Anda di halaman 1dari 9

Jokowi Minta Luhut Evaluasi Proyek Kereta Cepat Jakarta

Bandung
Reporter:

Antara
Editor:

Dewi Rina Cahyani

9 Januari 2018 05:22 WIB

56165

Demi menunjang Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), proyek kereta cepat yang semula hanya
menghubungkan Jakarta - Bandung akan diperpanjang sampai Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar


Pandjaitan akan mengevaluasi proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang hingga
saat ini belum juga terealisasi. Proyek kereta cepat ini telah groundbreaking sejak
2016.
Ads by AdAsia
Luhut seusai rapat pimpinan Kemenko Kemaritiman untuk awal tahun anggaran
2018 di Jakarta, mengatakan evaluasi akan dilakukan dalam satu bulan ke depan
untuk mengetahui masalah yang menjadi kendala proyek tersebut.

"Sekarang saya mau evaluasi, saya disuruh evaluasi. Presiden ingin tahu, kenapa.
Pokoknya saya mau dalam satu bulan ini sudah dapat bentuknya, ini gimana, apa
yang terjadi," katanya Senin, 8 Januari 2018.

Mantan Menko Polhukam itu mengaku diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo
untuk melakukan evaluasi proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Ia diminta
melakukan evaluasi bersama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Thomas Lembong dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

ADVERTISEMENT

Meski belum bisa mengatakan indikasi kendala yang membuat proyek kereta cepat
pertama itu belum juga terealisasi, Luhut mengatakan rencananya proyek tersebut
akan terhubung dengan Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat.

"Presiden sudah minta evaluasi, kereta cepat Jakarta Bandung mungkin sampai
Kertajati. Karena kalau sudah sampai di situ, 200 km, mungkin `reasonable` (wajar)
biayanya," katanya.

Dengan evaluasi tersebut, Luhut mengaku proyek tersebut akan berada di bawah
koordinasi Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman karena masuk ranah
program kementerian di bawah koordinasinya.

"Kira-kira begitu, karena ini kan masalah perhubungan, di bawah saya juga,"
katanya menegaskan bahwa Kementerian Perhubungan ada di bawah koordinasi
kementeriannya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seusai rapat koordinasi di Kemenko


Kemaritiman Jakarta, Senin sore, mengatakan evaluasi dilakukan sebagai upaya
pemerintah mendapatkan solusi atas proyek yang belum juga terealisasi itu.

ADVERTISEMENT

Menurut Budi, mengenai tenggat waktu penyelesaian proyek kereta cepat Jakarta
Bandung akan dibahas dalam rapat Selasa, 9 Januari 2018 di Kemenko Maritim.
Ada pun terkait rute baru transportasi massal itu yang nantinya akan terhubung ke
Bandara Kertajati memang telah direncanakan sebelumnya. Sementara itu, kereta
cepat tidak akan terhubung dengan Pelabuhan Patimban yang lebih banyak
melayani logistik.
"Idenya malah bagaimana agar Bandara Kertajati dan Bandara Soekarno Hatta itu
linked (terhubung), jadi orang punya pilihan. Dan memang direncanakan satu
waktu Jakarta dan Bandung jadi mega metropolitan. Jadi kita sudah siapkan
Kertajati ke Halim bahkan mungkin ke Soekarno Hatta," ujarnya

https://bisnis.tempo.co/read/1048484/jokowi-minta-luhut-evaluasi-proyek-kereta-cepat-jakarta-
bandung

 Home
 Bisnis
 Ekonomi

Ini Cerita Awal Proyek Kereta Cepat Jakarta-


Bandung
Oleh Septian Deny pada 12 Feb 2016, 19:01 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Sejak kembali diwacanakan pada tahun lalu, proyek


pembangunan kereta cepat banyak menimbulkan pro dan kontra. Saat ini, meskipun
telah groudbreaking pada 21 januari 2016, kelanjutan proyek tersebut masih harus
menunggu terbitnya izin konsesi dan izin pembangunan dari Kementerian
Perhubungan (Kemenhub).

Direktur Transportasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional


(PPN)/Bappenas Bambang Prihartono mengatakan, sebenarnya kereta cepat ini
bukan proyek baru. Rencana pembangunan proyek ini telah ada sejak 2008, namun
dengan rute Jakarta-Surabaya. Proyek tersebut digagas oleh Bappenas bersama
dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Kereta cepat sudah disiapkan sejak 2008, tetapi rute Jakarta-Surabaya. Ini
dirancang Bappenas dan Kemenhub. Tapi karena pertimbangan politis dan dana
yang dibutuhkan besar, sementara pemerintah saat itu membutuhkan dana untuk
kegiatan-kegiatan lain, jadi proyek belum diimplementasikan," ujarnya di Jakarta,
Jumat (12/6/2016).

BACA JUGA

 Menhub Jonan Tegaskan Tak Ada Jaminan Finansial Buat Kereta Cepat
 RI Rawan Bencana, Kajian Proyek Kereta Cepat Harus Sempurna

 Bos LEN Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tetap Operasi 2019


Kemudian, lantaran untuk membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya dibutuhkan
dana yang sangat besar, maka Bappenas mengubah rute menjadi Jakarta-Bandung.
Pemilihan dua kota tersebut pun tidak semata-mata soal dana. Dengan membangun
rute Jakarta-Bandung, Bappenas menghitung akan terjadi peningkatan pendapatan
per kapita yang signifikan masyarakat yang berada di sekitarnya.

"Karena dananya besar kita bikin strategi bagaimana bikin secara cepat, dibangun
bertahap, dipilih Jakarta-Bandung. Ini juga karena pertumbuhan ekonomi di koridor
yang dilewati ini akan luar biasa. Pendapatan per kapita dalam 5 tahun bisa US$ 10
ribu," jelasnya.

Bambang mengungkapkan, melihat potensi pertumbuhan ekonomi tersebut, pada


2012 wacana pembangunan kereta cepat tersebut kembali digulirkan. Saat ini
muncul pola pembiayaan dengan skema kerjasama pemerintah-swasta (KPS).
Namun saat ditawarkan ke pihak swasta, pemerintah tetapi dibebani dengan porsi
pembiayaan yang lebih besar. Namun lagi-lagi proyek tersebut terhenti.

"Sehingga pada 2012, kita lakukan studi bagaimana bangun kereta cepat Jakarta-
Bandung, pola kala itu KPS. Tapi waktu itu minta pemerintah diminta 70 persen dan
swasta 30 persen. Itu tdak bisa. Kemudian diotak-atik muncul angka pemerintah 60
persen, sedangkan swasta 40 persen. Tetapi pemerintah yang lama belum
ada political will,sehingga terkesan proyek ini tidak berlanjut," kata dia.

Akhirnya, pembangunan kereta cepat ini baru terealisasi pada masa pemerintahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan semangat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, maka pembangunan infrastruktur pendorong pun mendapat dukungan dari
pemerintah, termasuk dengan beroperasinya kereta cepat.

"Kemudian di pemerintahan Pak Jokowi, political wiil-nya berbeda. Karena dalam


RPJMN, kita ingin mencapai pertumbuhan 5 persen-6 persen, dan itu pasti hanya
bisa didorong di Jawa, di daerah lain dengan infrastruktur yang terbatas paling 2
persen-3 persen. Kalau investasi di Jawa besar dampaknya kemana-mana. Silahkan
di Papua tumbuh 2 persen-3 persen, tapi yang lain harus tinggi," ungkapnya.

Terealisasinya pembangunan kereta cepat ini juga sebenarnya berkat adanya minat
dari Jepang dan China. Setelah melewati tahapan seleksi, akhirnya pemerintah
memilih China untuk bekerjasama dengan BUMN membangun moda transportasi
terebut. Pemilihan China juga bukan tanpa alasan. China dianggap berani
membangun tanpa adanya bantuan dari pemerintah melalui APBN. Sedangkan
Jepang meminta bantuan dana pemerintah dalam proses pembangunannya.

"Keuangan kita terbatas, dan visi Pak Presiden kita bangun dari luar. Makanya kita
cari sumber pendanaan lain diluar. Perlu ada investasi lain seperti dari BUMN dan
swasta. Kemudian ada swasta yang tertarik pada pembangunan ini, ini sehingga
melihat adanya peluang. Sepanjang tidak menggunakan APBN yang diprioritaskan
untuk ulau luar untuk tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi," tandas dia.
(Dny/Gdn)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2434749/ini-cerita-awal-proyek-kereta-cepat-jakarta-
bandung

Ini Alasan Skema Kereta Cepat Jakarta-Bandung B to B


Oleh:

Tempo.co
24 Februari 2016 15:27 WIB

001

Presiden RI, Joko widodo menghadiri Groundbreaking Proyek Kereta Cepat di Cikalong Wetan, Kabupaten
Bandung Barat, 21 Januari 2016. Proyek kereta api cepat ini merupakan kerjasama Indonesia dan Cina.
TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Cirebon - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-Cina Hanggoro


Budi Wiryawan menyatakan skema business to business pada proyek kereta api
cepat Jakarta-Bandung merupakan penugasan dari pemerintah.
"Pemerintah tidak ingin kereta cepat membebani utang negara dan rakyat. Untuk
itu didorong skema b to b yang diharapkan swasta bisa masuk, bisa menjaga
proyek dan semua dapat manfaat," kata Hanggoro dalam sebuah diskusi yang
diselenggarakan Yayasan Nusa Patris di gerbong kereta wisata dalam perjalanan
dari Jakarta ke Cirebon, Rabu, 24 Februari 2016.

Hanggoro menjelaskan sudah beberapa periode ini pemerintah menginginkan


swasta berinvestasi dengan komposisi 30 persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan 70 persen swasta. Namun, swasta mengharapkan adanya iklim
usaha yang kondusif.

"Kalau swasta mau masuk pasti yang diminta jaminan kepastian hukum, bukan
jaminan finansial karena investasi itu lama," Hanggoro berujar.

ADVERTISEMENT

Baca Juga: Menteri Jonan: Proyek Kereta Cepat Jalan Terus

Ia menyarankan kepada pemerintah agar membuat situasi lebih kompetitif di


lingkup regional. Sebab, hal itu dapat berpengaruh pada minat investor yang
menilai bahwa negara lain lebih kompetitif dan menarik.

ADVERTISEMENT

Menurut Hanggoro, peraturan yang mendukung bisa menjadi daya tarik bagi
swasta untuk berinvestasi di Indonesia. "Mudah-mudahan pihak swasta bisa
berinvestasi di Indonesia lebih nyaman."

Heru Wisnu Wibowo, Kepala Subdirektorat Audit dan Peningkatan Keselamatan


Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, membenarkan
pernyataan Hanggoro. "Pemerintah berharap swasta mau berinvestasi dalam
pembangunan infrastruktur."

FRISKI RIANA

 Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung


 Kota Cirebon
Lihat Juga

TERKAIT

4 Jurus Ridwan Kamil agar kota Cirebon Makin Kinclong


31 hari lalu

Setya Novanto Dapat Ganti Rugi Proyek Kereta Cepat Rp 6,4 Miliar
33 hari lalu

 

TKA Cina di Bekasi, Ada yang Profesional Tapi Ada Juga yang ...
20 September 2018

TKA Cina Proyek Kereta Cepat Ulang Heboh Dua Tahun Lalu
20 September 2018

https://bisnis.tempo.co/read/747842/ini-alasan-skema-kereta-cepat-jakarta-bandung-
b-to-b

Dapatkan berita terkini dan terverifikasi dengan mengikuti social media TEMPO.CO




Tentang Kami
Pedoman Media Siber

Tempo Media Group © 2017

Anda mungkin juga menyukai