendidikan
biologi di kejar Paket C dikembangkan menengah pada jalur non formal setara
melalui kemampuan berpikir analitis, SMA/MA bagi siapapun yang terkendala
induktif, dan deduktif untuk ke pendidikan formal seperti
menyelesaikan masalah yang berkaitan ketidaksesuaian karena umur,
dengan peristiwa alam sekitar. keterbatasan sosial ekonomi, waktu,
Materi tentang klasifikasi makhluk kesempatan, kondisi geografi dan lainnya.
hidup pada pelajaran biologi merupakan Pada proses pembelajaran kejar
suatu cara pengelompokan Paket C menggunakan Kurikulum Tingkat
(penggolongan) dan pemberian nama Satuan Pendidikan (KTSP) kesetaraan.
makhluk hidup berdasarkan persamaan Prinsip-prinsip pembelajarannya meliputi
dan perbedaan ciri-cirinya. Ilmu yang (a) berpusat pada kehidupan, (b)
mempelajari pengelompokan makhluk beragam dan terpadu, (c) tanggap
hidup disebut Taksonomi. Taksonomi terhadap perkembangan ilmu
adalah pengelompokan suatu hal pengetahuan, teknologi dan seni, (d)
berdasarkan tingkatan tertentu yaitu menyeluruh dan berkesinambungan, dan
Kingdom (Kerajaan/dunia), Filum (hewan) (e) prinsip belajar sepanjang hayat.
atau Devisio (tumbuhan), Classis (kelas), Struktur KTSP Kesetaraan memuat
Ordo (bangsa), Familia (suku), Genus komponen mata pelajaran yang diujikan
(marga), dan Species (jenis). pada Ujian Nasional dan yang tidak
Menurut Erti Harmin (2014) saat ini diujikan, keterampilan fungsional, muatan
masih banyak siswa yang tidak begitu lokal, seni budaya, pendidikan jasmani,
memahami materi klasifikasi makhluk olahraga dan kesehatan dan pendidikan
hidup karena berdasarkan beberapa pengembangan diri. Beban belajar pada
persamaan ciri (keseragaman), Pendidikan Kesetaraan dinyatakan dalam
perbedaan ciri (keanekaragaman), ciri Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang
mortologi, fisiologi dan anatomi. Cara menunjukan satuan kompetensi yang
hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dicapai oleh peserta didik dalam
dan belum bisa menerapkan materi mengikuti program pembelajaran melalui
klasifikasi mahluk hidup dalam kehidupan sistem tatap muka, praktek keterampilan,
sehari – hari. dan kegiatan mandiri yang terstruktur.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Struktur kurikulum pendidikan
penelitian ini bertujuan untuk merancang kesetaraan dilaksanakan dalam sistem
dan membangun suatu sistem tingkat yang setara dengan sistem kelas
pembelajaran berbasis aplikasi mobile pada pendidikan formal dengan derajat
yang dapat memberikan materi tentang kompetensi masing-masing untuk Paket
pelajaran klasifikasi makhluk hidup dan C Umum meliputi Tingkat 5 dengan
latihan soal pada siswa kejar Paket C. derajat kompetensi Mahir 1 setara
59
JUSTINDO, Jurnal Sistem & Teknologi Informasi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
60
Udik Pudjianto, Aplikasi Pembelajaran… hlm 58-66
61
JUSTINDO, Jurnal Sistem & Teknologi Informasi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
aplikasi inti dan menggantikannya dengan tumbuhan yang hidup di tanah lembap,
aplikasi pihak ketiga (Safaat, 2012). contohnya adalah lumut. Tumbuhan
Xerofit merupakan tumbuhan yang
Biologi hidup di tanah kering, contohnya
Biologi merupakan ilmu yang adalah kaktus.
mempelajari seluk-beluk makhluk hidup 3) Berdasarkan makanannya, hewan
dan kehidupan. Kajian ilmu Biologi digolongkan menjadi hewan Herbivora,
mencakup masalah makhluk hidup itu Carnivora, Omnivora. Hewan
sendiri, zat-zat makhluk hidup dan zat Herbivora merupakan hewan yang
yang diperlukan makhluk hidup serta hal– memakan tumbuhan, contohnya
hal mengenai hubungan makhluk hidup adalah sapi. Hewan Carnivora
dengan lingkungannya. merupakan hewan yang memakan
Ilmu Biologi dipelajari sejak dulu daging, contohnya adalaha harimau.
contohnya, Aristoteles, seorang ilmuwan Hewan Omnivora meruapakan hewan
Yunani (384-322 SM) telah melakukan yang memakan tumbuhan dan daging,
penelitian dan percobaan-percobaan. contohnya adalah tikus.
Bahkan dianggap sebagai orang pertama
yang meneliti dan menggolongkan hampir 3. METODE PENELITIAN
500 jenis binatang dan tumbuhan. Karena Analisis Permasalahan
itulah Aristoteles dianggap sebagai bapak Peserta didik Paket C sebagian besar
perintis Biologi. memiliki keterbatasan waktu dalam
Ilmu yang mempelajari tentang mengikuti kegiatan belajar dikarenakan
klasifikasi kesibukan bekerja. Masih minimnya
(pengelompokan/penggolongan) disebut materi pembelajaran Paket C yang
Taksonomi. Klasifikasi dapat dilakukan menggunakan perangkat Teknologi
oleh siapapun, tergantung dasar Informasi dan Komunikasi (TIK).
klasifikasi yang digunakan. Contoh dasar Pencapaian kompetensi pada
klasifikasi dalam Biologi sebagai berikut : pembelajaran Paket C membutuhkan
1) Berdasarkan kemampuan membuat waktu yang sama dengan pembelajaran
makanan, makhluk hidup digolongkan di SMA/MA. Peserta didik Paket C
menjadi Organisme Autotrof dan kesulitan mencapai kompetensi
Heterotrof. Organisme Autotrof pendidikan kesetaraan Paket C
merupakan organisme yang mampu dikarenakan bentuk dan konten modul
membuat makanan sendiri melalui atau bahan ajar yang terlalu sederhana.
proses fotosintesis, contohnya adalah Strategi pembelajaran yang dilakukan
tumbuhan. Sedangkan organisme oleh tutor kurang variatif. Dari
Heterotrof merupakan organisme yang permasalahan di atas maka konten modul
tidak mampu membuat makanan Paket C dapat dibuat dalam bentuk
sendiri, contohnya adalah hewan dan aplikasi yang berbasis android supaya
manusia. dapat diinstall ke dalam smartphone.
2) Berdasarkan habitatnya tumbuhan Aplikasi tersebut dapat digunakan kapan
dikelompokkan menjadi tumbuhan saja dan dimana saja oleh peserta didik.
Hidrofit, Higrofit, Xerofit. Tumbuhan
Hidrofit merupakan tumbuhan yang Analisis Kebutuhan
hidup di air, contohnya adalah teratai. Untuk memenuhi percepatan
Tumbuhan Higrofit merupakan pemenuhan kompetensi mata pelajaran
62
Udik Pudjianto, Aplikasi Pembelajaran… hlm 58-66
Biologi bagi siswa Paket C diharapkan antara system dan actor. Use case
adanya beberapa bentuk bahan ajar yang bekerja dengan cara mendeskripsikan
menarik. Melalui pemanfaatan perangkat tipe interaksi antara user sebuah sistem
TIK diharapkan dapat membantu siswa dengan sistemnya sendiri melalui sebuah
Paket C untuk dapat belajar mandiri cerita bagaimana sebuah sistem dipakai.
secara menyenangkan. Aplikasi berbasis Tujuan dibuat use case untuk
android ini dapat diinstallkan pada Menjelaskan fasilitas yang ada
smartphone milik tutor dan siswa Paket C. (requirements).
Perancangan Sistem
Perancangan sistem untuk
pembuatan aplikasi pembelajaran Biologi
dapat dilihat pada Gambar 3. Aplikasi
disimpan pada database server dan diatur
oleh developer atau tim peneliti pada
Domain Controler sehingga aplikasi dapat
dilihat pada smartphone. Tutor dan
peserta didik dapat menggunakan aplikasi
menggunakan internet dan BPPAUDNI
dapat melakukan monitoring terhadap Gambar 4. Use Case Aplikasi Pembelajaran
penggunaan aplikasi melalui admin web Biologi Berbasis Android
(karyawan BPPAUDNI) dan pimpinan
Pada Gambar 4 menjelaskan use
BPPAUDNI.
case diagram (diagram kasus
penggunaan) Use case aplikasi
pembelajaran Biologi berbasis Android
pada siswa kejar Paket C. Terdapat
sebuah aktor yaitu user (Tutor dan
Peserta didik) yang berfungsi sebagai
pengguna aplikasi. Ada beberapa use
case pada aplikasi ini yaitu use case login
tutor, use case tambah materi, use case
tambah soal, use case hasil, use case
login peserta didik, use case register,
usecase melihat materi, use case mengisi
soal. Didalam use case login tutor
Gambar 3. Arsitektur Sistem Jaringan terdapat sebuah include use case yaitu
Komputer Aplikasi Pembelajaran Biologi. use case menambah materi, use case
tambah soal, use case hasil. Di use case
Unified Modelling Language (UML) tambah materi guru/tutor bisa
bukanlah suatu proses melainkan bahasa menambahkan materi Biologi, use case
pemodelan secara grafis untuk tambah soal bisa kita menambahkan
memspesifikasikan, memvisualisasikan, sejumlah soal pada tiap-tiap materi, dan
membangun dan mendokumenasikan use case hasil akan ditampilkan hasil nilai
seluruh artifak sistem perangkat lunak. siswa yang telah mengerjakan latihan
Use case adalah abstraksi dari interaksi soal.
63
JUSTINDO, Jurnal Sistem & Teknologi Informasi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
64
Udik Pudjianto, Aplikasi Pembelajaran… hlm 58-66
65
JUSTINDO, Jurnal Sistem & Teknologi Informasi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
66