Kelompok 3:
Dosen Pembimbing
Ir. Sahrul Effendy, M.T .
JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI D IV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
Energi Baru
4
Pengembangan dan Pemanfaatan
3 Pilar Utama Percepatan,
SDM YANG
KOMPETEN
2
EBT
TEKNOLOGI YANG
MEMADAI
3
PROSES BISNIS YANG
1
EFEKTIF
Peraturan Pendukung
Energi Baru Terbarukan
1. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pasal
20 ayat (3) mengamanatkan bahwa penyediaan energi baru
dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional, Pasal 9 mengamanatkan bahwa
peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23%
tahun 2025 dan paling sedikit 31% tahun 2050 sepanjang
keekonomiannya terpenuhi;
Peraturan Pendukung
Energi Baru Terbarukan
3. Peraturan Presiden Nomor 4/2016 tentang Percepatan Infrastruktur
Ketenagalistrikan, Pasal 14 mengamanatkan bahwa pelaksanaan
percepatan infrastruktur ketenagalistrikan mengutamakan pemanfaatan
energi baru dan terbarukan. Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah
Daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian insentif fiskal,
kemudahan Perizinan dan Nonperizinan, penetapan harga beli tenaga
listrik dari masing-masing jenis sumber energi baru dan terbarukan,
pembentukan badan usaha tersendiri dalam rangka penyediaan tenaga
listrik untuk dijual ke PT PLN (Persero), dan/atau penyediaan subsidi.
Tahun 1986 di
Telah dibuat rencana penelitian bahan bakar itu melalui
1 lingkungan Kementerian Tidak terealisasikan
program Rusnas (Riset Unggulan Strategis Nasional.
Riset dan Teknologi
Membuat lembar
Pengembangan bahan-bahan elektroda pada fuel cell polimer dan
seperti polimer dan karbon aktif dilakukan oleh Puslit merakitnya menjadi
Tahun 2001, di
3 Fisika dan Metalurgi LIPI serta Batan. Namun, Puslit satu stack untuk
Bandung
Fisika Terapan LIPI juga mengembangkan teknik pembangkit listrik 50
konversi energi watt dan untuk 7
stack.
Saat ini, oleh para Prototype skala laboratorium pembangkit listrik tenaga (PLT)
peneliti yang tergabung Fuel Cell dengan kapasitas 500 watt untuk pemakaian di
4 Terealisasikan
dalam konsorsium Fuel rumah tangga secara parsial di berbagai lembaga penelitian
Cell Indonesia (FCI). seperti LIPI, BPPT, Batan, ITB, UI, Lemigas maupun PLN.
Nuklir
Biooil
- Biokerosin - Pengganti minyak Minyak nabati (straight vegetable oil): Kelapa
tanah Sawit, Kelapa
- Minyak bakar - Pengganti IDO Biomass melalui proses pirolisis dan PPO (Pure
(Industrial Diesel Plant Oil)
Oil)
30.893.586 Ha
Terdapat 30 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HTI) seluas
± 1.158.854 Ha yang mendukung pembangunan Hutan Tanaman Energi
(HTE) :
•
IUPHHK-HTI yang sejak awal untuk energi sebanyak 4 Izin dengan luas ±
73.440 Ha.
•
IUPHHK-HTI yang sudah berkomitmen untuk energi sebanyak 26 Izin
dengan luas ± 1.085.414 Ha.
•
1-5% Total EBT (23,1% s/d 2020) diupayakan dialokasikan dari HTE
Potensi Biomassa Hutan untuk Listrik: 50 – 70
GW
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016
Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit
untuk Listrik
Cangkang Serat Tandan Buah Kosong Palm Oil Mill Efluent (POME)
Kebun kelapa sawit memberikan kontribusi terhadap Pemanfaatan limbah kelapa sawit yang dihasilkan
penyerapan CO2. Kebun sawit mampu menyerap Pabrik untuk memenuhi kebutuhan energi khususnya
Kelapa Sawit listrik pada PKS itu sendiri dan/atau dijual
13,7 ton CO2 per ha, di sisi lain unit usaha kelapa
langsung ke masyarakat atau PLN
sawit menghasilkan 3,6 ton CO2 per ha yang
sebagian besar berasal dari Palm Oil Mill Effluents
(POME)
(Joko Supriyono – ketua Gapki)
Peta Potensi Biomassa untuk
Pembangkit Listrik (GWe)
Gas
23%EBT 92,2 GW
5. PLT Surya, 6,5
GW
PLT Angin, 1,8
Bauran
6.
MTOE GW
EBT 7. PLT EBT lainnya,
3 GW
23,0 13,69*)
Biofuel
~ 400 MTOE
juta kilo liter
489,8
Minyak Biogas juta m3
46,0
CBM
Batubara mmscfd
*) tidak termasuk biofuel untuk pembangkit
listrik sebesar 0,7 juta kL tahun 2025
23%
23%
Strategi dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan
STRATEGI
Bauran Energi Primer dalam %
Bauran
2016 2017 2018 2019 2020 2025
Energi
Minyak 35% 34% 32% 31% 29% 25%
1. Mewujudkan birokrat bersih,
Gas 21% 21% 21% 21% 21% 22% akuntabel, efektif, efisien dan
Batuba
33% 34% 35% 36% 36% 30%
melayani;
ra 2. Melengkapi regulasi;
EBT 10% 11% 12% 13% 14% 23%
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3. Menyederhanakan perizinan
dan non perizinan;
4. Menyediakan insentif;
Kapasitas PLT EBT dalam MW 5. Meningkatkan koordinasi
Jenis
2016 2017 2018 2019 2020 2025
dengan Kementerian/ Lembaga,
PLT Pemda dan Asosiasi;
PLTP 1.654 1.909 2.133 2.520 3.109 7.241
17.98
6. Menggalakkan kampanye
PLTA 4.872 4.929 5.103 5.468 5.615 hemat energi;
7
PLTM/M 7. Memperbaharui data potensi
H
231 314 520 815 1.000 3.000 + 36,3 GW LISTRIK
EBT;
PLT Bio 1.802 1.881 2.030 2.200 2500 5.500
8.
EBT 10jejaring
DALAM
Memperkuat TAHUN kerja;
PLTS 108 225 375 550 900 6.500
PLT
RATA-RATA PER
4 74 204 399 600 1800
Bayu TAHUN 3,6 GW
EBT
809,8
1.232
1.675 2.059 2.433 3.125 DIBUTUHKAN ± Rp.
lain *) ,6
*) EBT
9.478, lain terdiri
10.56 12.04dari arus16.15
14.01 laut dan45.15
energi baru. 1.600 triliun
Harga Jual Listrik berdasarkan Permen ESDM No.
12 Tahun 2017
Jenis Tarif Listrik
No Kapasitas Keterangan
Pembangkit (cent USD/kWh)
BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
1. PLTP
B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
PLTS min 15 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
2.
Fotovoltaik (total paket) BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional,
≤ 10 MW 85% BPP Setempat
faktor kapasitas min 65%
3. PLTA
BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional,
> 10 MW 85% BPP Setempat
beroperasi sesuai kebutuhan sistem
85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
≤ 10 MW
4. PLTBm BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
> 10 MW B to B Kesepakatan para Pihak
85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
≤ 10 MW
5. PLTBg BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
> 10 MW B to B Kesepakatan para Pihak
BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
6. PLTSa
B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
7. PLTB min 15 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
(total paket) BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
Potensi & Investasi
Pengembangan EBT BPP setempat
cent$/kWh
POTENSI EBT
Giga Watt (GW)
100% BPP
setempat
14,18 12,41
12,05 10,55
2
PLTS Tersebar (LTSHE) PLTS Terpusat + Rooftop PLTM/H (6 unit**); di 4
(6 Prov)*) (59 unit; di 17 Provinsi, 59 desa) Provinsi; 6 desa)
Transportasi Non 15% 20% 30% 30% Transportasi Non 2% 5% 10% 20%
PSO PSO
Industri dan 15% 20% 30% 30% Industri dan 2% 5% 10% 20%
Komersial Komersil
•
Pengelolaan sampah untuk energi listrik;
0,907 (201
•
Penerapan konservasi energi di sektor industri, bangunan
gedung dan rumah tangga.
Tantangan
• Jangka pendek 1-3 tahun: mendorong PLT Bioenergi (PLTBg 1000MW, PLTBm 1000MW), PLTS (5000MW)
dan PLTB;
Berperan aktif dalam
Mengembangkan sektor
mendorong pemanfaatan
litbang;
EBTKE;
Inovasi teknologi (mengurangi
Sebagai penerima manfaat
ketergantungan asing); Community ikut berkontribusi dalam
Rekomendasi regulasi
menjaga keberlanjutan
teknis/standard
pemanfaatan EBTKE;
Capacity building.
Ikut berkontribusi dalam
diseminasi informasi
pemanfaatan EBTKE.