Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM

A. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006).

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien

(Aziz R, 2003).

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan

kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan

berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya

atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).

Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan

menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya

atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan

kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam

kenyataan (Harold I, 1998).

Jadi kesimpulannya waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu

dikemukakan berulang-ulang.
B. Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas

adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat

membedakan rangsangan intern al dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang

sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi

kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan

pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.

Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu

yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal

(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi

otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Waham

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis

- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal

- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik

- Gangguan tumbuh kembang

- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur

b. Faktor Genetik
- Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

c. Faktor Psikologis

- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif

- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

- Konflik perkawinan

- Komunikasi “double bind”

- Sosial budaya

- Kemiskinan

- Ketidakharmonisan sosial

- Stress yang menumpuk

2. Faktor Presipitasi

a. Stressor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas

keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari

kelompok.

b. Faktor biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat

halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita

c. Faktor psikologi

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya

kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi

realita.
D. Tanda dan Gejala

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan

2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

3. Curiga

4. Bermusuhan

5. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan

6. Takut dan sangat waspada

7. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas

8. Ekspresi wajah tegang

9. Mudah tersingung

E. Fase-fase

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :

1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun

psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan

ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada

juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan

selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai

seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya.


Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat

dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

2. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal

dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi

sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan

sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan

tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi

lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,

pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan

adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi

menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk

diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam

hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan

sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar,

tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga

perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien

merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol

diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan

dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa

semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai

halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering

menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang

salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik

masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat

menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya

keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada

konsekuensi sosial.

F. Jenis Waham

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :

1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan

khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini

pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”


2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena

mereka iri dengan kesuksesan saya.”

3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara

berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau

saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”

4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau

terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).

5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal

dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam

kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.

6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke

dalam pikirannya.

7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan

walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut

8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar

dirinya.
G. Rentang Respon

H. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan Proses Pikir: Waham

Harga Diri Rendah

I. Penatalaksanaan Medis

1. Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan

skizoprenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998)

antara lain :
1) Anti Psikotik

Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain :

a) Chlorpromazine

Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan mengurangi

gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x 25mg, kemudian

dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tinggi 1000mg/hari

secara oral.

b) Trifluoperazine

Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik

diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari.

c) Haloperidol

Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania, dosis

awal 3 x 0,5mg sampai 3mg.

2) Anti Parkinson

a) Triheksipenydil (Artane)

Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi

ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 1-15mg/hari.

b) Difenhidramin

Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.

3) Anti Depresan

a) Amitriptylin

Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatic.
Dosis 75-300mg/hari.

b) Imipramin

Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic.

Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-75mg/hari.

4) Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan somatroform,

keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-

gejala insomnia dan ansietas. Obat-obat yang termasuk anti ansietas antara

lain :

- Fenobarbital 16-320mg/hari

- Meprobamat 200-2400mg/hari

- Klordiazepoksida 15-100mg/hari

2. Psikoterapi

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.

Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung

ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus menerus membicarakan tentang

wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur, dan membuat perjanjian seteratur mungkin.

Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.

Terapis perlu menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan

menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien

mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realistis.

Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan harus mampu

menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu menghilangkan


ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan

terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan

inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan

perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan

dan aktifitas terapeutik dapat dilakukan.

3. Terapi Keluarga

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu

dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli

terapi dan membantu perawatan klien.

J. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan pada klien

a. Tujuan

1) Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap

2) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

3) Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya

Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus

membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan

nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka

membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :

a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan berinteraksi

d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.

2) Tindakan mendukung atau membantah waham klien.

3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman

4) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

5) Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat

menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah

6) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa

memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien berhenti

membicarakannya.

7) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realita

8) Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat lalu

dan saat ini

9) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya

10) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga

menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.

11) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien

12) Berbicara dalam konteks realita

13) Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian yang

sesuai

14) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis, obat, jenis,

dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa

konsultasi

2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien

a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien

2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum

terpenuhi oleh wahamnya

3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal

b. Tindakan keperawatan

1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien

2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow

up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien.

3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

Disusun Oleh:

Firdha Aprillia
201810461011048

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDY PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

Anda mungkin juga menyukai