Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI

PENGERINGAN ZAT PADAT

DISUSUN OLEH :

1. Alifah Rizky Hefyani (061540411905)


2. Depera Agustin (061540411908)
3. Herlin Linia (061540411912)
4. Muhammad Sadikin (061540411919)
5. Susilo Eko Pebrianto (061540411925)
6. Zhelin Restiana (061540411592)
Kelompok : 3
Kelas : 7EGB

Instruktur : Ir. Mustain Zamhari, M.Si.

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI


JURUSA TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
PENGERINGAN ZAT PADAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat :
- Mengoperasikan alat pengering zat padat
- Memahami prinsip pengeringan zat padat
- Mengetahui berapa banyak air yang hilang setelah dikeringkan per
satuan waktu (perpindahan massa)

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat yang digunakan
- Termometer
- Termometer bola basah
- Plate dryer
- Water batch
- Neraca analitik
b. Bahan yang digunakan
- kayu

III. DASAR TEORI


. Pengeringan biasanya merupakan langkah akhir dari sederetan
operasi. Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau
zat cair dari bahan padat. Klasifikasi pengeringan meliputi pengeringan
adiabatik, non adiabatik, atau gabungan keduanya. Pengeringan adiabatik
dimana zat padat bersentuhan langsung dengan gas panas sebagai media
pengeringa. Pengering non adiabatik dimana perpindahan kalor langsung
dari medium luar atau pengering tak langsung.
Udara memasuki ruang pengering jarang sekali berada dengan
keadaan benar kering. Tapi selalu mengandung air dan kelembaban
relative. Air bebas adalah selisih antara kandungan air total didalam zat
padat dalam keadaan kering
X=Xt-X*
Dalam perhitungan kg menjadi pekalian adalah X, bukan Xt pada
basis kering.
X=kg H2O/kg zat padat kering tulang
Dengan berjalannya waktu, kandungan kebasahan akan berkurang
seperti contoh yang ditunjukan pada gambar A. Selanjutnya saat umpan
dipanaskan sampai suhu penguapan dan sesudah itu grafik menjadi linier.
Untuk kemudian melengkung lagi kearah horizontal dan akhirnya
mendatar. Lalu pengeringan menunjukkan laju pengeringan kemudian
melengkung kebawah.
Sesudah periode penyesuaian masing-masing kurva mempunyai
segmentasi horizontal AB kg dinamakan laju pengeringan periode konstan.
Periode ini diartikan oleh laju pengeringan yang tidak bergantung pada
kandungan kebasahan. Selama periode konstan, laju pengeringan
persatuan luas adalah :
ℎ(𝑇−𝑇𝑤)(3600)
RC= 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚 𝑚2
𝜁𝑤

Bila udara panas mengalir sejajar permukaan zat padat, maka


koefisien perpindahan panas (h):
H= 0,002040,8
Dimana : h= W/m C dan G= kg/jam m2
Humiditi volume udara panas dapat ditaksir dengan persamaan:
Vh=(2,8 X10-3 + 4,56 X10-3 H)T
Density udara (𝜌𝐺 )
1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑉 kg/m3
𝐻

Kecepatan massa
G= V 𝜌𝐺 kg/jam m2

Waktu pengeringan selama periode konstan


𝑚 𝑠(𝑋1 −𝑋2 )
Tc= 𝐴 𝑅𝐶

Bila difusi zat cair terkendali oleh laju pengeringan pada periode menurun,
maka saat laju pengeringan berkurang berlaku Hukum Ficks II tentang
difusi.
𝑉𝑥 𝑉2𝑥
=DL𝑉𝑍 2
𝑉𝑡

Bila diasumsi kandungan kebasahan terdistribusi merata pada saat t=0


maka integral.
Bila difusi dimulai dari X1=X2 maka persamaan menjadi
𝑋𝑐 𝑋 2 𝜋𝐷𝐿𝑡
= e
𝑋 8 4𝑍 2

Sehingga waktu pengeringan adalah


4𝑧 2 8𝑋
T=𝜋2 𝐷𝐿 𝑙𝑛 𝜋2 𝑋𝐶

IV. LANGKAH KERJA


a. Mengeringan zat padat dengan ukuran tebal tertentu dalam oven 2 jam
hingga tidak mengandung air lagi, mendinginkannya lalu
menimbangnya.
b. Merebus zat padat dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan
hingga suhu ruang meimbang beratnya
c. Selisih berat zat padat basah kering tulang dengan zat padat kering
adalah kadar air awal zat padat yang akan dikeringkan
d. Menyiapkan alat pengering, menghidupkan blower dan elemen
pemanas hingga suhu konstan 70C
e. Mencatat suhu bola basah udara masuk ruang panggang menentukan
dew point udara dengan menggunakan humidity chart
f. Mencatat relative humidity setiap 15 menit
g. Mengeluarkan zat padat dari oven lalu menimbang beratnya.

V. DATA PENGAMATAN
a. pengukuran temperatur
H
T(menit) T(kering) T(basah)
(kg/kg dry air)
0 40 30 0,0015
15 40 31 0,0015
30 40 30 0,0019
45 40 30 0,002
60 40 31 0,0032
b. Berat zat padat
Massa (gr)
No.
Berat awal Berat sesudah direndam Berat setelah dryness
1. 149,93 161,75 155,19
2. 185,95 196,76 185,39
3. 182,01 199,47 188,3

VI. PERHITUNGAN
Sampel 1
- Kadar air awal zat padat (kayu)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
161,75 𝑔𝑟−149,93 𝑔𝑟
= x 100 %
149,93

= 7,88 %
- Kadar air setelah pengeringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑟𝑦𝑛𝑒𝑠𝑠−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
155,19 𝑔𝑟−149,93 𝑔𝑟
= x 100 %
149,93

= 3,5 %

Sampel 2
- Kadar air awal zat padat (kayu)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
195,76 𝑔𝑟−185,95 𝑔𝑟
= x 100 %
185,95

= 5,81%
- Kadar air setelah pengeringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑟𝑦𝑛𝑒𝑠𝑠−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
186,32 𝑔𝑟−185,95 𝑔𝑟
= x 100 %
185,95

= 0,2 %
Sampel 3
- Kadar air awal zat padat (kayu)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
199,47 𝑔𝑟−182,01 𝑔𝑟
= x 100 %
182,01

= 9,592 %

- Kadar air setelah pengeringan


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑟𝑦𝑛𝑒𝑠𝑠−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Kadar air = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
188,3 𝑔𝑟−182,01 𝑔𝑟
= x 100 %
182,01

= 6,29 %

VII. ANALISA PERCOBAAN


Istilah pengeringan pasti berkaitan dengan pengurangan kadar air
yang terkandung dalam suatu zat. Pada praktikum kali ini dilakuka
percobaan pengeringan zat padat beruoa kayu menggunakan oven untuk
melihat pengurangan kadar air yang terjadi. Kayu yang awalnya sengaja
direndam terlebih dahulu untuk kemudian dilakukan pengeringan. Oven
yang disetel pada suhu 70oC akan digunakan untuk melihat pengurangan
kadar air yang terjadi pada kayu. Setelah melakukan praktikum dapat
dilakukan analisis terhadap presentasi kadar air yang diserap.
Pada saat melakukan percobaan, ada parameter yang harus
diperhatikan diantaranya adalah kelembaban, laju, jenis bahan, waktu, dan
suhu.
Dari pengamatan, semakin lama waktu yang digunakan untuk
mengeringkan, kandungan air yang didalam padatan akan menguap dan
saat kondisi tertentu, humidity akan konstan dan kembali menurun
dikarenakan berkurangnya kadar air dalam bahan padat. Untuk
mengetahuinya, dapat dilakukan dengan pemisahan terhadap humiditi dan
free moisture yaitu dengan mencatat relative humidity setiap 15 menit
untuk mengetahui suhu udara keluar pengering.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk menentukan kadar
air yang terserap dapat dianalisa bahwa hampir 50% air hilang dan terbawa
menuju flue gas oven. Dengan waktu yang diberikan untuk pengeringan
menunjukkan keefektifan oven menyerap air yang terkandung dalam kayu
terbilang tinggi karena dapat menyerap air sehingga membuat kayu
menjadi kering.
Dari analisa inilah dapat dilihat bahwa waktu sangat berpengaruh
terhadap proses pengeringan, karena semakin lama waktu pengeringan
diberikan akan menunjukkan tingkat kekeringan kayu yang tinggu juga.
Selain itu, suhu oven juga sangat berpengaruh terhadap proses penguapan
air dalam kayu. Air yang menguap di 100oC menjadi tolak ukur kita
menentukan suhu yang harus dipakai untuk proses pengeringan.

VIII. KESIMPULAN
- Parameter yang harus diperhatikan adalah kelembaban udara, laju, jnis
bahan, waktu dan suhu
- Waktu pengeringan semakin lama maka kandungan uap air dalam
bahan semakin kecil
- Relative humidity dicatat tiap 15 menit untuk mengetahui suhu udara
keluar ruang pengering
- Kadar air yang terserap oven hampir mencapai 50%
DAFTAR PUSTAKA

Tim laboratorium satuan operasi teknik kimia. 2017. Jobsheet penuntun


praktikum satuan operasi. Palembang : Polsri

Anonim. 2018. Pengeringan kayu, (online).


http://www.wikipedia.com/pengeringan-kayu/

Anda mungkin juga menyukai