Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kedokteran gigi tidak hanya membahas gigi geligi tetapi meluas ke

rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit

jaringan lunak pada rongga mulut dewasa ini, menjadi perhatian serius para ahli

terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang disebabkan kanker yang ada

di rongga mulut khususnya pada negara-negara berkembang di Asia. Salah satu

penyakit jaringan lunak pada rongga mulut adalah lesi putih yang merupakan lesi

jaringan lunak yang relatif sering terjadi dan dapat berubah menjadi lesi ganas

khususnya jika keadaan ini persisten di dalam mulut (Holmstrup dkk, 1992).

Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut sering kali didiagnosis

berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering

kali cara tersebut tidak tepat dan mengarah ke diagnosis yang tidak tepat sehingga

penatalaksanaannya pun tidak tepat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena

lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai kemiripan manifestasi klinis

antara satu kelainan dengan kelainan lainnya (Saranath dkk,1991).

Ketepatan pemeriksaan klinis memerlukan proses pendeskripsian lesi yang

akurat untuk mengidentifikasikan penyakit pada jaringan lunak rongga mulut

maupun kulit, karena kebanyakan kelainan yang menyerang jaringan lunak rongga

mulut juga menyerang kulit. Identifikasi lesi secara tepat membutuhkan

1
2

pemahaman tentang anatomi jaringan lunak rongga mulut dan lesi-lesi dasar

(Holmstrup dkk, 1992).

Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila

dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian

diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan

sebagian masyarakat di kawasan Asia. Mukosa rongga mulut merupakan bagian

yang paling mudah mengalami perubahan, karena lokasinya yang sering

berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula mengalami iritasi

mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering terjadi akibat adanya

kelainan sistemik. Perlu diingat bahwa kelainan yang terjadi pada umumnya

memberikan gambaran yang mirip antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga

dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu,

diperlukan diagnosis banding, karena di antara kelainan yang terjadi ada yang

berpotensial menjadi maligna (keganasan). Pemahaman mengenai pentingnya

pendekatan patologik akan meningkatkan kemampuan para dokter gigi pada era

globalisasi (Saranath dkk,1991).

B. Rumusan Masalah

Apakah pemeriksaan yang tepat dapat mengetahui diagnosa dan perawatan

yang dilakukan

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tumor ganas dan faktor etiologi serta predisposisinya.

2. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, dan gambaran klinis dari

tumor ganas rongga mulut.


3

D. Manfaat

Anda mungkin juga menyukai