Anda di halaman 1dari 9

Kisruh di Tubuh Garuda Indonesia

Oleh: Arbi Sumandoyo - 29 Juni 2018


Dibaca Normal 4 menit

tirto.id - Seraya bergegas meninggalkan kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, enam
orang mewakili serikat pekerja termasuk pilot PT Garuda Indonesia menolak memberikan komentar.
Keenam orang itu irit bicara meski didesak soal alasan meninggalkan ruang rapat, yang rencananya
membahas keluhan mereka dengan manajemen PT Garuda Indonesia. “Kami ​walk out​,” ujar Kapten
Bintang Hardiono​, Presiden ​Asosiasi Pilot Garuda​, saat ditemui ​Tirto di Kantor Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman, 6 Juni lalu.

Hari itu agenda mediasi antara perwakilan pekerja Garuda Indonesia dan Kementerian Perhubungan,
yang diinisiasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dianggap melenceng dari rencana. Para
pekerja termasuk pilot menyebut rapat itu tak membahas inti persoalan terkait keluhan mereka dengan
manajemen Garuda Indonesia. Padahal, sebelum rapat, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut
Binsar Panjaitan berjanji mendengarkan keluhan para pekerja Garuda.

“Bukan agenda kami, itu rapat mereka,” kata Ahmad Irfan Nasution, Ketua Umum Serikat Karyawan PT
Garuda Indonesia (Sekarga), menanggapi pertanyaan kami. “Karena ada perwakilan Angkasa Pura. Buat
apa? Berarti mereka tidak benar-benar serius menanggapi tuntutan kami,” tambah Irfan.

Sejak ada isu rencana pilot Garuda mogok kerja pada awal Mei 2018, jajaran manajemen Garuda dibikin
repot mengingat ancaman itu berdekatan dengan arus mudik Lebaran. Tak mau menampar muka
Presiden Joko Widodo yang tengah giat menyulap infrastruktur demi menopang kelancaran mudik
Lebaran, Luhut menengahi permasalahan tersebut.

Luhut memanggil manajemen Garuda, juga perwakilan pilot guna mendengarkan keluhan mereka, ke
kantornya. Hasilnya, Luhut berjanji bakal mendengarkan keluhan para pekerja dan membentuk satuan
tugas guna menangani kisruh di tubuh Garuda Indonesia.

"Jadi dalam pertemuan itu nantinya mereka akan bicara, saya hanya memediasi,” ujar Luhut di
kantornya, 6 Juni lalu. Namun, rapat yang sedianya membahas keluhan pekerja, justru mengundang

1
banyak pihak, salah satunya perwakilan dari PT Angkasa Pura. Itu membuat kesal perwakilan pekerja
dan pilot Garuda. Baru saja rapat itu dimulai, perwakilan karyawan Garuda meninggalkan ruang rapat.
"Mereka mengantisipasi rencana kami mogok,” ujar Kapten Bintang dengan nada kesal. “Sejak kapan
kami menyebutkan tanggal akan mogok?” ia menegaskan.

Sebelum ditengahi Luhut, upaya berkomunikasi dengan serikat karyawan dilakukan ​Linggarsari Suharso​,
Direktur Personalia Garuda Indonesia. Sejak April, manajemen Garuda menjajaki komunikasi dengan
serikat pekerja. Puncaknya, komunikasi diupayakan Linggarsari sehari sebelum para pekerja menggelar
keterangan pers. Melalui surat resmi, ia meminta bertemu dengan perwakilan serikat untuk duduk
bersama mengatasi persoalan yang menjadi tuntutan para karyawan. Namun, permintaan tersebut
ditolak Ahmad Irfan, ketua umum serikat, karena menilainya bukan solusi yang tepat. “Dia kirim pesan
ke saya sehari sebelum kami gelar jumpa pers,” kata Irfan seraya menunjukkan pesan Linggarsari di
ponselnya, yang menyebutnya sebagai iktikad yang buruk.

Irfan berkata, pada 2017, serikat pekerja pernah meminta manajemen Garuda Indonesia untuk
mencopot Linggarsari Suharso karena dinilai melahirkan "banyak kebijakan yang memicu banyak
perselisihan." Irfan menyebut Linggarsari tidak memahami perkara hubungan industrial dalam
mengelola karyawan di tubuh Garuda Indonesia. “Percuma, karena tidak pernah nyambung,” katanya.

Mediasi baru dilakukan setelah Lebaran. Pada Senin, 25 Juni, Menteri Maritim Luhut Panjaitan
memanggil perwakilan serikat pekerja dan pilot, serta mempertemukannya dengan ​Pahala Nugraha
Mansury​, Direktur Utama Garuda Indonesia. Solusi yang ditawarkan adalah membentuk satuan tugas,
yang dijanjikan bisa bekerja untuk menuntaskan problem kisruh Garuda dalam seminggu ke depan atau
hingga akhir bulan ini.

Bermula Dari Rapat Umum Pemegang Saham

Gejolak antara karyawan dan manajemen PT Garuda Indonesia tidak muncul belakangan ini. Selama
setahun, para karyawan memilih diam dan melakukan advokasi secara internal atas hak-hak mereka
yang diklaim mereka "dipangkas perusahaan" dengan alasan efisiensi.

2
Muaranya adalah perusahaan pelat merah yang mulai beroperasi pada akhir tahun 1940-an ini
mengalami kerugian selama beberapa tahun terakhir. Namun, upaya mediasi di tingkat internal juga
gagal mencapai kesepakatan. Puncaknya, para pekerja menggelar keterangan pers terkait perseteruan
mereka dengan manajemen Garuda Indonesia. Dalam jumpa pers itu, para pekerja dan pilot
mengungkapkan kekecewaannya, dan berencana melakukan mogok massal jika tuntutannya tidak
dipenuhi perusahaan.

“Penyulutnya sebenarnya banyak, ya, namanya juga akumulasi. Kumpulan kerikil-kerikil yang menjadi
gunung,” ujar Kapten Bintang Hardiono, Presiden Asosiasi Pilot Garuda. Ia menegaskan bahwa kali
pertama terjadi gesekan dengan manajemen bermula saat Rapat Umum Pemegang Saham pada April
2017. “Ada dua jabatan direksi yang dihapus. Direktur Operasi dan Direktur Teknik,” kata Hardiono.

Ia berkata, ketika RUPS itu mengumumkan jajaran dewan direksi baru dipimpin oleh Pahala Nugraha
Mansury, para pilot melihat ada keanehan dalam struktur jajaran petinggi Garuda. Rapat itu
menghilangkan dua nomenklatur jajaran direksi, yakni direktur operasi dan direktur teknik. Padahal dua
jabatan itu harus ada sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Penerbangan No. 1 Tahun 2009
tentang ​aturan keselamatan penerbangan sipil​.

Pada RUPS tahun 2017, PT Garuda Indonesia mengganti jajaran dewan direksi. Direktur operasi dan

3
direktur teknik, yang tadinya ada dalam dewan direksi, diganti menjadi direktur produksi. Dua jabatan
yang hilang itu kemudian ​ditanggapi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menurut Budi Karya, hal
itu sangat berbahaya dalam perusahaan penerbangan. "Jadi kalau tidak ada direktur operasional dan
direktur ​maintenance bagaimana itu secara komprehensif, secara detail, secara performa [dalam
penerbangan]?" ujar Budi Karya, seperti dikutip ​Kompas.com.​

Menurut Kapten Bintang Hardiono, masalah itu lantas disuarakan para pilot kepada manajemen baru
Garuda Indonesia. Dua jabatan direksi itu vital dalam penerbangan karena bisa mengancam izin
operasional maskapai dibekukan. Sebagaimana klaimnya, protes karyawan agar ada orang yang mengisi
dua direksi itu ditanggapi manajemen.

“Nah, akhirnya diangkat direktur operasi dan direktur teknik,” kata Hardiono, merujuk Direktur Operasi
dijabat ​Triyanto Moeharsono dan Direktur Teknik dipegang oleh ​I Wayan Susena​. Toh, meski
manajemen telah melantik dua direktur tersebut, penunjukannya menyalahi aturan karena tanpa RUPS
Luar Biasa, menurut Hardiono.

Penghapusan dua direksi dibenarkan oleh Ikhsan Rosan, juru bicara PT Garuda Indonesia, yang berasal
dari wewenang pemegang saham. “Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas tentu sudah
mengkaji semua,“ ujar Ikhsan melalui telepon, Kamis kemarin (28/6/2018). “Jadi penunjukan direksi
bukan bagian dari wewenang manajemen, dia ditunjuk untuk melaksanakan tugas,” katanya.

Setelah mendengar aspirasi dari Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia dan Asosiasi Pilot Garuda, dua
posisi direksi itu kembali diadakan selang beberapa bulan. "Mereka mengatakan direktur operasi dan
teknik harus ada, nah pemerintah mengakomodir, maka diangkatlah,” katanya menyebut tuntutan
serikat pekerja dan asosiasi pilot.

Penghapusan dua jabatan direktur ini sempat pula jadi sorotan para politikus dari Komisi VI DPR—yang
menangani urusan industri, investasi, dan persaingan usaha. Pada medio 2017, atau sesudah RUPS,
anggota Komisi VI menyebut bahwa pergantian direksi Garuda Indonesia itu menabrak aturan. DPR
melihat bahwa pembengkakan anggaran menyebabkan upaya pemulihan Garuda bakal meleset dari
target. Penambahan direksi, yakni direktur kargo yang dijabat ​Sigit Muhartono​, dinilai hanya membuang
pengeluaran. "Karena Garuda tidak punya pesawat kargo,” ujar Ahmad Irfan Nasution, Ketua Umum
Serikat Karyawan kepada ​Tirto​, 5 Juni lalu.

4
Dirut Garuda Pahala Mansury pernah menanggapi tuntutan karyawan soal perombakan direksi pada
awal Mei 2018. Ia berkata bahwa manajemen tidak bisa menanggapi karena tuntutan tersebut bukan
wewenangnya, melainkan Kementerian BUMN dan para pemegang saham. Meski demikian, Pahala
berencana mengajak serikat pekerja Garuda untuk berdialog membahas tuntutan mereka. "Pasti kami
komunikasi, duduk bareng, selalu kami buka, kami minta untuk dilakukan komunikasi dengan Serikat
Karyawan, sudah pasti," katanya.

Akumulasi Kekesalan Karyawan


Sesudah Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2017, Ahmad Irfan mengklaim bahwa manajemen tak
pernah menanggapi tuntutan karyawan, salah satunya mengenai penyesuaian upah bagi para karyawan.

“Awalnya mereka menolak,” ujar Irfan. Belakangan, penyesuaian upah antara karyawan darat dan awak
kabin berakhir di Pengadilan Hubungan Industrial. “Kami akhirnya menang dan masih tetap dinego,
padahal pada saat itu kami meminta dinaikkan Rp100 sampai Rp200 ribu,” Irfan melanjutkan.

Serikat juga kesal soal kebijakan efisiensi, yang berimbas pada berkurangnya daya dukung kinerja para

5
pilot Garuda Indonesia. Manajemen, kata Kapten Bintang Hardiono, menghapus fasilitas antar-jemput
para pilot yang akan atau telah melakukan penerbangan. Puncaknya ketika sistem penjadwalan pilot dan
awak kabin diubah, Garuda Indonesia mengalami ​delay​ parah pada 2017.

Buntutnya, kata Bintang, kebijakan itu membuat kinerja para pilot menurun karena sering terlambat
menerbangkan pesawat. “Banyak aturan tidak sesuai dengan kondisi kru di lapangan," ujar Hardiono.
"Jelas ini merugikan kami dan perusahaan." Ia menegaskan, dampak kebijakan itu pula yang sering
dihadapi para pilot karena harus berurusan dengan konsumen.“Garuda itu maskapai bintang lima.
Bintang lima itu [artinya] harus tepat waktu, ​safety​, yang berhubungan dengan pengguna jasa,”
tambahnya.

Karena kebijakan itu berimbas pada pelayanan konsumen, menurut Hardiono, para pilot yang tergabung
dalam asosiasi akhirnya berteriak kepada manajemen Garuda Indonesia. Sayangnya, keluhan ini tak
pernah mendapat tanggapan dari manajemen, klaim dia. Kesal karena terus diabaikan, para pilot
membuka persoalan internal ini kepada publik. “Sampai kapan kami harus seperti ini? Sampai kapan,
kalau memang tidak benar, saya harus diam?” kata Hardiono.

Ia mengatakan bahwa sebelum rencana mogok diumumkan, upaya mengirim keluhan para pekerja dan
pilot telah dilayangkan kepada Kementerian BUMN Rini Soemarno dan Presiden Joko Widodo. Namun,
upaya macam ini tak kunjung direspons. Kini kisruh dalam internal Garuda tambah meruncing,
betapapun Menteri Luhut Panjaitan telah membentuk satuan tugas. Menurut Hardiono, jika tuntutan
para karyawan dan pilot tak bisa dipenuhi, bisa jadi mereka melancarkan rencana mogok.
“Ujung-ujungnya mogok, karena senjata kita cuma mogok,” ujar Kapten Bintang Hardiono.

Reporter: Arbi Sumandoyo & Mawa Kresna


Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam

Sumber:
https://tirto.id/kisruh-di-tubuh-garuda-indonesia-cM3x
https://tirto.id/kenapa-garuda-terus-merugi-cM8z

PERTANYAAN:
a. Apakah struktur organisasi yang digunakan oleh PT Garuda Indonesia? Jelaskan apakah struktur
organisasi tersebut telah tepat bagi PT Garuda Indonesia?

6
b. PT Garuda Indonesia sempat menghapus posisi direktur operasi dan direktur teknik menjadi direktur
produksi. Menurut Anda, Apakah tindakan penghapusan posisi tersebut akan meningkatkan efisiensi
PT Garuda Indonesia? Jelaskan.
c. PT Garuda Indonesia terus merugi salah satunya karena masalah efisiensi. Pilih 2 tipe control dari
sistem kontrol organisasi (​organizational control systems)​ berikut penerapan mekanisme kontrolnya
untuk masalah efisiensi pada PT Garuda Indonesia.
d. Berikanlah masing-masing 1 (satu) saran Anda mengenai perubahan yang bersifat ​evolutionary dan
revolutionary​ yang bisa diterapkan dalam kasus peningkatan efisiensi PT Garuda Indonesia.

PERTANYAAN:
a. Struktur organisasi Garuda adalah Functional structure, dimana organisasi garuda terdiri dari
semua departemen yang dibutuhkan untuk dapat beroperasi dengan baik. Type ini mempunyai
keuntungan dalam pelibatan pekerja dalam satu departemen secara optimal. Manager suatu
departemen akan mudah dalam mengontrol proses dan pencapaian goal setiap departemen.
Tapi type ini mempunyai kelemahan, bila masing2 departemen terkotak kotak dalam goal
masing2, maka akan terkendala dalam mensinergikan pencapaian goal perusahaan. Struktur
organisasi Garuda sesuai dengan Undang-Undang Penerbangan No. 1 Tahun 2009 tentang
aturan keselamatan penerbangan sipil​. Type ini sudah tepat bagi Garuda. Adapun kendala -
kendala yang ada bisa diatasi dengan komunikasi yang baik atau dibentuk cross functional team.
b. Tidak, memang secara employee cost untuk dua Direktorat tersebut mengalami penurunan cost.
Namun jika dilihat dari standar maskapai penerbangan akan berbahaya bagi PT. Garuda
Indonesia, hal ini dikarenakan dua jabatan direksi tersebut sangat vital dalam penerbangan
karena bisa mengancam izin operasional maskapai dibekukan. Bisa dikatakan layak atau
tidaknya sebuah pesawat dapat beroperasi menjadi wewenang dan tanggung jawab dari dua
direksi tersebut. Jika sampai terjadi pembekuan operasional maka PT. Garuda Indonesia akan
mengalami kerugian besar dan merosotnya image di masyarakat dalam negeri dan juga
penerbangan internasional.

7
c. Dua tipe kontrol yang dapat diterapkan oleh PT Garuda Indonesia untuk mengatasi masalah
efisiensi adalah sebagai berikut

Jenis Kontrol Mekanisme Kontrol Praktek di Lapangan

Output Control Financial Measures Performa Keuangan harus dicatat


Performance dan dianalisa dengan baik yang
kemudian disajikan kepada seluruh
pemangku kepentingan. Dalam
rangka menjalankan perusahaan
yang efisien dengan Pengukuran
Performa Keuangan perusahaan yang
tepat, para pemangku kepentingan
dapat mengetahui biaya-biaya yang
yang seharusnya dapat ditekan dan
diharapkan dapat membuat
keputusan yang tepat untuk
mencapai perusahaan yang efektif
dan efisien.

Organizational Goals Agar dapat menjalankan fungsi


pengawasan yang baik PT Garuda
Indonesia harus menetapkan tujuan
secara spesifik dalam setiap tingkatan
manajemen. Tujuan yang ingin
dicapai perusahaan harus dapat
tersampaikan kepada seluruh
karyawan agar kinerja seluruh staff
dapat terarah dan sesuai dengan
spesifikasi setiap divisi. Apabila
tujuan ini tersampaikan dengan baik
maka setiap divisi dapat menentukan
strategi untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal ini akan mempermudah
PT Garuda Indonesia nantinya dalam
mengawasi dan mengevaluasi karena
tolak ukur yang jelas.

Behavior Control Direct Supervision

Management By PT Garuda Indonesia harus membuat


Objectives sistem penilaian kinerja yang

8
memiliki tolak ukur kinerja yang jelas
dan dipahami oleh seluruh pegawai
perusahaan. Sehingga nantinya
perusahan bisa menilai dan
mempertahankan sumber daya
manusia yang produktif.

Rules and Standard PT Garuda Indonesia harus membuat


Operations Procedures peraturan ataupun SOP yang sejelas
mungkin dan tidak bias. Hal ini akan
sangat mempengaruhi kinerja
seluruh staff dikarenakan SOP akan
dijadikan pedoman mereka dalam
bekerja dan mencapai tujuan
perusahaan. SOP perusahaan juga
harus dievaluasi secara berkala untuk
menilai apakah prosedur ini sudah
dapat menghasilkan output
perusahaan yang lebih efektif .

d. perubahan yang bersifat ​evolutionary merupakan perubahan yang bersifat tidak drastis namun
secara konstan berimprovisasi, instrument yang dapat digunakan adalah metode kaizen hal ini
dapat dilakukan dengan perusahaan membuat sistem evaluasi secara berkala yaitu secara
kuartalan pada setiap divisi sehingga perusahaan dapat mengetahui masalah yang terjadi pada
setiap divisi lebih dini sehingga dapat langsung ditangani.
​ isa dilakukan dengan sbb :
revolutionary b
● pemilihan jalur penerbangan yang memberikan profit besar. Sedangkan jalur
penerbangan yang tidak memberikan profit yang signifikan atau malah merugi
sebaiknya ditutup saja.
● Salah satu indikator keekonomian perihal performance pekerja adalah head count. Pada
area yang head count nya masih rendah, dilakukan pengurangan pekerja atau
perubahan status pekerja menjadi kontrak terbatas.

Anda mungkin juga menyukai