Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana
seharusnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman yang gelap
gulita menuju jaman yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan dan menyempurnakan makalah ini di
masa depan, kami terima dengan senang hati disertai ucapan terima kasih.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang menggunakannya dan
mencapai sasaran yang diharapkan.

Jember, September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

1
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I: PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
BAB II: PEMBAHASAN 4
1. Pengertian dan Wujud Iman 4
2. Proses Terbentuknya Iman 11
3. Tanda-Tanda Orang Beriman 13
4. Mengenali Allah (Ma’rifatullah) 21
5. Rasul dan Sifatnya 29
BAB III: PENUTUP 35
A. Kesimpulan 35
B. Saran 35
Daftar Pustaka 36

BAB I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Semakin majunya tekhnologi membuat kita harus berhati-hati
dalam bertindak. Apalagi sebagai seorang mahasiswa baru, kita
dihadapkan pada kemajuan teknologi dan keinginan untuk mencoba
sesuatu yang baru.
Pilihan terbaik yang akan kita pilih bergantung pada seberapa kuat
iman kita. Untuk menjaga iman kita, kita perlu tahu terlebih dahulu
definisi iman dan hal-hal lainyang perlu diperhatikan. Untuk itu, kami
menyusun makalah ini, sebagai tugas dan tambahan pengetahuan kami
mengenai iman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan wujud iman?
2. Bagaimana proses terbentuknya iman?
3. Apa saja tanda-tanda orang beriman?
4. Mengapa kita perlu mengenal Allah?
5. Apa saja sifat Rasul?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Wujud Iman


A. Pengertian Iman

1
 Iman secara bahasa berarti percaya (at-tashdiq)

 Secara istilah, para ulama’ ahlus sunnah wal jama’ah mengartikan iman
dengan;

‫ وعمل بالجوارح‬، ‫ وإإقِرار باللسان‬، ‫تصديق بالقلب‬

Meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota
badan.
Jadi, Iman itu mencakup tiga hal :

1. Keyakinan dengan hati.


2. Pengucapan dengan lisan.

3. Pengamalan dengan anggota badan

Keyakinan dengan hati maksudnya adalah meyakini kebenaran segala hal


yang telah disebutkan oleh Allah di dalam al-Qur’an, atau dijelaskan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallm di dalam hadis.

Dasar keyakinan ini adalah firman Allah: “Orang-orang Arab Badui itu
berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum
beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia
tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-Hujurat:14)

Iqrar (mengucapkan) dengan lisan maksudnya adalah mengucapkan dua


kalimah syahadat. Dasar kewajiban mengikrarkan adalah hadis

‫اأ‬ ‫ت أهنن أأهقِاتإهل الانا ه‬


‫س هحاتىَّ يهأقوألوا هل إإلههه إإال ا‬ ‫ أأإمنر أ‬...

1
“...Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan laa ilaaha illallah...”

Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya adalah menjalankan


segala perintah dan menjauhi larang-larangan di dalam al-Qur’an dan Hadis.
Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa amal bagian dari iman adalah;

‫ضعْع هوإستتوهن أشنعبهةة فهأ هنف ه‬


‫ضلأهها قِهنوأل هل إإلهللهه إإال‬ ‫ضعْع هوهسنبأعوهن أهنو بإ ن‬
‫ا ن إليهماأن بإ ن‬
‫اأ هوأهندهناهها إإهماطهةأ انلههذىَ هعنن الطاإري إ‬
‫ق‬ ‫ا‬

"Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh
tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah
perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan...”

Firman Allah SWT:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut


nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya

1
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezki (ni'mat) yang mulia.(Q.S.Al-Anfaal :2-4)

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat) yang mulia.
(Q.S.Al-Anfaal:74)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang


percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S.Al-Hujurat:15)

B. Wujud Iman
1. Cinta kepada Rasulullah
Sebenarnya dalam diri semua manusia ada kecintaan kepada satu
orang yang dalam kondisi umum manusia selalu mencintainya melebihi

1
siapapun. Ia maafkan kesalahannya. Ia puji kebaikannya meskipun hanya
sedikit. Ia kagumi ia. Ia tempatkan di tempat yang terhormat. Selalu dijaga
dan selalu dibela. Orang itu adalah dirinya sendiri. Namun dalam
kesempurnaan iman, kecintaan kepada Rasulullah juga harus melebihi
kecintaan kepada dirinya sendiri.

Berikut ini matan lengkap hadits Shahih Bukhari ke-15:


‫ صلىَّ ا عليه وسلم‬- َّ‫س هقِاهل هقِاهل النابإتى‬ ‫هعنن أهنه س‬
‫له يأنؤإمأن أههحللأدأكنم هحتاللىَّ أهأكللوهن أههحلل ا‬
‫ب إإلهنيللإه إمللنن هوالإللإدإه هوهولهللإدإه هوالناللا إ‬
‫س‬
‫جهمإعينه‬ ‫أه ن‬
Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna
keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku
daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya."

Bukankah diri sendiri juga termasuk dalam kalimat "manusia


seluruhnya"? maka hadits ini tidak mengkecualikannya.

2. Mencintai kaum anshar


Anshar (‫ )النصار‬merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ‫ناصر‬
atau ‫ نصير‬yang berarti "penolong." Huruf lam yang ada pada kata itu untuk
membatasi istilah dalam hadits ini dan juga dalam terminologi Islam,
bahwa Anshar itu berarti penolong Rasulullah SAW. Mereka adalah suku
Aus dan suku Khazraj yang sebelumnya dikenal dengan Ibnay Qailah (dua
anak Qailah), nenek moyang mereka. Karena pertolongannya yang begitu
besar kepada Rasulullah SAW dan para muhajirin, khususnya sejak hijrah,
maka Rasulullah menamakan mereka "Anshar".
Dengan pertolongan yang diberikan kepada Rasulullah, Anshar
menjadi dibenci dan dimusuhi oleh banyak kabilah. Oleh karena itu
Rasulullah mengingatkan agar kaum muslimin mencintai mereka. Bahkan
menjadikan kecintaan itu sebagai tanda keimanan. Tentu saja, kecintaan itu
juga harus dimiliki oleh orang-orang yang datang pada generasi
berikutnya, termasuk di zaman kita. Berikut ini matan lengkap hadits
Shahih Bukhari ke-17:

1
‫هحادثههنا أهأبو انلهوإليإد هقِاهل هحادثههنا أشنعبهةأ هقِاهل أهنخبههرإنىَّ هعنبأد ا‬
‫اإ نبأن هعنبإد ا‬
‫اإ‬
‫ صلىَّ ا عليه وسلم‬- َّ‫ت أهنهةسا هعإن النابإىى‬ ‫نبإن هجنبسر هقِاهل هسإمنع أ‬
‫صاإر‬‫ب الهنن ه‬ ‫صاإر هقِاهل آَيهةأ اإليهماإن أح ت‬ ‫ض الهنن ه‬ ‫ق بأنغ أ‬ ‫ هوآَيهةأ النىهفا إ‬،
Telah memberitahu kami Abul Walid, ia berkata telah meberitahu kami
Syu'bah, ia berkata telah mengabarkan kepada kami Adullah bin Abdullah
bin Jabr, ia berkata, aku mendengar dari Anas bahwa Nabi SAW
bersabda: "Diantara tanda-tanda iman adalah mencintai kaum Anshar
dan di antara tanda-tanda munafik adalah membencinya."

3. Mencintai saudaranya sesama Islam


"Cinta adalah kecenderungan terhadap sesuatu yang diingini", kata
Imam Nawawi, "Sesuatu yang dicintai tersebut dapat berupa sesuatu yang
diindera, seperti bentuk atau dapat juga berupa perbuatan seperti
kesempurnaan, keutamaan, mengambil manfaat atau menolak bahaya."
Maka mencintai dalam kesempurnaan iman berarti mencintai apa
yang terjadi pada dirinya, terjadi pula pada saudaranya. Mencintai jika
saudaranya mendapatkan kebahagiaan sebagaimana ia mencintai
kebahagiaan itu. Umar bin Khatab pernah menyatakan bahwa ia mencintai
Rasulullah melebihi siapapun selain dirinya. Setelah dikoreksi Rasulullah,
barulah ia mencintai Rasulullah di atas mencintai dirinya.

‫ قِهللاهل ل يأللنؤإمأن أههحللأدأكنم‬- ‫ صلىَّ ا عليه وسلللم‬- َّ‫س هعإن النابإىى‬


‫هعنن أهنه س‬
‫ب لإنهنفإسإه‬‫ب لهإخيإه هما يأإح ت‬ ‫هحاتىَّ يأإح ا‬
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan
seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri"

4. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar

1
Dalilnya :

‫هعنن أهإبي هسإعنيد انلأخندإريِ هر إ‬


‫ هسإمنع أ‬: ‫ضهي اأ هعننهأ هقِاهل‬
‫ت هرأسنوهل اإ صلللىَّ الل‬
‫ فهللإ إنن لهللنم يهنسللتهإطنع‬،‫ همللنن هرهأىَ إمننأكللنم أمننهكللراة فهنليأهغيىللنرهأ بإيهللإدإه‬: ‫عليه وسلم يهقأللنوأل‬
‫ف ناإلنيهماإن‬ ‫ك أه ن‬
‫ضهع أ‬ ‫ فهإ إنن لهنم يهنستهإطنع فهبإقهنلبإإه هوهذلإ ه‬،‫فهبإلإهسانإإه‬

[‫]رواه مسلم‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar


Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat
Muslim)

‫ض يهأنأمأروهن إبانلهمنعأرو إ‬
‫ف هويهننههنوهن‬ ‫ضهأنم أهنولإهيآَأء بهنع س‬ ‫هوانلأمنؤإمأنوهن هوانلأمنؤإمهنا أ‬
‫ت بهنع أ‬
‫هعإن انلأمن ه‬
‫كرإ‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-
Taubah: 71)

‫انلأمن ه‬
‫كرإ‬ ‫س تهأنأمأروهن إبانلهمنعأرو إ‬
‫ف هوتهننههنوهن هعإن‬ ‫أكنتأنم هخنيهر أأامسة أأنخإرهج ن‬
‫ت إللانا إ‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS.
Ali Imran: 110)

1
2. Proses Terbentuknya Iman

Sejak awal seluruh Roh manusia (jamak arwah) telah mengambil


kesaksian bahwa Rabb-nya Allah SWT. Ini berarti setiap manusia telah memiliki
benih iman (Qs. Al A’raf: 172). Ditegaskan lebih lanjut oleh Allah SWT dalam Qs.
Ar Rum: 30 bahwa setiap ciptaan dan dalam hal ini manusia fitrahnya adalah
mengesakan Allah. Artinya, fitrahnya berarti beriman kepada Allah dan berarti
pula fitrahnya adalah Islam.

Potensi fitrah atau iman Islam tersebut perlu ditindaklanjuti dan yang
paling berkompeten menumbuhkan potensi iman Islam tersebut adalah kedua
orang tua. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang
artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan Fitrah, orang tuanya yang
berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada kenyataannya bermacam agama atau kepercayaan yang dipeluk dan


dianut manusia. Apabila dalam diri seseorang telah terikat dengan tatanan iman,
harus dikembangkan untuk mencapai iman yang kokoh. Dalam Al-Quran Surat
Ali Imron 190-191, dijelaskan bahwa perkembangan iman dapat melalui dua
jalan, yaitu fikir dan dzikir dan sebaliknya. Dilakukan dan berjalan secara
seimbang.

1
Pembentukan iman terdiri dari lima prinsip, yaitu:

a. Prinsip Pembinaan Berkesinambungan

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus


menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif.
Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup.
Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku
lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau
yang seharusnya ditolak.

b. Prinsip Internalisasi dan Individuasi

Iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu
apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu
peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap
mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan
nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi,
tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut.

c. Prinsip Sosialisasi

Usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak


diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (hanya dengan
memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu),
tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial
(proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses
sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman
yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.

d. Prinsip Konsistensi dan Koherensi

1
Usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku
yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten (tetap dan konsekuen)
dan koheren (tidak saling bertentangan) agar bisa menciptakan kerangka pola
tingkah laku yang diharapkan.

e. Prinsip Integrasi

Nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan
keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang
integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.

3. Tanda – Tanda Orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman ada beberapa kriteria yaitu


sebagai berikut.

1. Jika disebut nama Allah, hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari saraf memorinya. Jika dibacakan ayat suci Al-Qur’an,
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (QS Al-Anfal ([8] : 2)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut


nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya

1
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (QS Al-Anfal ([8] : 2)

[594]. Maksudnya: orang yang sempurna imannya.


[595]. Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang
mengagungkan dan memuliakanNya.

2. Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,


diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut sunnah Rasul (QS Ali ‘Imran [3] : 120, QS Al-Ma’idah [5] : 12,
QS Al-Anfal [8] : 2, QS At-Taubah [9] : 52, QS Ibrahim [14] : 11, QS
Mujadilah [58] : 10, dan QS At-Taghabun [64] : 13)

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
(QS Ali ‘Imran [3] : 120)

1
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik[406] sesungguhnya
Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke
dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang
kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.

[406]. Maksudnya ialah: menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban


dengan hati yang ikhlas. (QS Al-Ma’idah [5] : 12)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman [594] ialah mereka yang bila disebut nama
Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (QS Al-Anfal [8] : 2)

[594]. Maksudnya: orang yang sempurna imannya.

[595]. Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang
mengagungkan dan memuliakanNya.

1
Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu
dari dua kebaikan[646]. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah,
sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu." (QS At-Taubah [9] : 52)

[646]. Yaitu mendapat kemenangan atau mati syahid.

Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah


manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan
suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah
sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal. (QS Ibrahim [14] : 11)

1
(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakkal kepada Allah saja. (QS At-Taghabun [64] : 13)

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (QS


Al-Anfal [8] : 3, dan QS Al-Mu’minun [23] : 2 dan 7)

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian


dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al-Anfal [8] : 3)

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya. (QS Al-Mu’minun


[23] : 2)

Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] maka mereka itulah orang-orang


yang melampaui batas.

1
[995]. Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya. (QS Al-Mu’minun
[23] : 7)

4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (QS Al-Anfal [8] : 3, dan QS Al-


Mu’minun [23] : 4)

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan


sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(QS Al-Anfal [8]:3)

dan orang-orang yang menunaikan zakat. (QS Al-Mu’minun [23] :


4)

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan


(QS Al-Mu’minun [23] : 3 dan 5)

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna. (QS Al-Mu’minun [23] : 3)

1
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. (QS Al-Mu’minun [23] : 5)

6. Memelihara amanah dan menepati janji (QS Al-Mu’minun [23] : 6)

Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki [994];
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

[994]. Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan


dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar
peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-
wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin
yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang
diwajibkan. (QS Al-Mu’minun [23] : 6)

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (QS Al-Anfal [8] : 74)

1
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (QS Al-
Anfal [8] : 74)

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (QS An-Nur


[24]:62)

Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-


orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka
berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan
pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta
izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu
(Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu
keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara
mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An-
Nur [24] : 62)

1
4. Mengenal Allah (Ma’rifatullah)
A. Makna Ma’rifatullah
Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun
ma'riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan-jalan yang
mengantarkan manusia dekat dengan Allah SWT.
Menurut Ibn Al Qayyim : Ma'rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul
ma'rifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat
seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan
konsekuensi pengenalannya”.
Rasulullah SAW merupakan figur teladan dalam ma'rifatullah, beliau adalah
orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi,“Sayalah
orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”. (HR
Al Bukahriy dan Muslim).
Hadits tersebut merupakan bentuk sanggahan beliau terhadap pernyataan
tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan
perasaannya sendiri.
Figur berikutnya, adalah para ulama yang senantiasa mengamalkan ilmunya.
Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,


hanyalah ulama” (QS. Fathir (35) : 28).

B. Kekuatan Dalil

1
Eksistensi Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini dikuatkan oleh
berbagai dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat yang telah disiapkan Allah Swt.
untuk manusia dalam berbagai bentuk bagi orang-orang yang mau menggunakan
akalnya dan menggunakan petunjuk yang telah diberikan kepadanya. Begitu
banyak dalil dalam Al Quran yagn menyatakan bahwa Allah Swt. adalah
Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Penguasa seluruh alam semesta seperti yang
telah banyak disebutkan di atas.
 Dalil Naqli
Dalam firman Nya yang lain, bahkan Allah Swt. Memperkuat persaksiannya
seperti terlihat dalam ayat:

Katakanlah:
"Siapakah
yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara
aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya
aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al
Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada
tuhan-tuhanyang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui".
Katakanlah:"Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan
Allah)". (Q. S. Al An’aam (6) : 19)

C. Jalan menuju Ma’rifatullah

Ada dua jalan utama yang harus ditempuh oleh seorang Mukmin dalam
rangka ma’rifatullah (mengenal Allah SWT).

1 Melalui ayat-ayat Qur’aniyyah


 Dia sebagai pencipta segala sesuatu

1
.‫ق أكىل هشنىَّسء لإإلههه إإلا هأهو فهأ هانىَّ تأنؤفهأكوهن‬
‫هذالإأكأم اأ هرتبأكنم هخالإ أ‬
Yang demikian itu adalah Allah, Rabbmu, Pencipta segala sesuatu,
tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah
kamu dapat dipalingkan (QS. Al-Mukmin (40) : 62)

 Yang memberi rizki

‫ق هغنيللأر اإلل‬‫ت اإ هعلهنيأكنم ههنل إمنن هخالإ س‬ ‫س انذأكأروا نإنعهم ه‬ ‫هيآَأهتيهها الانا أ‬
.‫ض لإإلههه إإلاهأهو فهأ هانىَّ تأنؤفهأكوهن‬
‫يهنرأزقِأأكم ىمهن الاسهمآَإء هونالهنر إ‬
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu.Adakah
pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari
langit dan dari bumi Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia;
maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS. Fathir (35):
3)

 Yang memiliki

‫ض هوإإن تأنبأدوا هماإفي هأنفأإسللأكنم أهنو‬


‫ت هوهماإفي نالهنر إ‬
‫لإ هماإفي الاسهماهوا إ‬
‫تأنخأفوهأ يأهحاإسنبأكم بإإه اأ فهيهنغفإأر لإهمن يههشآَأء هويأهعىذ أ‬
‫ب همن يههشللآَأء هواألل‬
.‫هعهلىَّ أكىل هشنىَّسء قِهإديعْر‬
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siap yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Al-Baqarah (2) : 284)

 Yang memberi manfaat dan bahaya

1
‫ف لهللهأ إإلا هأللهو هوإإن يهنمهسنسلل ه‬
‫ك‬ ‫ضللرر فهله هكاإشلل ه‬ ‫ك األل بإ أ‬‫هوإإن يهنمهسنس ه‬
.‫بإهخنيسر فههأهو هعهلىَّ أكىل هشنىَّسء قِهإدي أأر‬
Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.
(QS. Al-An’am (6) : 17)

 Yang menghidupkan dan mematikan

‫اأ الاللإذيِ هخلهقهأكللنم ثأللام هرهزقِهأكللنم ثأللام يأإميتأأكللنم ثأللام يأنحإييأكللنم ههللنل إمللن‬
‫أشهرهكآَئإأكم امن يهنفهعأل إمن هذلإأكم ىمن هشللنىَّسء أسللنبهحانههأ هوتههعللاهلىَّ هعامللا‬
.‫يأنشإرأكوهن‬
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah
di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat
sesuatu dari yang demikian itu Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari
apa yang mereka persekutukan. (QS. Ar-Rum (30) : 40)

2 Melalui ayat-ayat kauniyyah

Sesungguhnya banyak sekali fenomena -fenomena yang terdapat di jagat


raya ini yang menunjukan kebesaran Allah SWT.

 Fenomena terjadinya alam

Diantara sesuatu yang wajib diterima akal adalah bahwa setiap sesuatu
yang ada pasti ada yang mengadakan. Begitu juga alam semesta ini,
tentu ada yang menjadikannya

.‫أهنم أخلإأقوا إمنن هغنيإر هشنىَّسء أهنم هأأم انلهخالإأقوهن‬

1
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri) (QS. Ath-Thuur (52) :35)

 Fenomena Kehendak yang tinggi

Kalau anda memperhatikan alam ini, anda akan menemukan bahwa


alam ini sangat tersusun rapi. Hal ini menunjukan bahwa disana pasti
ada kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha
Pintar dan Bijaksana.

 Fenomena Kehidupan

Bila anda perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi anda akan
menemukan berbagai jenis dan bentuknya, serta berbagai macam cara
hidup dan berkembang biak

‫ض هولهطللا هئإسر يهإطيللأر بإهجنهللاهحنيإه إإلا أأهمللعْم‬


‫هوهمللا إمللن هدآَباللسة فإللي نالهنر إ‬
.‫ب إمن هشنىَّسء ثأام إإهلىَّ هربىإهنم يأنحهشأروهن‬ ‫أهنمهثالأأكم امافهار ن‬
‫طهنا إفي انلإكهتا إ‬
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami apakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab,
kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan. (QS. Al-An’am (6) :
38)

Semua itu menunjukan bahwa di sana ada zat yang menciptakan


membentuk, menentukan rizqinya dan meniupkan ruh kehidupan pada
dirinya.

‫ف بههدأه انلهخنل ه‬
‫ق ثأللام األل أينإشلل أ‬
‫ئ‬ ‫قِأنل إسيأروا إفي نالهنر إ‬
‫ض هفانظأأروا هكني ه‬
.‫النانشأ هةه نالهإخهرةه إإان اه هعهلىَّ أكىل هشنىَّسء قِهإديعْر‬
Katakanlah:"Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian

1
Allah menjadikannya sekali lagi.Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al-Ankabut (29) : 20)

Bagaimana pun pintarnya manusia tentu ia tidak akan dapat membuat


makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT
menantang manusia untuk membuat seekor lalat, jika mereka mampu.

‫ب همثهعْل هفانستهإمأعوا لههأ إإان الاإذيهن تهللندأعوهن إمللن‬ ‫ضإر ه‬‫س أ‬ ‫هيآَأهتيهها الانا أ‬
‫أدوإن اإ هلن يهنخلأأقوا أذهباةبا هولهإو انجتههمأعوا لههأ هوإإن يهنسلأنبهأأم التذهبا أ‬
‫ب‬
.‫ب‬ ‫ب هوانلهم ن‬
‫طألو أ‬ ‫ف ال ا‬
‫طالإ أ‬ ‫هشنيةئا لايهنسهتنقإأذوهأ إمننهأ ه‬
‫ضأع ه‬
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
(QS. Al-Hajj (22) : 73)

 Fenomena petunjuk (hidayah) dan ilham :

Ketika kita mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu
petunjuk yang sempurna dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-
besarnya. Bagaimana kita dapat memberikan argumentasi petunjuk ini ?
Bagaimana ia dapat terwujud ? Bagaimana ia dapat tegak ?

Bayi ketika dilahirkan ia menangis dan mencari puting susu ibunya.


Siapa yang mengajari bayi tersebut ?
Seekor ayam betina ketika mengerami telurnya ia membolak-balikkan
telurnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur tersebut rata,
dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya
diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu
mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya dibagian

1
bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan niscaya zat makanan
yang ada dalam tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak bisa
menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian ?
Sungguh disitu terdapat jawaban yang diberikan akal, yaitu adanya Zat
yang memberi hidayah (petunjuk).
Akal yang sehat akan berpendapat bahwa disana pasti ada yang
memberi hidayah (petunjuk) dan Al Quran menerangkan bahwa zat
yang memberi hidayah itu adalah Allah yang menciptakan lalu memberi
hidayah.

.َ‫طىَّ أكال هشنىَّسء هخنلقههأ ثأام هههدى‬


‫هقِاهل هرتبهنا الاإذيِ أهنع ه‬
Musa berkata:"Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk".
(QS. Thaahaa (20) :50)
 Fenomena pengabulan do’a
Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa suatu musibah yang
membuat hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdoa
menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah itu hilang, kebahagiaan pun
kembali dan datanglah kemudahan setelah kesusahan. Siapa yang
mengabulkan doa ?
Sudah menjadi suatu yang logis bila seorang menghadapi bahaya pasti
menghadap Allah SWT dan berdoa.

jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu

1
(selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Al-Imron (4) : 160)

‫ضتر إفي انلبهنحللإر ه‬


‫ضللال همللن تهللندأعوهن إإل إإياللاهأ فهلهامللا‬ ‫هوإإهذا هماسأكأم ال ت‬
.‫ضتأنم هوهكاهن ناإلنهساأن هكأفوةرا‬
‫نهاجاأكنم إإهلىَّ انلبهىر أهنعهر ن‬
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa
yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke
daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima
kasih. (QS. Al-Israa` (17) : 67)

Fenomena -fenomena yang menunjukan adanya Allah sangat banyak


sekali. Barang siapa yang menginginkan tambahan hendaklah membaca
alam yang maha luas ini, dan memperhatikan penciptaan langit dan
bumi serta manusia, pasti akan menemukan dalil-dalil dan bukti yang
jelas akan adanya Allah.

5. Rasul dan Sifat- Sifatnya


A. Rasul
1. Definisi

1
Rasul adalah orang yg menerima wahyu Allah
SubhanallahuwaSubhannallahu wata’ala untuk disampaikan kepada
manusia. (KBBI)
Menurut bahasa, Rasul berarti utusan, sedangkan menurut istilah,
Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk dirinya sendiri
dan wajib menyampaikan kepada yang lain. (Be Smart PAI oleh Tuti
Yustiani)

2. Tugas-Tugas Rasul

 Tugas agung mereka mengajak manusia beribadah kepada


Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Dakwah
kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan
dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya. Hal ini
dikabarkan Allah Subhannallahu wata’ala dalam firmanNya:

‫سببوُلل أتنن اجعبببببدوا ت‬


‫ابب تواججتتننببببوُا‬ ‫تولتتقببجد بتتعجثتنبباَ نفببيِ بكببلل أترمببةة رر ب‬
‫ت‬‫طاَبغوُ ت‬ ‫ال ر‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut
itu‘ “ (QS. An Nahl:36)

 Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan


agama yang diturunkan kepada manusia.
Dalil:

‫ت توالززببنر توتأنتزجلتنآَ إنلتجيتك اللذجكتر لنتببتيلتن نللِنربباَ ن‬


‫س تمبباَنبلزتل إنلتجينهببجم‬ ‫نباَلبتيلتناَ ن‬
‫تولتتعلِربهجم يتتتفتركبروتن‬

“Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami


turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada

1
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya
mereka memikirkan” (QS. An Nahl: 44)

 Menunjukkan umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka


tentang pahala yang disiapkan bagi pelaku kebaikan dan
memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang
disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman
Allah:

‫شريتن ومننذريتن لنئتلر يتبكوُتن نللِرناَس تعتلِىَ ان بحرجةبب‬


‫ن‬ ‫سلل زمبت ل ن ت ب ن‬
‫زر ب‬
َ‫سنل توتكاَتن اب تعنزيلزا تحنكيلما‬
‫بتجعتد الزر ب‬

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita


gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan
bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“
(QS. An Nisa: 165)

 Memperbaiki manusia dengan teladan dan contoh yang baik


dalam perkataan dan perbuatan.

‫سنتةة للتمن تكاَتن يتجربجببوُا‬


‫ستوُةة تح ت‬‫سوُنل ان أب ج‬
‫لرقتجد تكاَتن لتبكجم نفيِ تر ب‬
‫ات تواجليتجوُتم جالتنختر توتذتكتر ات تكنثيلرا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (QS.Al Ahzab:21)

 Menegakkan dan menerapkan syari’at Allah diantara hamba-


hambaNya, firman Allah Subhannallahu wata’ala:

1
‫توأتنن اجحبكم بتجينتبهم بنتمآَتأنتزتل اب تولتتتتربنجع أتجهتوُاتءبهجم تواجحتذجربهجم‬
‫ض تمآَ تأنتزتل اب إنلتجيتك فتنإن تتتوُلرجوُا تفبباَجعلِتجم‬
‫تأن يتجفتنبنوُتك تعن بتجع ن‬
‫ض بذبنوُبننهجم توإنرن تكثنيببلرا لمببتن‬ ‫أتنرتماَ يبنريبد اب تأن يب ن‬
‫صيبتبهم بنبتجع ن‬
‫س لتتفاَ ن‬
‫سبقوُتن‬ ‫الرناَ ن‬

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka


menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki
akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik“ (QS. Al Ma’idah:49)

 Menjadi saksi sampainya penjelasan syariat kepada manusia.

‫طاَ للتتبكوُبنوُا ب‬
‫شببتهتداتء تعلِتببىَ النربباَ ن‬
‫س‬ ‫توتكتذلنتك تجتعجلِتناَبكجم أبرمةل تو ت‬
‫س ل‬
‫سوُبل تعلِتجيبكجم ت‬
‫شنهيلدا‬ ‫تويتبكوُتن الرر ب‬

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat


Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu“ (QS. Al Baqarah:143)

3. Perbedaan Rasul dan Nabi

1
 Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.
Karena tidak mungkin seorang itu menjadi rasul kecuali setelah
menjadi nabi.
 Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus
kepada kaum yang telah beriman.
Dalil:
‫سلِتتناَ تتجتترىَ بكرل تماَ تجاَتء أبرمةل تر ب‬
‫سوُلبتهاَ تكرذببوُهأ‬ ‫ثبرم أتجر ت‬
‫سجلِتناَ بر ب‬
“Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami
berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya,
umat itu mendustakannya”. (QS. Al-Mu`minun : 44)
ِ‫سبهبم اجلتجنبنتياَبء بكلِرتماَ تهلِتتك نتبنيي‬ ‫سجوُ ب‬ ‫تكاَنتجت بتنبجوُ إن ج‬
‫سترائنجيتل تت ب‬
ِ‫تخلِتفتهب نتبنيي‬
“Dulu bani Isra`il diurus(dipimpin) oleh banyak nabi. Setiap kali
seorang nabi wafat, maka digantikan oleh nabi setelahnya”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
 Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya,
atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan
membawa syari’at baru.
‫تونلبنحرل لتبكجم بتجع ت‬
‫ض الرنذيِ بحلرتم تعلِتجيبكجم‬
“Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu
diharamkan untuk kalian”. (QS. Ali ‘Imran : 50)
Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at baru,
akan tetapi hanya menjalankan syari’at rasul sebelumnya. Hal
ini sebagaimana yang terjadi pada nabi-nabi Bani Isra`il,
kebanyakan mereka menjalankan syari’at Nabi Musa alaihis
salam
 Rasul pertama adalah Nuh alaihis salam, sedangkan nabi yang
pertama adalah Adam alaihis salam.
Adam pernah berkata pada umatnya,
‫سجوُةل بتتعثتهب اب إنتلىَ أتجهنل‬
‫تولتنكنن اجئتبجوُا نبجوُلحاَ فتإ ننرهب أتروبل تر ب‬
‫اجلتجر ن‬
‫ض‬
“Akan tetapi kalian datangilah Nuh, karena sesungguhnya dia
adalah rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi”.

1
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
 Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan
pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi,
ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya.
‫فتلِنتم تتجقتببلِوُتن أتجنبنتياَتء ر‬
‫ان نمجن قتجببل إنجن بكجنتبجم بمجؤنمننيتن‬
“Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar
kalian orang-orang yang beriman?”.
(Al- Baqarah ayat 91)
Juga dalam firman-Nya:
‫تويتجقتببلِوُتن النربنلييتن بنتغجينر تح ق‬
‫ق‬
“Mereka membunuh para nabi tanpa haq”. (QS. Al-Baqarah : 61)

Allah menyebutkan dalam surah-surah yang lain bahwa yang


terbunuh adalah nabi, bukan rasul.

B. Sifat-Sifat Rasul
1. Siddiq artinya benar, jujur. Mustahil Rasul bersifat Kizib (dusta)
2. Amanah artinya dapat dipercaya. Mustahil Rasul bersifat Khianat
(tidak dapat dipercaya)
3. Tabligh artinya menyampaikan. Mustahil Rasul bersifat
Kitman(menyembunyikan)
4. Fatanah artinya cerdik, bijaksana. Mustahil Rasul bersifat Baladah
(bodoh)

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman kepada Allah berarti meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota badan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Salah satu
wujudnya adalah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Iman terbentuk melalui fikir dan zikir. Pengenalan Allah bertujuan untuk
meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Rasul memiliki sifat wajib dan
mustahil.

B. Saran
Agar kita senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya.

1
Daftar Pustaka

Harnawisastra ,Dahlan LC. 2009. ISLAMIC RELIGION. Bandung: Politeknik


Bandung

http://isparmo.web.id/wp-content/plugins/downloads-
manager/upload/Mengenal_Allah.pdf

Materi Tarbiyah.htm

http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/

Wahyuddin dkk., Pendidikan Agama Islam, PT Grasindo: Jakarta.

Buku Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi karya Mukni’ah

Anda mungkin juga menyukai