PENDAHULUAN
Retina merupakan lapisan sel yang menyelubungi bagian dalam bola mata.
Retina mendapat suplai darah dari dua sumber, (1) cabang arteri retina sentral,
yang mengalirkan darah ke bagian dalam retina, dan (2) koriokapilaris koroid,
yang memperdarahi bagian luar retina. Oklusi pada arteri retina sentral hanya
berpengaruh terhadap bagian dalam retina yang diperdarahinya. Sedangkan
distribusi vena retina mengikuti dari arteri (Basri, 2014).
Oklusi arteri maupun vena retina sentral merupakan suatu keadaan dengan
penurunan aliran darah secara tiba-tiba pada arteri dan vena retina sentral. Oklusi
arteri dan vena sentral retina merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang
oftalmologi dan membutuhkan penanganan segera.Di Amerika Serikat, prevalensi
terjadinya Oklusi Arteri Retina Sentralis adalah 1 per 10.000 populasi.Oklusi
arteri dan vena retina sentral merupakan penutupan arteri atau vena retina sentral
yang dapat terjadi akibat trauma, tekanan bola mata yang lama, atau disertai
hipertensi, radang arteri, embolus, thrombus, spasme, aterosklerosis dan
perdarahan intraorbita berat (Budiono, 2013). Dari hasil temuan histopatologi
pada mata, ditemukan adanya thrombus intravena pada atau didekat lamina
kribrosa. Penekanan arteri retina sentral terhadap vena retina sentral dipercaya
menyebabkan turbulensi pada aliran darah dan menyebabkan pembentukan
thrombus intravena. Saat ini belum didapatkan terapi yang terbukti dapat
memulihkan tajam penglihatan secara konsisten. Namun, pemijatan bola mata
dan parasentesa bilik mata depan dapat dilakukan walaupun hanya memberikan
keuntungan yang minimal (Basri, 2014).
2
Retina merupakan lapisan sel yang menyelubungi bagian dalam bola mata.
Retina melapisi sekitar 72% permukaaan dalam bola mata dengan diameter 22
mm, membentang dari saraf optik sampai ke ora serata. Retina merupakan bagian
yang berfungsi menerima rangsang cahaya dan merubahnya menjadi impuls saraf
yang diteruskan ke kortek cerebri (Basri, 2014).
Retina mendapat suplai darah dari dua sumber, (1) cabang arteri retina
sentral, yang mengalirkan darah ke bagian dalam retina, dan (2) koriokapilaris
koroid, yang memperdarahi bagian luar retina. Oklusi pada arteri retina sentral
hanya berpengaruh terhadap bagian dalam retina yang diperdarahinya, yaitu
membran limitans interna, lapisan serabut saraf, lapisan sel ganglion, lapisan
pleksiform dalam dan lapisan inti dalam. Arteri retina sentral merupakan cabang
pertama dan salah satu cabang terkecil dari arteri oftalmikus. Arteri oftalmikus
adalah pembuluh darah mayor yang memperdarahi orbita yang merupakan cabang
pertama dari arteri karotis interna. Arteri retina sentral menembus bagian medial
inferior selubung saraf optikus, kira-kira 12 mm posterior bola mata. Kemudian
berlanjut ke diskus optikus dan bercabang dua menjadi cabang papiler superior
dan inferior. Pada tempat arteri ini melewati lamina kribrosa, dinding pembuluh
darah menjadi lebih tipis karena lamella elastis interna menghilang dan lapisan
pembungkus otot medial menjadi berkurang. Cabang papiler superior dan inferior
dari arteri retina sentral kemudian masing-masing bercabang lagi membentuk
cabang nasal dan temporal. Cabang nasal berjalan langsung ke perifer dan cabang
temporal mengitari fovea sentral sebelum menuju ke perifer (Basri, 2014).
4
Oklusi arteri retina sentral terdapat pada usia tua atau usia pertengahan,
dengan keluhan penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks) tidak
disertai rasa sakit dan gelap menetap.Oklusi arteri retina sentral adalah
penyumbatan yang terjadi pada arteri retina sentral yang disebabkan oleh giant sel
arteritis (penyakit vascular kronis), thrombus, emboli atau karena penyakit spasme
pembuluh darah dan perlambatan aliran darah retina yang menyebabkan
penurunan visus yang mendadak(Guclu, 2016). Penyumbatan arteri retina sentral
akan menyebabkan keluhan penglihatan tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan
pada mata luar. Dapat mengakibatkan gangguan penglihatan permanen, yang
biasanya mengenai satu mata (Ilyas, 2014).
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi terjadinya Oklusi Arteri Retina Sentralis
adalah 1 per 10.000 populasi .pada pasien ini, 1-2% terjadi secara
6
2.2.3 Patofisiologi
Oklusi arteri retina sentral merupakan penutupan arteri retina sentral yang
dapat terjadi akibat trauma, tekanan bola mata yang lama, atau disertai hipertensi,
radang arteri, embolus, thrombus, spasme, aterosklerosis dan perdarahan
intraorbita berat. Tempat tersumbatnya arteri retina sentral biasanya di daerah
lamina kribosa. Umumya akibat penyumbatan gumpalan darah yang terjadi pada
(Abraham dan Senthil, 2009):
- Hipertensi
- Diabetes
- Tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular
- Injeksi steroid retrobulbar
- Infeksi endocarditis, penyakit katup jantung
- Migraine, malignansi, trauma, SLE, PAN
1. Arteritis
2. Emboli, merupakan penyebab penyumbatan arteri retina sentral yang
paling sering. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari
penyakit emboli jantung, nodus-nodus reuma, carotid plaque atau emboli
endocarditis. Emboli dapat disebabkan oleh plak kolesterol putih
kekuningan (Hollenhorst), agregasi fibrin-platelet panjang keabuan,
partikel kalsifikasi berwarna putih yang mengkilap dan jarang oleh
vegetasi bakteri endocarditis, lemak, dan lain-lain (Bowling, 2016).
3. Thrombus, terjadi pembentukan thrombus pada arteri retina sentral akibat
hipertensi, diabetes dan arteriosclerosis (kolesterol membentuk plaque)
7
Penurunan visus yang berat sampai buta yang terjadi mendadak.Dapat juga
terjadi penurunan penglihatan yang berupa serangan-serangan yang berulang-
ulang yang kadang-kadang berakhir dengan kebutaan (amaurosis
fugax).Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-
penyakit emboli.Penurunan visus yang berupa serangan-serangan yang berulang
dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit spasme pembuluh atau emboli yang
berjalan.
Keluhan pasien dengan oklusi arteri retina sentral dimulai dengan kabur
hilang timbul (amaurosis fugax)dengan tidak terdapatnya perasaan sakit dan
kemudian gelap menetap.
seperti susis, perdarahan halus pada retina, selurub retina memutih, dan macula
berwarna merah akibat macula tidak edema sehingga koroid terlihat.Daerah
macula sangat merah dan berbentuk sebagai cherry red spot akibat masih
diperdarahi koroid dan memberikan gejala berupa pelebaran pembuluh darah
vena, perdarahan massif ke dalam retina terutama pada lapis serabut saraf retina
dan tanda iskemia retina.Papil edema dengan pulsasi vena menghilang karena
penyumbatan biasanya terletak pada lamina kribosa yang dapat mengakibatkan
tajam penglihatan berkurang mendadak, disertai penciutan lapang pandangan atau
suatu skotoma sentral, dan defek yang irregular.Tajam penglihatan sentral
terganggu bila perdarahan mengenai daerah macula lutea.
Gejala objektif :
- Kepucatan pada retina superfisial, yang dapat terjadi beberapa jam setelah
serangan.
- Gambaran cherry red spot pada foveola
- Adanya cilioretinal arterial sparing pada fovea sentral
- Tampakan emboli intra-arterial retina
- Adanya emboli kolesterol yang berwarna kekuningan dan mengkilat pada
arteri (Hollenhorst plaque), biasanya menunjukkan emboli berasal dari
arteri karotis
- Kalsifikasi berupa plak yang besar dan berwarna keputihan, menandakan
plak berasal dari katup-katup jantung
9
Sesaat terjadi kebutaan tidak terdapat kelainan pada retina.RAPD dan Marcus
Gunn patologik.Pada arteri retina yang besar terjadi penciutan caliber sedangkan
10
pada arteri retina yang lebih kecil menjadi lebih halus.Penglihatan turun
mendadak tanpa rasa sakit.Terdapat bentuk sosis pada arteri retina akibat
pengisian arteri yang tidak merata. Sesudah beberapa jam retina tampak pucat,
keruh keabu-abuan disebabkan edema lapisan dalam retina dan lapisan sel
ganglion. Koroid akan memberikan gambarangcherry red spot , biasanya terlihat
setelah 30 menit obstruksi. Daerah macula tampak lebih merah (cherry red
spot).Hal ini disebabkan karena tidak adanya lapisan ganglion di macula, sehingga
macula mempertahankan warna aslinya. Lama kelamaan papil menjadi pucat dan
batasnya kabur. Setelah beberapa minggu retina yang pucat dan cherry red spot
hilang disertai terjadinya atrofi saraf optic, fovea refleks hilang dan terbentuk
pembuluh darah kolatteral.
2.2.7 Pengobatan
Saat ini belum didapatkan terapi yang terbukti dapat memulihkan tajam
penglihatan secara konsisten. Namun, pemijatan bola mata dan parasentesa bilik
mata depan dapat dilakukan walaupun hanya memberikan keuntungan yang
12
c. Long term ; mencegah terjadinya iskemi vascular lain pada mata atau
organ lain. Terapi optimal CRAO perlu ditujukan pada faktor risiko
aterosklerosis sistemik untuk mengurangi kemungkinan iskemik
sekunder. Sebanyak 64% pasien CRAO memiliki satu faktor risiko
vascular baru (paling sering hyperlipidemia) setelah terjadi oklusi
retina (Rudkin, 2010).
Ilyas (2014) meringkas terapi yang diberikan pada Oklusi Arteri Retina Sentral
sebagai berikut:
Pengobatan oklusi arteri retina sentral hasil sering masih belum memuaskan.
Tujuan utama adalah peredaran kembali normal dalam 48 jam dengan :
Inhalasi karbon
Oksigen hiperbarik
Acetazolamide IV
Mannitol IV
Antiglaukoma topical
2.2.8 Penyulit
2.2.9 Prognosis
2.3.1 Definisi
2.3.3 Patofisiologi
1. Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat
pada proses arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribrosa
2. Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti
fibrosklerosis atau endoflebitis
17
Pupil : ditemukan adanya defek afferent pupil, yang semakin meningkat sesuai
dengan penurunan tajam pengelihatan dan derajat peningkatan iskemia. Dapat
diperiksa dengan menggunakan swinging light test, yaitu melihat perbedaan
respon pada kedua mata pada pancaran cahaya pada waktu yang bersamaan.
18
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan yang ada di retina maupun saraf
optik sebelum memsuki kiasma (Broadway, 2012).
Segmen anterior : timbulnya rubeosis iridis, pada sekitar 20% kasus, yang terjadi
sekitar 3-5 bulan pasca sumbatan. Rubeosis iridis merupakan neovaskularisasi
pada iris yang dikarakteristikkan dengan adanya vaskular irregular pada
permukaan dan stroma iris. Pembuluh darah baru ini dapat menutupi trabecular
meshwork, menyebabkan sinekia anterior perifer dan mengakibatkan glaukoma
sekunder (Mishra et.al., 2013).
Segmen posterior : vena retina akan melebar dan terjadi peningkatan tortuosity,
yang juga disertai dengan adanya perdarahan retina dan edema. Selain itu
ditemukan edema macula. Neovaskularisasi dapat timbul baik pada papil saraf
optik maupun pada retina beberapa bulan setelah sumbatan (Budiono, 2013).
Dapat ditemukan bentukan cotton wool spots, yaitu penumpukan debris
aksoplasmik di dalam serabut akson yang tidak bermyelin (McLeod, 2005).
Makula : disfungsi makula terjadi pada hampir semua mata yang mengalami
oklusi vena sentralis. Walaupun sebagian mata menunjukkan perbaikan spontan,
sebagian besar mengalami penurunan pengelihatan sentral persisten akibat edema
makula kronis. (Riordan-Eva dan Whitcher, 2010)
Retinopati diabetik
Edema papil saraf optik
ini dapat digunakan selama 3 bulan dari waktu oklusi jika pemeriksaan
fluoresein angiografi susah dilakukan (karena oklusi kapiler belum
terbentuk atau adanya perdarahan retina (Williamson, 1997).
4. Optical coherence tomography (OCT): berdasarkan penelitian didapatkan
perubahan morfologi yang berhubungan dengan CRVO. Salah satu alasan
menurunnya ketajaman pengelihatan adalah adanya edema makula. Dan
pola edema makula dapat dilihat melalui OCT. Edema makula ditemukan
pada tipe non iskemik maupun tipe iskemik. Temuan edema makula akut
pada tipe iskemik maupun non iskemik memberikan gambaran edema
yang berbentuk seperti spons, perubahan kistik, dan lepasnya retinal
serous yang simetris bilateral di sekitar fovea (Noma, 2013).
5. Evaluasi sistemik:
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus
c. Sindrom hiperviskositas darah
d. Hiperlipidemia
e. Proses inflamasi atau infeksi (mis. Sarkoidosis, SLE, sifilis)
21
Gambar 7. Oklusi vena sentral non iskemik. A) Fase akut. B) tampak perivenular
ischaemic retinal whitening (PIRW). C) Non-akut. D) terdapat penutupan oleh
darah dan pengisian kontras pada dinding pembuluh darah, perfusi kapiler baik.
E) OCT menunjukkan edema makula (Bowling, 2016).
22
Gambar 8 . Oklusi Vena Sentral Iskemik. A) cotton wool spot dalam jumlah yang
banyak dan bintik perdarahan yang berbentuk seperti kobaran api. B)
Opticocilliary shunt. C) Hipofluoresein karena adanya iskemia. D) iskemia
periferal masif (Bowling, 2016).
23
2.3.7 Penatalaksanaan
2.3.8 Komplikasi
Dua komplikasi utama yang berkaitan dengan oklusi vena retina adalah
penurunan pengelihatan akibat edema makula dan glaucoma neovaskular akibat
24
neovaskularisasi iris (Riordan-Eva dan Whitcher, 2010). Penyulit lain yang dapat
terjadi pada oklusi vena retina sentral adalah perdarahan ke dalam badan kaca.
Bila terjadi perdarahan di daerah makula maka fungsi makula tidak pernah normal
seperti sedia kala (Ilyas, 2014).
2.3.9 Prognosis
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA