Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus dilapangan penulis ingin


memaparkan beberapa hal terkait dengan asuhan keperawatan gerontik pada
klien M.R di ruang isolasi Panti Tresna Werdha Wana Sraya Denpasar.

1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang kami lakukan pada lansia dalam hal ini klien
W.R yang berada di wisma isolasi panti tresna werdha wana sraya denpasar,
kami mendapatkan adanya tanda – tanda klinis artritis reumatoid seperti
keluhan nyeri pada sendi yang sudah cukup lama dirasakan oleh klien,
kekakuan pada pagi hari pada persendian, kerusakan sendi, deformitas yang
bersifat permanen, kelemahan otot, dan terjadi deviasi ulnar pada jari-jari
klien sehingga sudah selayaknya dilakukan pemeriksaan dan intervensi
lebih lanjut. Akan tetapi pada kenyataannya justru berbanding terbalik.
Klien tidak mendapatkan intervensi baik dari sisi care maupun cure terkait
artritis reumatoid yang dideritanya.
Selain itu kami juga mendapatkan informasi langsung dari klien
bahwa klien pernah mengalami riwayat jatuh sebanyak lima kali selama
tinggal di panti PTWS. Hal tersebut dapat berdampak secara tidak langsung
terhadap aktivitas klien sehari-hari yang terbilang cukup monoton seperti
hanya terbaring dan duduk di ruangan padahal seharusnya klien dengan usia
81 tahun tersebut dapat memenuhi kebutuhan jasmani dengan baik.

Pengkajian Skala Morse :

No Pengkajian Skala Nilai


1 Riwayat jatuh : Apakah lansia pernah Tidak 0
25
jatuh dalam tiga bulan terakhir Ya 25
2 Diagnosa sekunder : Apakah lansia Tidak 0
0
mempunyai lebih dari 1 penyakit Ya 15
3 Alat bantu jalan :

Page | 81
Bed rest/dibantu perawat 0
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda sekitar 30
30
(kursi,meja,lemari)
5 Gaya berjalan/berpindah:
Normal/bed rest/immobile (tidak dapat 0 0
bergerak sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak 20
normal/(pincang/diseret)
6 Status mental :
0
Lansia menyadari kondisi dirinya 0
Lansia mengalami keterbatasan daya 15
ingat
Total Nilai MFS 55
Keterangan :
Tingkat risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Pelaksanaan intervensi pencegahan
Risiko rendah 25-50
jatuh standar
Pelaksanaan intervensi pencegahan
Risko tinggi ≥51
tatuh risiko tinggi

2. Diagnosa
Setelah membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus di ruangan,
penulis menemukan diagnose baru yang tidak ada di tinjauan teori yaitu
konstipasi yang berhubungan dengan
3. Perencanaan
Setelah membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus di ruangan,
dalam perencanaan keperawatan penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan.

Page | 82
4. Pelaksanaan
Setelah membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus di ruangan,
dalam pelaksanaan keperawatan penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan.
5. Evaluasi
Setelah membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus di ruangan,
dalam pelaksanaan keperawatan penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan.

Page | 83
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Artritis atau biasa disebut dengan rematik ini merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang dapat menyerang bagian tubuh pada anggota gerak
seperti pada sendi, otot, tulang dan jaringan sekitar sendi. Secara umum
penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan,
kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain,
gangguan di otot dan tendon. Penyakit yang bersifat degeneratif ini
menyebabkan terjadinya inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit
pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang (American College of
Rheumatology, 2013)
Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi,
keterbatasan fisik, gangguan tulang belakang, dan kondisi yang disebabkan oleh
trauma.Terdapat empat jenis rematik yang paling sering dijumpai di masyarakat
kita yaitu osteoarthritis yang disebabkan oleh pengapuran, rematik luar sendi
yang menyerang jaringan di luar tulang rawan, rematik peradangan, dan rematik
yang disebabkan oleh pengeroposan (WHO, 2015)
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa modifikasi lingkungan sangatlah
berperan dalam hal mengurangi dampak dari penurunan kemampuan fisiologis
lansia itu sendiri. Misalnya penggunaan penyangga pada bed lansia,
menyediakan tempat pemegangan pada sudut-sudut ruangan maupun toilet serta
memodifikasi tangga dengan lantai yang datar namun tidak licin sehingga lansia
tidak mengalami risiko jatuh dan cidera.
Selain itu masih minimnya frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang berwenang sehingga berdampak pada status kesehatan
lansia itu sendiri. Di sisi lain keberadaan ahli gizi sangatlah berperan penting
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia mengingat perubahan pada
lansia dapat mempengaruhi status gizi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
perubahan status gizi pada lansia antara lain massa otot akan berkurang dan
massa lemak bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh yang berkurang,

Page | 84
sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis halus. Oleh karena itu lansia seringkali terlihat kurus. Penurunan indera
penglihatan yang seringkali dihubungkan dengan kekurangan vitamin A,
vitamin C, dan asam folat. Juga terjadi gangguan pada indera pengecap yang
berhubungan dengan kekurangan kadar Zinc yang menyebabkan menurunnya
nafsu makan. Untuk penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel saraf pendengaran. Dengan banyaknya gigi yang sudah
tanggal mengakibatkan gangguan pada fungsi mengunyah yang dapat
berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
B. Saran
1. Kepada pengelola Panti Tresna Werha Wana Sraya
- Diharapkan lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang ada
sehingga perawatan klien lebih maksimal seperti pemasangan
penyangga pada bed klien agar tidak terulang kejadian jatuh pada
lansia yang dapat mengancam nyawa serta memodifikasi lingkungan
menyesuaikan dengan kebutuhan lansia itu sendiri.
- Dalam pemantauan kesehatan lansia, frekuensi kunjungan tenaga
medis diharapkan lebih sering dan kontinu sehingga status kesehatan
lansia dapat di monitor dalam menentukan intervensi yang lebih
lanjut.
2. Kepada Institusi
Diharapkan dapat menyediakan literature-literatur yang lebih terbaru
sehingga dapat mengoptimalkan hasil asuhan keperawatan antara teori
terbaru dan aplikasinya dilapangan

Page | 85
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Darmojo, Boedhi,et al.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia


Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hardywinoto, dkk. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai


Aspek (Menjaga Keseimbangan Kwalitas Hidup pada Lanjut Usia). Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismayadi.2007. Proses Menua( Aging Process).Medan : FKUSU

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI:


Jakarta.

Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in


Client Care, hal.1248

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius


FKUI:Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. EGC: Jakarta.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. .Jakarta: EGC.

Third Edition, California : Addison Wesley Nursing.

Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Dengan Intervensi NIC


dan Criteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Page | 86
Page | 87

Anda mungkin juga menyukai