Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

nilai ekonomis yang tinggi untuk dikembangkan (Ghufran, 2010). ikan Patin banyak

dikonsumsi di Indonesia karena dagingnya tergolong enak, lezat dan gurih, kandungan

nutrisi ikan Patin yaitu 7,51 % protein, 6,57 % lemak, dan 75,21 % air (Puspita, 2014).

Pada saat sekarang permintaan untuk pemenuhan gizi semakin meningkat terutama

protein hewani, dalam hal ini ikan banyak memberikan keuntungan karena ikan lebih

murah dan mudah didapat. Faktor penting yang dibutuhkan dalam menunjang

pertumbuhan dan perkembangan ikan yaitu pakan (Zoneveld, 1991). Oleh sebab itu,

dibutuhkan cara yang tepat dalam pemenuhan nutrisi ikan sehingga dapat menjaga

kelangsungan hidup ikan Patin tersebut.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi fisiologis ikan

Patin, terutama kemampuannya untuk mencerna pakan yaitu dengan menambahkan

probiotik dalam pakan. Probiotik merupakan mikroba hidup dalam media pembawa

yang menguntungkan karena menciptakan kondisi yang optimum untuk pencernaan

pakan dan meningkatkan efisiensi pakan sehingga memudahkan dalam proses

penyerapan zat nutrisi, meningkatkan kesehatan, mempercepat pertumbuhan, dan

memproteksi dari penyakit patogen (Dhingra, 1993). Probiotik didefinisikan sebagai

sel mikroba hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan memberikan

manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO, 2006).


Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa komplek

menjadi sederhana sehingga siap digunakan oleh ikan (Kumar et al., 2008). Dalam

meningkatkan nutrisi pakan, bakteri probiotik memiliki mekanisme dalam

menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease,

lipase, dan selulase (Wang et al., 2008). Enzim-enzim tersebut berfungi membantu

menghidrolisis molekul-molekul kompleks, memecah karbohidrat, protein dan lemak

menjadi molekul-molekul sederhana yang mepermudah proses pencernaan dan

penyerapan dalam saluran pencernaan (Putra, 2010).

Bakteri saluran pencernaan pada hewan akuatik seperti genus Bacillus,

Bifidobacteri, Pseudomonas, Lactobacillus dan Micrococcus memiliki peran baik,

yang terbukti menguntungkan dan dapat hidup berasosiasi sebagai flora normal pada

organisme baik di dalam maupun di luar tubuh (Jankauskine, 2002). Probiotik menjadi

solusi internal untuk menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal,

mengurangi biaya produksi dan pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan

karena akumulasi limbah perairan (Iribarrean et al., 2012).

Perkembangan budidaya ikan Patin meningkat mulai tahun 1990 (Suprapto,

2014). Upaya peningkatan laju pertumbuhan ikan Patin masih terus ditingkatkan agar

penggunaan pakan buatan lebih efisien sehingga akan menurunkan biaya produksi

(Mokoginta, et al., 2004). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menigkatkan

efisiensi pakan ikan Patin adalah dengan menambahkan probiotik yang dihasilkan

dari bakteri indigenous kedalam pakan ikan yang berperan penting dalam

menghasilkan energi dan nutrisi yang baik bagi ikan Patin.


Adapun kendala yang menyebabkan pengembangan budidaya ikan masih

terbatas adalah mengenai nutrisi yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Kebutuhan nutrisi merupakan faktor penting dalam pengembangan budidaya ikan.

Informasi mengenai nutrisi ikan patin ini belum banyak diketahui, seperti pemberian

pakan kembali dari bakteri indigenous sebagai kandidat probiotik yang diperoleh dari

mikroflora alami ikan Patin. Sejauh ini penelitian tentang pengaruh penambahan

bakteri probiotik pada pakan kerapu bebek pernah dilakukan oleh Sari (2013) dimana

hasil yang didapatkan yaitu dua isolat dari medium SMA dan perfermentasi dan

menyatakan bahwa bakteri proteolitik memiliki potensi sebagai kandidat probiotik,

dilihat dari besarnya indeks yang dihasilkan dan mampu mendegradasi protein yaitu

11,5 dengan pH rata-rata 5. Edelwis (2013) menyatakan penambahan bakteri alami

pencernaan pada pakan memberikan pengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan

berat dan panjang ikan. Ferdinand et al., (2013) menambahkan dalam pemberian

probiotik memberikan pengaruh baik terhadap kualitas air media, kelangsungan hidup

dan pertumbuhan benih ikan gabus.

Penelitian tentang penggunaan probiotik yang diperoleh dari mikroflora alami

pencernaan ikan Patin belum dilaporkan sehingga perlu dilakukan penelitian potensi

bakteri alami pecernaan ikan Patin sebagai kandidat probiotik dalam produk pakan ikan

Patin Pangasius hypopthalmus sauvage.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dari penelitian ini yaitu:


a. Bagaimana keberadaan bakteri alami pencernaan ikan Patin Siam (Pangasius

hypopthalmus sauvage) ?

b. Bagaimana potensi In-Vitro isolat-isolat bakteri alami pencernaan ikan Patin Siam

c. Bagaimana karakter (Morfologi dan Potensi) masing-masing isolat mikroflora alami

pencernaan ikan Patin Siam sebagai kandidat probiotik ?

d. Bagaimana teknik pengeringan terbaik terhadap viabilitas bakteri alami pencernaan

ikan Patin Siam sebagai kandidat probiotik ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui keberadaan bakteri alami pencernaan ikan Patin Siam (Pangasius

hypopthalmus sauvage).

b. Menentukan potensi In- Vitro isolat-isolat bakteri alami pencernaan ikan Patin

Siam.

c. Menentukan karakter (Morfologi dan Potensi) dari masing-masing isolat mikroflora

alami pencernaan ikan Patin Siam sebagai kandidat probiotik pakannya.

d. Menganalisis teknik pengeringan terbaik terhadap viabilitas bakteri alami

pencernaan ikan Patin Siam sebagai kandidat probiotik.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi tentang potensi

dan karakteristik isolat mikroflora alami pencernaan ikan Patin (Pangasius


hypopthalmus sauvage) serta diharapkan dapat digunakan sebagai kandidat probiotik

pakan ikan Patin Siam.

Anda mungkin juga menyukai