Anda di halaman 1dari 13

PAPER TEORI AKUNTANSI

Persistensi Laba

Dalam Komponen Basis Akrual dan Komponen Basis Kas

OLEH :

Geni Setyawati

1510536019

PROGRAM S1 INTAKE

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017
ABSTRAK

Geni Setyawati. ( 1510536019 ). Persistensi Laba Dalam Komponen Basis Akrual


dan Komponen Basis Kas

Dosen : Elvira Luthan

Paper ini bertujuan untuk mengetahui laba, tujuan pelaporan laba dan persistensi
laba. Dimana laba dibagi kedalam dua komponen yaitu, komponen akrual dan
komponen arus kas. Komponen basis akrual yaitu laba yang berasal dari konsep
pencatatan akrual sedangkan komponen basis kas adalah laba yang berasal dari
transaksi yang telah mengalami aliran kas.

Hasil dari paper ini adalah dapat membandingkan antara persistensi laba
komponen akrual dengan persistensi laba komponen arus kas.

Kata Kunci : Laba, Persistensi Laba, Komponen Basis Akrual, Komponen Basis
Kas
PENDAHULUAN

Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan


Keuangan (KDPPLK) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi (IAI,
2009). Agar pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat,
maka informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan juga harus
tepat dan bermanfaat.

Dalam praktiknya fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran kinerja atau


prestasi management perusahaan. Produk akuntansi yaitu laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan tolak ukur secara jelas terhadap prestasi perusahaan.
Banyak faktor dalam laporan keuangan yang dapat menjadi tolak ukur, salah satu
faktor yang digunakan adalah pengukuran income atau laba.

Laba merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan dan dikurangi


biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Laba tidak hanya digunakan
untuk menilai kinerja suatu perusahaan tetapi juga digunakan dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi. Oleh karena itu informasi laba akan dapat meramalkan
kekuatan laba masa depan ( future earning power ).
Paper mengenai persistensi laba komponen akrual dan komponen arus kas
penting untuk dibahas. Hal ini terkait dengan kemampuan bertahan suatu laba
(persistence) yang nantinya akan mempengaruhi para pengguna laporan keuangan
dalam mengambil keputusan yang tepat, seperti investasi yang dilakukan investor
untuk mendapatkan return saham. Investor tentu mengharapkan laba saat ini yang
mampu menggambarkan laba masa depan, sehingga paper ini dibahas untuk
mengetahui kekuatan laba atau persistensi laba antara komponen laba akrual dengan
komponen laba arus kas. Sehingga saya tertarik untuk membahas paper dengan judul:

“ Persistensi Laba Dalam Komponen Basis Akrual dan Komponen Basis Kas”
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laba ( Income )


Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut
pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya
tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi
berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,
biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi (Commite On
Terminology, Sofyan Syafri H : 2003).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Besar dan kecilnya laba
yang di peroleh suatu perusahaan menunjukkan kinerja/prestasi perusahaan tersebut.
Dengan demikian, laba dapat dimaknai dan di interpretasikan sebagai pengukur
efisien oleh investor dalam bentuk return on investment (ROI) (Suwardjono:2005).

FASB (financial Accounting Standards Board) menyatakan bahwa informasi


laba yang di hitung dengan dasar akrual biasanya bias menunjukkan informasi
prestasi yang lebih baik dibanding dengan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas (arus kas), sehingga laba dapat di interpretasikan sebagai alat untuk
mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau pemakai lain dalam menilai kinerja
perusahaan (Suwardjono:2005).

Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban


(termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada
penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih (Ikatan Akuntan Indonesia : 2007).

B. Tujuan Pelaporan Laba


Kandungan informasi dalam laba akuntansi mempunyai keunggulan dan
manfaat, seperti yang dikemukakan oleh FASB dalam SFAC No.1 sebagai berikut
informasi tentang earnings perusahaan dari komponen - komponen yang diukur
dengan dasar accrual accounting, umumnya menyediakan indikasi yang terbaik
tentang kinerja perusahaan daripada informasi tentang penerimaan dan pembayaran
cash sekarang ( current cash receipts and payments ).
Dalam kenyataannya, para pemakai mempunyai konsep laba dan model
pengambilan keputusan yang berbeda - beda. Apapun pengertian dan cara
pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat
digunakan antara lain sebagai ( Suwardjono:2005) :
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kepemilikan atas investasi ( rate of return on
invessted capital ).
b. Pengukuran prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat engendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.

C. Kualitas Informasi Laba


(M.Yusuf:2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam
kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba
ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu
pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang
menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan
pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi
hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan
datang.
(Hendriksen:1992) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan
mengukur laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut
meliputi:
1. Konsep Laba pada Tingkat Sintaktik (Struktural)
Pada tingkat sintaktik konsep income dihubungkan dengan konvensi
(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan
konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua
pendekatan pengukuran laba (income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu:
Pendekatan Transaksi dan Pendekatan Aktiva.
2. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)
Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam
usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi
(accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi.
Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba
sebagai Alat Ukur Efisiensi.
3. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna
laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa
reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari
investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi
umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang
dilaporkan.

D. Konsep Laba Akuntansi


Menurut Belkaoui definisi tentang laba itu mengandung lima sifat yaitu :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu
timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik”laba itu, artinya merupakan
prestasi perusahaan pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentang pa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching, artinya hasil dikurangi biaya
yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui,


1993):
1. Laba akuntansi teruji dalam sejarah dimana pemakai laporan keuangan masih
mempercayai bahwa laba akuntansi masih bermanfaat untuk membantu
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji
kebenarannya, karena didasarkan pada transaksi/fakta aktual, yang didukung
bukti obyektif.
3. Atas dasar prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi
memenuhi kriteria konservatisme. Artinya, akuntansi tidak mengakui
perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi (realized
gains).
4. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama
pertanggungjawaban manajemen.

Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi


yang sekarang berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba
akuntansi mempunyai beberapa kelemahan berikut :
a. Laba akuntansibelum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba
tersebut secara intuitif dan ekonomi bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham
biasa atau residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran
laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatanatasan
(inkonsistensi) antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum
belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan
lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan
yang mendesak.
Perbandingan antara Laba Akuntansi dan Laba Ekonomik (Suwardjono:2005) :
Aspek Pembeda Laba Akuntansi Laba Ekonomik
Sudut pandang pemaknaan Perekayasaan akuntansi, Pemegang saham
penyusunan standar, atau
penyusunan statemen
keuangan
Dasar pengukuran Kos historis Kos kesempatan, nilai
pasar, nilai likuidasi
Pengertian “ekonomik” Kelayakan ekonomi Penilaian ekonomik jangka
jangka panjang pendek
Makna depresiasi Alokasi kos Penurunan nilai ekonomik
Unit pengukur Rupiah nominal Daya beli
Sasaran pengukuran atau Laba uaang/nominal Laba real
sifat laba
Konsep dasar yang Kontinuitas usahaa, asas Likuidasi, nilai tunai
melandasi akrual
Fungsi aset Sisa potensi jasa Simpanan/sediaan nilai

E. Persistensi Laba
Informasi tentang laba (earnings) yang tercantum dalam laporan keuangan
mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba
sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pembagian bonus manajer dan
karyawan, mengukur kinerja atau prestasi manajemen dan dasar penentuan besarnya
pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu laba yang ditunjukan haruslah berkualitas,
yaitu laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa
depan (Penman, 2001).
Definisi persistensi laba menurut Scott (2009) adalah revisi laba yang
diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang diimpikasikan oleh
inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham.
Persistensi laba seringkali dikategorikan sebagai salah satu pengukuran kualitas
laba karena persistensi laba mengandung unsur predictive value sehingga dapat
digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian
di masa lalu, sekarang dan masa depan. Predictive value adalah salah satu
komponen relevansi selain feedback value dan timeliness. Relevansi adalah salah
satu karakter kualitatif laporan keuangan persistensi laba mencerminkan kualitas
laba perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba
dari waktu ke waktu. Laba yang berkualitas adalah laba yang mencerminkan
kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh
komponen akrual dan aliran kasnya.

F. Pelaporan Laba
1. Komponen Basis Akrual
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 19 (IAI,
2009 mengharuskan setiap perusahaan publik untuk menyampaikan laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawabannya, untuk memberikan informasi
mengenai posisi dan kinerja keuangan perusahaan bagi pembaca laporan keuangan.
Prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan prinsip akrual
(kecuali dalam beberapa hal tertentu masih menggunakan basis kas). Dengan dasar
ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna
tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas
tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang
merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan
keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya
yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Hans (2012) dasar akrual berarti sesuatu transaksi atau kejadian
yang dibukukan dan dilaporkan pada saat terjadinya dan mempunyai dampak atas
sumber daya dan /atau kewajiban suatu entitas dan tidak semata-mata berdasarkan
saat terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas atau setara kas.
2. Kompone Basis Arus kas
a. Pengertian Laporan Arus Kas
Menurut Rudianto (2009) laporan arus kas adalah suatu laporan
tentangaktivitas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di dalam suatu
periode tertentu, beserta penjelasan tentang sumber-sumber penerimaan dan
pengeluaran kas tersebut.
PSAK No 2, paragraf 5 (IAI, 2009) memberikan definisi bahwa arus kas
adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas. Kieso (2008) menyatakan
bahwa kas sebagai aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran
standar dan dasar pengukuran dan serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya.

b. Tujuan Laporan Arus Kas


Menurut Kieso (2010) tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk
memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama
satu periode. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan informasi tentang
kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan entitas tersebut atas dasar kas.
Menurut PSAK No.2 Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
menilai kebutuhan kas entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Manfaat
laporan arus kas yaitu memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur
keuangan (likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah
serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan
peluang. Menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dan arus kas masa depan (future cash flow) dari
berbagai perusahaan. Serta meningkatkan daya banding pelaporan kinerja
operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan
perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
PSAK No 2, menjelaskan tujuan informasi arus kas adalah memberikan
informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan
melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, maupun pendanaan (financing) selama satu periode
akuntansi.
c. Klasifikasi Arus Kas
Menurut Kieso (2010) laporan aruskasmeng- klasifikasikan penerimaan
kas dan pembayaran kas berdasarkan kegiatan operasi, investasi, dan
pembiayaaan. Karakteristik transaksi dari peristiwa lainnya dari setiap jenis
kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Operasi
Melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan
laba bersih, serta penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta
pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh
persediaan serta membayar beban.
2) Kegiatan Investasi
Umumnya melibatkan aktivitas jangka panjang dan mencakup (a)
pemberian serta penagihan pinjaman, dan (b) perolehan serta pelepasan
investasi dan aktiva produktif jangka panjang.
3) Kegiatan Pembiayaan
Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta
mencakup (a) perolehan kas dari kreditor dan pembiayaan kembali pinjaman,
serta (b) perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian
atas, dan pengembalian dari, investasinya.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persistensi laba adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan,


memprediksi serta dapat menggambarkan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai
satu periode laba dimasa yang akan datang.

Didalam pelaporannya, terdapat dua komponen laba, yaitu komponen laba


berbasis akrual dan komponen laba berbasis kas.

Persistensi laba dalam komponen laba berbasis akrual yaitu kemampuan laba
perusahaan sekarang yang akan sulit bertahan pada masa depan karena komponen -
komponen akrual bersifat estimasi, transitoris, adanya alokasi dan keputusan
manajemen lainnya yang bersifat subjektif. Serta laba berbasis akrual ini juga
dihasilkan dari kebijakan akuntansi untuk mengakui sebuah transaksi ekonomi
sebagai laba ( baik pendapaatn atau beban ) tanpa aliraan kas terlebih dahulu.

Persistensi laba dalam komponen laba berbasis kas yaitu kemampuan laba
perusahaan sekarang yang memiliki peluang besar untuk tetap bertahan pada masa
depan karena sebagian besar labanya berasal dari komponen - komponen arus kas
yang telah terjadi dan dari transaksi yang telah mengalami aliran kas.

B. Saran

Setiap pihak menginginkan laba yang sebesar- besarnya dari apa yang mereka
kerjakan, terutama bagi para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditur.
Dan sebagai mahasiswa yang mempelajari akuntansi, kita harus bisa memahami
konsep laba menurut beberapa pihak karena adanya perbedaan dalam pendapat, cara
menghasilkan laba dalam praktek kinerja, serta dalam memprediksi atau
menggambarkan kekuatan laba sekarang sampai periode masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Alih Bahasa Marwata
S.E., Akt, Salemba Empat, Jakarta.
Dwi, Martani. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Salemba Empat.
Hans, Kartikahadi, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS.
Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Safri, 2003. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Jogiyanto, Hartono. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi Kesepuluh).
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2010. Akuntansi
Intermediate, Terjemahan Emil Salim, Jilid 3, Edisi Keduabelas, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Lovelinez, Briliane dan S. Nurwahyuningsih Harahap. 2012. Pengaruh Keandalan
Akrual pada Persistensi Laba dan Harga Saham. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) XV Banjarmasin.
Penman, Stephen H. 2001. Financial Statement Analysis and Security Valuation.
Singapore: Mc Graw Hill.
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III).
Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai