Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana
seharusnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman yang gelap
gulita menuju jaman yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan dan menyempurnakan makalah ini di
masa depan, kami terima dengan senang hati disertai ucapan terima kasih.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang menggunakannya dan
mencapai sasaran yang diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I: PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
BAB II: PEMBAHASAN 4
1. Pengertian dan Wujud Iman 4
2. Proses Terbentuknya Iman 11
3. Tanda-Tanda Orang Beriman 13
4. Mengenali Allah (Ma’rifatullah) 21
5. Rasul dan Sifatnya 29
BAB III: PENUTUP 35
A. Kesimpulan 35
B. Saran 35
Daftar Pustaka 36
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Semakin majunya tekhnologi membuat kita harus berhati-hati
dalam bertindak. Apalagi sebagai seorang mahasiswa baru, kita
dihadapkan pada kemajuan teknologi dan keinginan untuk mencoba
sesuatu yang baru.
Pilihan terbaik yang akan kita pilih bergantung pada seberapa kuat
iman kita. Untuk menjaga iman kita, kita perlu tahu terlebih dahulu
definisi iman dan hal-hal lainyang perlu diperhatikan. Untuk itu, kami
menyusun makalah ini, sebagai tugas dan tambahan pengetahuan kami
mengenai iman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan wujud iman?
2. Bagaimana proses terbentuknya iman?
3. Apa saja tanda-tanda orang beriman?
4. Mengapa kita perlu mengenal Allah?
5. Apa saja sifat Rasul?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Iman secara bahasa berarti percaya (at-tashdiq)
Secara istilah, para ulama’ ahlus sunnah wal jama’ah mengartikan iman
dengan;
Meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota
badan.
Jadi, Iman itu mencakup tiga hal :
Dasar keyakinan ini adalah firman Allah: “Orang-orang Arab Badui itu
berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum
beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia
tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-Hujurat:14)
1
“...Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan laa ilaaha illallah...”
"Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh
tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah
perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan...”
1
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezki (ni'mat) yang mulia.(Q.S.Al-Anfaal :2-4)
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat) yang mulia.
(Q.S.Al-Anfaal:74)
B. Wujud Iman
1. Cinta kepada Rasulullah
Sebenarnya dalam diri semua manusia ada kecintaan kepada satu
orang yang dalam kondisi umum manusia selalu mencintainya melebihi
1
siapapun. Ia maafkan kesalahannya. Ia puji kebaikannya meskipun hanya
sedikit. Ia kagumi ia. Ia tempatkan di tempat yang terhormat. Selalu dijaga
dan selalu dibela. Orang itu adalah dirinya sendiri. Namun dalam
kesempurnaan iman, kecintaan kepada Rasulullah juga harus melebihi
kecintaan kepada dirinya sendiri.
1
هحادثههنا أهأبو انلهوإليإد هقِاهل هحادثههنا أشنعبهةأ هقِاهل أهنخبههرإنىَّ هعنبأد ا
اإ نبأن هعنبإد ا
اإ
صلىَّ ا عليه وسلم- َّت أهنهةسا هعإن النابإىى نبإن هجنبسر هقِاهل هسإمنع أ
صاإرب الهنن ه صاإر هقِاهل آَيهةأ اإليهماإن أح ت ض الهنن ه ق بأنغ أ هوآَيهةأ النىهفا إ،
Telah memberitahu kami Abul Walid, ia berkata telah meberitahu kami
Syu'bah, ia berkata telah mengabarkan kepada kami Adullah bin Abdullah
bin Jabr, ia berkata, aku mendengar dari Anas bahwa Nabi SAW
bersabda: "Diantara tanda-tanda iman adalah mencintai kaum Anshar
dan di antara tanda-tanda munafik adalah membencinya."
1
Dalilnya :
[]رواه مسلم
ض يهأنأمأروهن إبانلهمنعأرو إ
ف هويهننههنوهن ضهأنم أهنولإهيآَأء بهنع س هوانلأمنؤإمأنوهن هوانلأمنؤإمهنا أ
ت بهنع أ
هعإن انلأمن ه
كرإ
انلأمن ه
كرإ س تهأنأمأروهن إبانلهمنعأرو إ
ف هوتهننههنوهن هعإن أكنتأنم هخنيهر أأامسة أأنخإرهج ن
ت إللانا إ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS.
Ali Imran: 110)
1
2. Proses Terbentuknya Iman
Potensi fitrah atau iman Islam tersebut perlu ditindaklanjuti dan yang
paling berkompeten menumbuhkan potensi iman Islam tersebut adalah kedua
orang tua. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang
artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan Fitrah, orang tuanya yang
berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
1
Pembentukan iman terdiri dari lima prinsip, yaitu:
Iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu
apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu
peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap
mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan
nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi,
tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut.
c. Prinsip Sosialisasi
1
Usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku
yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten (tetap dan konsekuen)
dan koheren (tidak saling bertentangan) agar bisa menciptakan kerangka pola
tingkah laku yang diharapkan.
e. Prinsip Integrasi
Nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan
keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang
integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.
1. Jika disebut nama Allah, hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari saraf memorinya. Jika dibacakan ayat suci Al-Qur’an,
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (QS Al-Anfal ([8] : 2)
1
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (QS Al-Anfal ([8] : 2)
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
(QS Ali ‘Imran [3] : 120)
1
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik[406] sesungguhnya
Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke
dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang
kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman [594] ialah mereka yang bila disebut nama
Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (QS Al-Anfal [8] : 2)
[595]. Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang
mengagungkan dan memuliakanNya.
1
Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu
dari dua kebaikan[646]. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah,
sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu." (QS At-Taubah [9] : 52)
1
(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakkal kepada Allah saja. (QS At-Taghabun [64] : 13)
1
[995]. Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya. (QS Al-Mu’minun
[23] : 7)
Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna. (QS Al-Mu’minun [23] : 3)
1
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. (QS Al-Mu’minun [23] : 5)
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki [994];
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (QS Al-Anfal [8] : 74)
1
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (QS Al-
Anfal [8] : 74)
1
4. Mengenal Allah (Ma’rifatullah)
A. Makna Ma’rifatullah
Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun
ma'riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan-jalan yang
mengantarkan manusia dekat dengan Allah SWT.
Menurut Ibn Al Qayyim : Ma'rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul
ma'rifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat
seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan
konsekuensi pengenalannya”.
Rasulullah SAW merupakan figur teladan dalam ma'rifatullah, beliau adalah
orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi,“Sayalah
orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”. (HR
Al Bukahriy dan Muslim).
Hadits tersebut merupakan bentuk sanggahan beliau terhadap pernyataan
tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan
perasaannya sendiri.
Figur berikutnya, adalah para ulama yang senantiasa mengamalkan ilmunya.
Allah SWT berfirman,
B. Kekuatan Dalil
1
Eksistensi Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini dikuatkan oleh
berbagai dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat yang telah disiapkan Allah Swt.
untuk manusia dalam berbagai bentuk bagi orang-orang yang mau menggunakan
akalnya dan menggunakan petunjuk yang telah diberikan kepadanya. Begitu
banyak dalil dalam Al Quran yagn menyatakan bahwa Allah Swt. adalah
Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Penguasa seluruh alam semesta seperti yang
telah banyak disebutkan di atas.
Dalil Naqli
Dalam firman Nya yang lain, bahkan Allah Swt. Memperkuat persaksiannya
seperti terlihat dalam ayat:
Katakanlah:
"Siapakah
yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara
aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya
aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al
Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada
tuhan-tuhanyang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui".
Katakanlah:"Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan
Allah)". (Q. S. Al An’aam (6) : 19)
Ada dua jalan utama yang harus ditempuh oleh seorang Mukmin dalam
rangka ma’rifatullah (mengenal Allah SWT).
1
.ق أكىل هشنىَّسء لإإلههه إإلا هأهو فهأ هانىَّ تأنؤفهأكوهن
هذالإأكأم اأ هرتبأكنم هخالإ أ
Yang demikian itu adalah Allah, Rabbmu, Pencipta segala sesuatu,
tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah
kamu dapat dipalingkan (QS. Al-Mukmin (40) : 62)
ق هغنيللأر اإللت اإ هعلهنيأكنم ههنل إمنن هخالإ س س انذأكأروا نإنعهم ه هيآَأهتيهها الانا أ
.ض لإإلههه إإلاهأهو فهأ هانىَّ تأنؤفهأكوهن
يهنرأزقِأأكم ىمهن الاسهمآَإء هونالهنر إ
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu.Adakah
pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari
langit dan dari bumi Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia;
maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS. Fathir (35):
3)
Yang memiliki
1
ف لهللهأ إإلا هأللهو هوإإن يهنمهسنسلل ه
ك ضللرر فهله هكاإشلل ه ك األل بإ أهوإإن يهنمهسنس ه
.بإهخنيسر فههأهو هعهلىَّ أكىل هشنىَّسء قِهإدي أأر
Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.
(QS. Al-An’am (6) : 17)
اأ الاللإذيِ هخلهقهأكللنم ثأللام هرهزقِهأكللنم ثأللام يأإميتأأكللنم ثأللام يأنحإييأكللنم ههللنل إمللن
أشهرهكآَئإأكم امن يهنفهعأل إمن هذلإأكم ىمن هشللنىَّسء أسللنبهحانههأ هوتههعللاهلىَّ هعامللا
.يأنشإرأكوهن
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah
di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat
sesuatu dari yang demikian itu Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari
apa yang mereka persekutukan. (QS. Ar-Rum (30) : 40)
Diantara sesuatu yang wajib diterima akal adalah bahwa setiap sesuatu
yang ada pasti ada yang mengadakan. Begitu juga alam semesta ini,
tentu ada yang menjadikannya
1
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri) (QS. Ath-Thuur (52) :35)
Fenomena Kehidupan
Bila anda perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi anda akan
menemukan berbagai jenis dan bentuknya, serta berbagai macam cara
hidup dan berkembang biak
ف بههدأه انلهخنل ه
ق ثأللام األل أينإشلل أ
ئ قِأنل إسيأروا إفي نالهنر إ
ض هفانظأأروا هكني ه
.النانشأ هةه نالهإخهرةه إإان اه هعهلىَّ أكىل هشنىَّسء قِهإديعْر
Katakanlah:"Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
1
Allah menjadikannya sekali lagi.Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al-Ankabut (29) : 20)
ب همثهعْل هفانستهإمأعوا لههأ إإان الاإذيهن تهللندأعوهن إمللن ضإر هس أ هيآَأهتيهها الانا أ
أدوإن اإ هلن يهنخلأأقوا أذهباةبا هولهإو انجتههمأعوا لههأ هوإإن يهنسلأنبهأأم التذهبا أ
ب
.ب ب هوانلهم ن
طألو أ ف ال ا
طالإ أ هشنيةئا لايهنسهتنقإأذوهأ إمننهأ ه
ضأع ه
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
(QS. Al-Hajj (22) : 73)
Ketika kita mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu
petunjuk yang sempurna dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-
besarnya. Bagaimana kita dapat memberikan argumentasi petunjuk ini ?
Bagaimana ia dapat terwujud ? Bagaimana ia dapat tegak ?
1
bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan niscaya zat makanan
yang ada dalam tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak bisa
menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian ?
Sungguh disitu terdapat jawaban yang diberikan akal, yaitu adanya Zat
yang memberi hidayah (petunjuk).
Akal yang sehat akan berpendapat bahwa disana pasti ada yang
memberi hidayah (petunjuk) dan Al Quran menerangkan bahwa zat
yang memberi hidayah itu adalah Allah yang menciptakan lalu memberi
hidayah.
jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu
1
(selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Al-Imron (4) : 160)
1
Rasul adalah orang yg menerima wahyu Allah
SubhanallahuwaSubhannallahu wata’ala untuk disampaikan kepada
manusia. (KBBI)
Menurut bahasa, Rasul berarti utusan, sedangkan menurut istilah,
Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk dirinya sendiri
dan wajib menyampaikan kepada yang lain. (Be Smart PAI oleh Tuti
Yustiani)
2. Tugas-Tugas Rasul
1
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya
mereka memikirkan” (QS. An Nahl: 44)
1
توأتنن اجحبكم بتجينتبهم بنتمآَتأنتزتل اب تولتتتتربنجع أتجهتوُاتءبهجم تواجحتذجربهجم
ض تمآَ تأنتزتل اب إنلتجيتك فتنإن تتتوُلرجوُا تفبباَجعلِتجم
تأن يتجفتنبنوُتك تعن بتجع ن
ض بذبنوُبننهجم توإنرن تكثنيببلرا لمببتن أتنرتماَ يبنريبد اب تأن يب ن
صيبتبهم بنبتجع ن
س لتتفاَ ن
سبقوُتن الرناَ ن
طاَ للتتبكوُبنوُا ب
شببتهتداتء تعلِتببىَ النربباَ ن
س توتكتذلنتك تجتعجلِتناَبكجم أبرمةل تو ت
س ل
سوُبل تعلِتجيبكجم ت
شنهيلدا تويتبكوُتن الرر ب
1
Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.
Karena tidak mungkin seorang itu menjadi rasul kecuali setelah
menjadi nabi.
Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus
kepada kaum yang telah beriman.
Dalil:
سلِتتناَ تتجتترىَ بكرل تماَ تجاَتء أبرمةل تر ب
سوُلبتهاَ تكرذببوُهأ ثبرم أتجر ت
سجلِتناَ بر ب
“Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami
berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya,
umat itu mendustakannya”. (QS. Al-Mu`minun : 44)
ِسبهبم اجلتجنبنتياَبء بكلِرتماَ تهلِتتك نتبنيي سجوُ ب تكاَنتجت بتنبجوُ إن ج
سترائنجيتل تت ب
ِتخلِتفتهب نتبنيي
“Dulu bani Isra`il diurus(dipimpin) oleh banyak nabi. Setiap kali
seorang nabi wafat, maka digantikan oleh nabi setelahnya”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya,
atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan
membawa syari’at baru.
تونلبنحرل لتبكجم بتجع ت
ض الرنذيِ بحلرتم تعلِتجيبكجم
“Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu
diharamkan untuk kalian”. (QS. Ali ‘Imran : 50)
Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at baru,
akan tetapi hanya menjalankan syari’at rasul sebelumnya. Hal
ini sebagaimana yang terjadi pada nabi-nabi Bani Isra`il,
kebanyakan mereka menjalankan syari’at Nabi Musa alaihis
salam
Rasul pertama adalah Nuh alaihis salam, sedangkan nabi yang
pertama adalah Adam alaihis salam.
Adam pernah berkata pada umatnya,
سجوُةل بتتعثتهب اب إنتلىَ أتجهنل
تولتنكنن اجئتبجوُا نبجوُلحاَ فتإ ننرهب أتروبل تر ب
اجلتجر ن
ض
“Akan tetapi kalian datangilah Nuh, karena sesungguhnya dia
adalah rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi”.
1
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan
pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi,
ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya.
فتلِنتم تتجقتببلِوُتن أتجنبنتياَتء ر
ان نمجن قتجببل إنجن بكجنتبجم بمجؤنمننيتن
“Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar
kalian orang-orang yang beriman?”.
(Al- Baqarah ayat 91)
Juga dalam firman-Nya:
تويتجقتببلِوُتن النربنلييتن بنتغجينر تح ق
ق
“Mereka membunuh para nabi tanpa haq”. (QS. Al-Baqarah : 61)
B. Sifat-Sifat Rasul
1. Siddiq artinya benar, jujur. Mustahil Rasul bersifat Kizib (dusta)
2. Amanah artinya dapat dipercaya. Mustahil Rasul bersifat Khianat
(tidak dapat dipercaya)
3. Tabligh artinya menyampaikan. Mustahil Rasul bersifat
Kitman(menyembunyikan)
4. Fatanah artinya cerdik, bijaksana. Mustahil Rasul bersifat Baladah
(bodoh)
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman kepada Allah berarti meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota badan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Salah satu
wujudnya adalah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Iman terbentuk melalui fikir dan zikir. Pengenalan Allah bertujuan untuk
meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Rasul memiliki sifat wajib dan
mustahil.
B. Saran
Agar kita senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya.
1
Daftar Pustaka
http://isparmo.web.id/wp-content/plugins/downloads-
manager/upload/Mengenal_Allah.pdf
Materi Tarbiyah.htm
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
Buku Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi karya Mukni’ah