Anda di halaman 1dari 29

ASKEP MORBILI/CAMPAK PADA ANAK

1. 1. PENGERTIAN

Disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang
anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak
dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau
berpotensi menyebabkan kematian.

Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien.

Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat
campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah

2. PENYEBAB

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak
juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah
tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

3. DIAGNOSA

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

% Anamnesis

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.

2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.

3. Dapat disertai diare dan muntah.

4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,
ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya)
dan belum pernah vaksinasi campak.

% Pemeriksaan fisik

1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.

2. Pada umumnya anak tampak lemah.

3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).

4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.

4. PATOFISIOLOGI
5. DIAGNOSA BANDING

1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar
di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Eksantema subitum. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. (Hassan.R. et al,
1985) Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari
roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan
keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak
melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi
serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena
obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak,
tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa
di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.

6. KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi
dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak :

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderta

mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) 7. Kejang demam (step)

5. Otitis Media (infeksi telinga) ` 8. Diare

6. Laringitis (infeksi laring)

7. PENGOBATAN
A. Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:

 Rawat jalan
 Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori

Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat


symtomatik, yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5 –
10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam – ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100
mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. – Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. – Mukolitik bila perlu –
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan
kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

o Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.

o Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

B. Campak dengan Penyulit :


- Menyingkirkan komplikasi
- Mengobati komplikasi bila ada
- Merujuk ke rumah sakit bila perlu

8. PENCEGAHAN

1) Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka
perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9
bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas

2) Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau
orang lain yang sedang demam.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

o Anak yang sakit.

o Orang tua.

b. Riwayat kesehatan

o Keluhan utama.

o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).


o Riwayat kesehatan lalu.

o Riwayat kesehatan keluarga.

 o Riwayat kehamilan (anak yang sakit).

o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).

o Riwayat nutrisi.

o Riwayat tumbuh kembang.

c. Pola aktivitas sehari-hari

o Nutrisi / minum : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Tidur / istirahat : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Kebersihan : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Eliminasi : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

d. Keadaan umum : kesadaran, TTV

e. Pemeriksaan fisik

1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2) Kepala : sakit kepala

3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan

hidung ( pada stad eripsi ).

4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka,
lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).

6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan


e. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.

Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.

Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi/infeksi virus

b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Dx I : Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses


inflamasi/infeksi virus

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 jam diharapkan suhu badan pasien berkurang dengan

Kriteria hasil :

 · Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0 C


o · Bibir lembab
o · Nadi normal
o · Kulit tidak terasa panas
o · Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )

Intervensi :

1. Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh

Rasional : agar keluarga lebih kooperatif dalam terapi

b. Memberikan kompres dingin / hangat.

Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.

c. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan


d. Monitor perubahan suhu tubuh

Rasional : untuk mengetahui dan merencanakan intervensi selanjutnya

b. Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.

Rasional : antipiretik bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.

suhu tubuh agar tetap normal.

2) Dx II : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia

Tujuan : setelah dilakukan askep 2x 24 jam diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu
makan dengan

Kriteria Hasil :

 · BB meningkat
 · Mual berkurang / hilang
 · Tidak ada muntah
 · Pasien menghabiskan makan 1 porsi
 · Nafsu makan meningkat
 · Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
 · Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit
 · Tidak ada tanda – tanda malnutrisi

Intervensi :

a. Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan

b. Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan
susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.

c. Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai
gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.

Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.

d. Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

v Copyright © 2003 gemari.or.id designed by Gemari Online. Campak Alias Morbili Oleh :
Harun Riyanto

v Kategori Info Penyakit . Campak (Measles)

v http://m.okezone.com Jangan Anggap Remeh Campak

v Coprright @2008 TEMPOinteraktif. Campak

v Copyright @ indoskripsi. com launcehed at November 2007-200. Morbili Website hosting by


Ide Bagus

v Kapita Selekta kedokteran Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapus


ASKEP MORBILI/CAMPAK PADA ANAK

1. 1. PENGERTIAN

v Disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang
anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak
dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau
berpotensi menyebabkan kematian.

v Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien.

v Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat
campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah

1. 2. PENYEBAB

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak
juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah
tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

1. 3. DIAGNOSA

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

% Anamnesis

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.

2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.

3. Dapat disertai diare dan muntah.


4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,
ekimosis.

5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya)
dan belum pernah vaksinasi campak.

% Pemeriksaan fisik

1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.

2. Pada umumnya anak tampak lemah.

3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).

4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.

4. PATOFISIOLOGI
5. DIAGNOSA BANDING

1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar
di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Eksantema subitum. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. (Hassan.R. et al,
1985) Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari
roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan
keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak
melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi
serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena
obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak,
tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa
di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.

6. KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi
dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak :

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderta

mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) 7. Kejang demam (step)

5. Otitis Media (infeksi telinga) ` 8. Diare

6. Laringitis (infeksi laring)

7. PENGOBATAN
A. Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:

 Rawat jalan
 Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori

Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat


symtomatik, yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5 –
10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam – ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100
mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. – Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. – Mukolitik bila perlu –
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan
kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

o Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.

o Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

B. Campak dengan Penyulit :


- Menyingkirkan komplikasi
- Mengobati komplikasi bila ada
- Merujuk ke rumah sakit bila perlu

8. PENCEGAHAN

1) Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka
perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9
bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas

2) Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau
orang lain yang sedang demam.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

o Anak yang sakit.

o Orang tua.

b. Riwayat kesehatan

o Keluhan utama.

o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).


o Riwayat kesehatan lalu.

o Riwayat kesehatan keluarga.

 o Riwayat kehamilan (anak yang sakit).

o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).

o Riwayat nutrisi.

o Riwayat tumbuh kembang.

c. Pola aktivitas sehari-hari

o Nutrisi / minum : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Tidur / istirahat : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Kebersihan : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

o Eliminasi : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit

d. Keadaan umum : kesadaran, TTV

e. Pemeriksaan fisik

1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2) Kepala : sakit kepala

3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan

hidung ( pada stad eripsi ).

4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka,
lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).

6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan


e. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.

Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.

Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi/infeksi virus

b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Dx I : Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses


inflamasi/infeksi virus

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 jam diharapkan suhu badan pasien berkurang dengan

Kriteria hasil :

 · Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0 C


o · Bibir lembab
o · Nadi normal
o · Kulit tidak terasa panas
o · Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )

Intervensi :

1. Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh

Rasional : agar keluarga lebih kooperatif dalam terapi

b. Memberikan kompres dingin / hangat.

Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.

c. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan


d. Monitor perubahan suhu tubuh

Rasional : untuk mengetahui dan merencanakan intervensi selanjutnya

b. Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.

Rasional : antipiretik bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.

suhu tubuh agar tetap normal.

2) Dx II : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia

Tujuan : setelah dilakukan askep 2x 24 jam diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu
makan dengan

Kriteria Hasil :

 · BB meningkat
 · Mual berkurang / hilang
 · Tidak ada muntah
 · Pasien menghabiskan makan 1 porsi
 · Nafsu makan meningkat
 · Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
 · Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit
 · Tidak ada tanda – tanda malnutrisi

Intervensi :

a. Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan

b. Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan
susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.

c. Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai
gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.

Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.

d. Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

v Copyright © 2003 gemari.or.id designed by Gemari Online. Campak Alias Morbili Oleh :
Harun Riyanto

v Kategori Info Penyakit . Campak (Measles)

v http://m.okezone.com Jangan Anggap Remeh Campak

v Coprright @2008 TEMPOinteraktif. Campak

v Copyright @ indoskripsi. com launcehed at November 2007-200. Morbili Website hosting by


Ide Bagus

v Kapita Selekta kedokteran Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapus


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi
merupakan suatu cara yang efektif untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang
sehat, dengan tujuan utama untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satunya adalah penyakit campak yang
sering sekali menyerang anak di bawah usia lima tahun (http://www.Khalidatunnur dan Masriati
Maeta Bagian Epidemiologi FKM Unhas, 2007).
Di Negara berkembang, terutama di daerah pedesaan yang sulit dijangkau oleh pelayanan
kesehatan, khususnya dalam program imunisasi, sering terjadi wabah campak dengan angka
kematian tinggi. Program imunisasi campak di Indonesia sendiri dimulai pada 1982 dan masuk
dalam pengembangan program imunisasi. Keberhasilan Indonesia itu memberikan dampak
positif terhadap kecenderungan penurunan kejadian campak, khususnya pada balita dari
20,08/10000 – 3,4/10000 selama 1992-1997. Karena, masih banyak anak Indonesia yang belum
menerima imunisasi campak. Kelalaian untuk memberikan imunisasi campak pada balita telah
mengakibatkan lebih dari 15000 anak Indonesia terserang campak. Angka ini menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan penderita campak tertinggi di dunia
(http://www.Khalidatunnur dan Masriati Maeta Bagian Epidemiologi FKM Unhas, 2007).
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur
hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang
mendapatkan imunisai campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6-59 bulan dan masa SD (6-
12 tahun). Upaya imunsiasi campak tambahan yang dilakukan bersama imunisasi rutin terbukti
dapat menurunkan kematian karena campak sampai 48 %. Menurut Menkes, total 6.390.180
anak menjadi target program yang mencakup crash program campak dengan sasaran 3.675.817.
Anak umur 6-59 bulan dan catch up campaign campak dengan sasaran 2.715.363 anak SD /
sederajat kelas 1-6 (6-12 tahun). Diperkirakan lebih dari 30000 anak / tahun meninggal karena
komplikasi campak. Selain itu, campak berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau
wabah. Immunisasi adalah jalan utama untuk mencegah dan menurunkan angka kematian anak-
anak akibat campak. (http://www.imunisasi, 2007)
Angka kesakitan untuk penyakit campak dari 12 kasus yang ditemukan pada tahun 2001 (angka
kesakitan 81,65 per 100.000 penduduk) meningkat menjadi 14 kasus pada tahun 2002 (angka
kesakitan 98,82 per 100.000 penduduk). Angka ini meningkat menjadi 129,85 pada tahun 2003
karena terjadi 15 kasus, pada tahun 2004 angka temuannya meningkat dari 11.200 jiwa
penduduk sasaran terdapat 135 penderita sehingga angka kesakitan menjadi 1205,35.
peningkatan ini lebih disebabkan oleh karena bertambahnya jumlah sasaran penduduk di Kota
Metro dan penemuan kasus yang meningkat. Pada semester I tahun 2005 angka kematian kasus
meningkat menjadi 15,2 kasus dari 125.085 jiwa penduduk (angka kesakitan 1356,90) sampai
dengan semester II angka kesakitan campak menjadi 1713,98 per 100.000 penduduk. Pada
semester I tahun 2006 angka temuan kasus ditemukan 67 kasus dari 126.375 jiwa penduduk
(angka kesakitan : 241, 03 per 100.000 penduduk). Jumlah penderita campak yang tersebar di
wilayah layanan Puskesmas di kota Metro untuk semester I tahun 2007, angka temuan kasus
ditemukan 34 kasus dari 15.449 jiwa penduduk (angka kesakitan: 220,08 per 100.000 penduduk).
Angka kesakitan paling banyak terdapat di wilayah Puskesmas Iringmulyo sebanyak 13 kasus
dari 45 balita (Profil DinKes Kota Metro, 2007).
Hasil data yang didapat peneliti di Puskesmas Iringmulyo pada semester I tahun 2007 data angka
kesakitan campak dipuskesmas Iringmulyo pada bulan Januari ditemukan sebanyak 5 kasus,
Februari 2 kasus, Maret 1 kasus, April 1 Kasus, Mei 2 kasus, Juni 2 kasus (Laporan Bulanan
Puskesmas Iringmulyo, 2007). Hasil pra survei yang didapat peneliti di Puskesmas Iringmulyo
dari bulan Januari sampai Maret, angka kesakitan campak sebanyak 8 kasus dari 45 balita yang
telah mendapatkan imunisasi campak. Dari uraian di atas penulis ingin melihat pelaksanaan
imunisasi campak di Posyandu Kelurahan Iringmulyo Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo
Tahun 2008.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut : ”Bagaimanakah Pelaksanaan Imunisasi Campak di Posyandu Kelurahan Iringmulyo
Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo Tahun 2008?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan imunisasi campak di Posyandu Kelurahan Iringmulyo
Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo.

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui persiapan pelaksanaan imunisasi campak
a. Ditinjau dari persiapan alat imunisasi campak
b. Ditainjau dari teknik penyuntikan imunisasi campak
c. Ditinjau dari evaluasi setelah immunisasi campak

D. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Diskriptif
2. Subyek Penelitian : Petugas pelaksana imunisasi campak
3. Objek Penelitian : Pelaksanaan imunisasi campak
4. Lokasi Penelitian : Di Posyandu Kelurahan Iringmulyo Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo
Tahun 2008.
5. Waktu Penelitian : Pada tanggal 4-16 Juni 2008

E. Manfaat Penelitian
Dengan diperolehnya gambaran pelaksanaan imunisasi campak secara umum, maka penelitian
ini diharapkan dapat dimanfaatkan :
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Metro, sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
pelaksanaan imunisasi campak
2. Bagi Puskesmas Iringmulyo, sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan imunisasi campak
yang akan datang sesuai dengan pedoman .
3. Bagi Penulis, bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian tentang imunisasi campak.
SELENGKAPNYA di: TInjauan pelaksanaan imunisasi campak di posyandu kelurahan » askep
askeb | asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc

Senin, 13 Juli 2009

askep morbili / campak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBILI / CAMPAK


DI RUANG MAWAR RSUD SRAGEN

PROGRAM STUDI DIIIKEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN –NUR
PURWODADI – GROBOGAN
2008 / 2009
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
a. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium
inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)
b. Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang
terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
c. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium
kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
d. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium
kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)
e. Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
(Hardjiono, 2004:95)
f. Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal
yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)
g. Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan
dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153).
h. Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral,
stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211).
i. Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium : (1) stadium inkubasi
(2) stadium prodromal (3) stadium akhir. (Nelson, 1992 : 198).
j. Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47).

2. Etiologi
a. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus
virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC
dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan
daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
b. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak
(Ngastiyah, 1997:351)
c. Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal
hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak
selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan,
virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198)
d. Metode penyebaran sekresi nasopharingeal. (Smeltzer, 1992:1895)
e. Virus morbili terdapat dalam serkret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam
setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer, 200:417)
f. Penyakit campak disebabkan oleh morbili ditularkan melalui secret pernafasan atau udara.
g. Timbulnya wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan pendidikan, ekonomi,
pengasuhan anak dan poling dominan adalah faktor persepsi.
h. Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus campak menyerang dan memperbanyak diri diselaput
lendir saluran pernafasan bagian atas, masuk ke peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh.
Penyakit campak tidak ada obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat menaklukkan
penyakit campak.
i. Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat dan juga menimbulkan kecacatan atau kematian yaitu
virus morbili berat ringannya tergantung imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi morbili
dan tergantung pada keadaan ekonomi, gizi kurang.
(www.geocities.com)
j. Biasanya campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, tetapi orang-orang yang
belum pernah terkena penyakit ini dapat juga diserang berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)

3. Patofisiologi
Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi
terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan
beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir
nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).

4. Manifestasi Klinis
a. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis,
dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum
mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula
disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang montal. Mula-mula eritema timbul
di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah,
kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
c. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan
akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 :
625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair
dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak
seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gambaran klinis yang khas
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
d. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang
khas
e. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai
puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)
6. Komplikasi
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan
pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-
kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998
: 95)
g. TB Paru
h. Penyakit traktus respiratorius (Halim, 2000 : 17)

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau lainnya yang
anak sukai.
c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu
ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit tapi sering.
e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau eksantem
(campaknya keluar).
b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan sedativa
untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.
e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air hangat saja
dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine.
4) Risiko terjadi komplikasi
a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala. Dudukkan
anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama masih
demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak akan
mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
Pencegahan
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika tidak divaksinasi, anak akan
terkena campak, gamma globulin diberikan setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah
penyakit ini. (Thomson, 1995 : 884)

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari.
(Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata
merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi
(Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi
campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi,
2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap
penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
e. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional
Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam
model pola fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara klien dan lingkungan dan dapat
digunakan untuk perseorangan, keluarga, dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian
perilaku yang membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data. (Potter,
1996 : 15)
Pola-pola fungsional kesehatan Gordon
1) Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan, menggambarkan pola pemahaman klien tentang
kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik – Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai
gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa,
suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
3) Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit); termasuk
pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan
ekskresi.
4) Pola aktivitas – olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan
rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
5) Pola tidur – istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan
bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai
persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
6) Pola persepsi – kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu),
pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi persepsi
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas, menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas :
termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan
koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup.
(Potter, 1996 : 16)
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua
bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Potter, 2005 : 159)
Pengkajian fisik pada Rubeola :
a. Secara tipikal pada 3 hari dengan malaise dan demam tinggi.
b. Batuk, pilek, dan konjungtivitis terjadi dalam 24 jam. Gejala ini berangsur-angsur meningkat,
mencapai puncak dengan munculnya rash pada hari ke empat.
c. Kira-kira dua hari sebelum rash, bercak koplik muncul pada membran mukosa di mulut. Bercak
meningkat jumlahnya pada waktu 3 hari dan menyebar sampai membran mukosa seluruhnya. Ini
muncul pada akhir hari kedua setelah rash.
d. Rash muncul pertama pada area rambut dan kemudian menyebar dari kepala sampai kaki kira-kira 3
hari. Selama fase ini, demam tinggi, limfadenopati, dan faringitis, terjadi secara khas. Waktu rash mulai
berkurang melebihi 5 sampai 6 hari. Demam tetap terjadi 3 hari pada waktu adanya rash yang biasanya
oleh karena komplikasi.
(Aehlert, 2005 : 497 – 498)
4. Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a. Clinical Pathway
b. Fokus Intervensi
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
b) Infeksi tidak menyebar
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi.
Intervensi :
a) Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
b) Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
c) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
d) Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi.
e) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau lunak.
ningrumwidya77@gmail.com

Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat


- Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
2) Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
Hasil yang diharapkan :
a) Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
b) Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.
Intervensi :
a) Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab.
b) Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
c) Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal.
e) Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal.
3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
b) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
a) Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
b) Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c) Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
d) Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
e) Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus


Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
a) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
b) Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
c) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
e) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
f) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam.

5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut.
Hasil yang diharapkan :
a) Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
b) Keluarga mencari dukungan yang dibutuhkan.
Intervensi :
a) Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.
Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.
b) Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.
Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
c) Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.
Rasional : untuk mendorong sikap optimis.
d) Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.
Rasional : untuk menurunkan ansietas.
(Wong, 2003 : 668 – 669)
6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat
badan yang sesuai.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
7) Tak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress atau adanya proses infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi.
(Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575)
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
1. Karakteristik fisik
Ledakan pertumbuhan dimulai. Berbagai variasi masih normal, anak perempuan mungkin mulai
mengembangkan ciri seks sekundernya dan mulai menstruasi pada tahap ini. Usia awitan menstruasi
telah menurun pada dekade terakhir ini.
a. Berat badan anak bertambah 2 sampai 4 kg per tahun.
b. Tinggi badan pada usia 8 tahun, secara proposional lengan tumbuh lebih panjang daripada badan,
tinggi bertambah pada usia 9 tahun.
c. Gigi mulai menanggalkan gigi susu; memiliki 10 sampai 11 gigi permanen saat berusia 8 tahun dan
kira-kira 26 gigi permanen saat berusia 12 tahun.

2. Perkembangan motorik kasar


a. Umur 7 sampai 10 tahun aktivitas motorik kasar di bawah kendali keterampilan kognitif dan
kesadaran, secara bertahap meningkatkan irama, kehalusan, dan keanggunan gerakan otot,
meningkatkan minat dalam penyempurnaan keterampilan fisik, kekuatan dan daya tahan juga
meningkat.
b. Umur 10 tahun sampai 12 bulan tingkat energi tinggi dan peningkatan arah dan kendali dari
kemampuan fisik.
3. Perkembangan motorik halus
a. Menunjukkan peningkatan perbaikan keterampilan motoris halus karena bertambahnya mielinisasi
sistem saraf pusat.
b. Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordinasi mata tangan.
c. Dapat menulis daripada mengucapkan kata-kata saat berusia 8 tahun.
d. Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan perhatian khusus
seperti ; menjahit, membuat model, dan bermain alat musik.
e. Menunjukkan keterampilan motorik halus yang sama dengan orang dewasa adat berusia 12 tahun.
4. Perkembangan bahasa
a. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal.
b. Pemahaman terhadap pembicaraan mungkin tertinggal dari pengertiannya.
c. Tidak begitu egosentris dalam orientasi, dapat mempertimbangkan pandangan lain.
d. Mengerti kebanyakan kata-kata abstraks.
e. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, dan
kata depan.
f. Ikut memakai kalimat majemuk dan gabungan.
g. Kosa katanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini.
5. Perkembangan Psikososial (Industri vs inisiatif)
a. Tugas perkembangan
Belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat
kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah, anak berusaha agar berhasil di sekolah.
b. Krisis perkembangan
Anak dalam banya akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam
keberhasilan pencapaian tugas.
c. Bermain
Anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya (misal : kasti); permainan cenderung
memisahkan kedua lawan jenis; mainan rough and tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang
tidak terstruktur; minat pribadi, aktivitas, dan hobi berkembang pada saat ini.

d. Peran keluarga dan orang tua.


Orang tua menjadi figur yang kurang bermakna dalam arti sebagai agens untuk sosialisasi; hubungan
dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengeruh dominan dari orang tua yang ada sebelumnya;
orang tua masih merasa dan berespons sebagai otoritas utama; harapan dari guru, pelatih, dan para
tokoh keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak.

Anda mungkin juga menyukai